"Dra, anak jaman sekarang suka banget nyautin gurunya yaa" tanya seorang rekan sejawat di sekolah.
"Namanya juga anak-anak, Bu" jawab saya singkat, hahahaha.
"Tapi anak jaman dulu jauh lebih sopan, tidak seperti itu, Ndra! " balasnya.
"Ya, gak bisa disamakan apel to apel, Bu. Beda generasi mungkin, Bu!" sambil ikut memikirkan dengan serius.
Dari obrolan singkat di atas, membuat saya ikut berpikir juga, kenapa ya?. Bahkan setelah diresapi lebih dalam obrolan tersebut, ternyata bukan hanya sikap anak yang suka nyauitin gurunya ketika sedang belajar. Namun ternyata ada juga anak yang masa bodoh dan susah diatur di dalam kelas. Bengong, sampai tertidur di kelas juga terkadang dapat ditemukan.
Semakin dipikirkan menjadi semakin penasaran saja. Jika mundur ke belakang, serta memikirkan tentang perubahan generasi ke generasi sebelum saat ini, kira-kira apa yang akan kita temukan!. Menurut Graeme Codrington mencetuskan sebuah teori yang diberi nama Generation Teory. Agar tidak lagi penasaran dengan generasi saat ini, tidak salahnya kita mengetahui teorinya, let's go!
1. Baby Boomer
Generasi pertama sering disebut Baby Boomer. Generasi ini hidup pada rentanga tahun 1946-1965. Mereka memiliki jasa yang cukup besar, karena hidup pada masa perang. Kiprah mereka yang begitu besar melahirkan generasi pejuang kemerdekaan yang tangguh dan pantang menyerah, walaupun mengajar dengan segala keterbatasan. Namun, dibalik keterbatasan tersebut, generasi ini telah menjadi guru bangsa yang tetap menginspirasi sampai kini.
2. Generasi X
Mereka yang masuk ke generasi X, lahir dalam rentang 1965 - 1980. Generasi ini belum menikmati teknologi. Bahkan dalam mengajar, kebanyakan dari mereka masih menggunakan alat peraga seadanya. Namun, mereka sangat berdedikasi melahirkan manusia hebat untuk generasi selanjutnya.
3. Generasi Y
Sepertinya saya masuk ke generasi ini, hehehehe. Generasi Y atau bisa disebut generasi millenial, lahir pada rentang 1981 - 1993. Generasi ini hidup di awal-awal teknologi belum sepesat sekarang. Ledakan internet sendiri merupakan salah satu indikator generasi Y disebut dengan generasi millenial. Guru yang masuk dalam generasi millenial, saat ini menghadapi tantangan yang lebih besar dari pada generasi sebelumnya.
Tantangan yang besar itu meliputi, materi pembelajaran yang lebih komplek. Karakter siswa yang beragam sesuai dengan perkembangan jaman. Belum lagi hantaman teknologi yang masuk lewat gawai yang digenggam peserta didik, menjadi kawan sekaligus lawan bagi guru millenial.
4. Generasi Z
Hii Generasi Z, genarasi ini lahir dari rentang 1995 - 2015. Generasi ini sering disebut juga dengan generasi internet. Pada dasarnya generasi ini sebelas duabelas dengan generasi sebelumnya. Namun yang membedakan adalah multitasking, misalnya mereka bisa chatting sekaligus melakukan browsing tugas sekaligus mendengarkan musik dengan menggunakan gawai mereka. Mereka sangat dekat dengan dunia maya dan mereka tidak bisa jauh dari gawainya. Hal itu tidak bisa disangkat, karena mereka memang hidup disaat teknologi sudah berkembang sangat pesat. Generasi inilah yang sedang guru hadapi di sekolah.
5. Generasi Alfa
Generasi terakhir adalah generasi anak saya. Generasi ini lahir pada rentang tahun 2015 - 2025. Generasi ini masih belum memiliki dampak dalam kehidupan, karena sebagian besar dari mereka masih diusia balita.
Dari kelima generasi yang dibahas, topik utama kita tertuju kepada generasi Z. Kenapa generasi Z, apa yang salah dengan gen Z? jawabannya adalah tidak ada yang salah, hanya saja kita sebagai guru sedang menghadapi atau mengajarkan generasi yang hidup di era digital. Oleh karena itu cara menghadapinya/mengajarinya/menanganinya juga perlu menggunakan pendekatan yang sesuai dengan mereka.
Susah donk! ya memang susah jika dihadapi dengan keluhan. Memang susah jika tidak mau belajar. Serta pasti akan susah jika generasi selalu dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Move On yuk!!
Berinteraksi dengan siswa generasi Z sangatlah labil. Gen Z terbiasa dengan sesuatu yang instan dengan kecanggihan teknologi yang serba cepat dan mudah. Kondisi seperti ini cenderung membuat gen Z terlihat malas. Gen Z yang dilahirkan di kota besar, tentunya mendapatkan fasilitas yang serba wah dan berbagai kemudahan. Mereka ingin menyelesaikan segala sesuatunya dengan cepat, walaupun hasilnya kurang maksimal. Lalu apa nilai positif dari Gen Z?
Dengan kecanggihan teknologi, maka tingkat pencarian ilmu atau pengetahuan akan lebih cepat. Gen Z dapat melakukan hal tersebut, terlebih Gen Z sangat terbuka dalam hal yang bersifat baru atau perubahan cepat. Gen Z juga disebut generasi multitasking yang memudahkan mereka untuk memproses beberapa informasi pada waktu yang bersamaan. Selain itu gen Z sangat up to date dengan tren yang ada. Oleh karena itu guru yang mengajar generasi ini dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi sesuai dengan perkembangan yang ada.
Kemampuan yang dimiliki gen Z perlu diarahkan, oleh karena itu generasi Z perlu dibekali skill dalam mengarungi kehidupan. Keterampilan dalam bersosialisasi, tanggung jawab serta kepemimpinan perlu dimiliki sebagai skill utama bagi generasi Z. Disinilah peran guru dalam membimbing generasi Z ke arah yang positif.
Guru harus memiliki modal dengan cara terus belajar, sehingga dapat mengintegrasikan pembelajaran dan perkembangan jaman. Guru juga harus memaksakan diri untuk menggunakan teknologi dalam pembelajaran, serta mampu mendorong siswa agar terlibat dalam pembelajaran tatap muka di kelas. Di sisi lain, peran guru juga tetap menanamkan nilai-nilai karakter yang benar dalam diri gen Z yang tidak didapat dari dunia maya, agar mereka tidak terbawa arus hal-hal yang tidak baik dari dunia internet.
Kini waktunya kita bergerak, beradaptasi dan berusaha masuk menyesuaikan diri dengan kondisi jaman generasi Z. Semoga kita para guru tetap semangat, sehingga dapat memberikan modal kepada peserta didik untuk menaklukkan impian mereka di masa yang akan datang.
#salam kenal
#salam literasi
#salam indrakeren
#see you tomorrow 😉