Tampilkan postingan dengan label TIPS MENULIS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TIPS MENULIS. Tampilkan semua postingan

Jumat, 30 April 2021

Usaha tidak pernah menghianati hasil

Saya yakin sekian dari kita sudah pernah membaca/melihat/bahkan pernah menggunakan kalimat pada judul yang saya tulis sebagai motivasi diri. Seperti yang saya sedang lakukan pada #aprilchallenge yang diadakan oleh Lagerunal. Tantangan menulis satu bulan dengan tema abjad A - Z. 

Perlahan dan terseok-seok bahkan hampir tidak ingin menuntaskan tantangan ini. Banyak faktor yang selalu menjadi alasan untuk tidak ingin menuntaskan tantangan, namun kata-kata motivasi pada judul mencambuk jemari saya untuk segera menuliskan ide yang sudah berputar-putar di kepala. 

Tidak mudah untuk menerjemahkan ide menjadi tulisan disaat beberapa alasan menggelantung dipikiran. Sibuk, malas, dan nanti/menunda menjadi alasan favorit untuk tidak menulis. Bagaimana bisa ada hasil jika alasan itu yang selalu jadi pemenang dalam diri. Bagaimana usaha akan melalui proses jika sebelum berperang sudah mengibarkan bendera-bendera alasan.

Pada akhirnya kemauan, rasa penasaran serta dorongan dari sobat maya seperjuangan yang memutar roda usaha untuk menulis kembali berputar. Benar kata Mr. Bams kata MAU yang diberikan beliau pada pertemuan kedua grup menulis gelombang 15 masih menempel dipikiran ini. Beliau bilang MAU (Motivasi, Aksi, Unggul) apapun tanpa adanya MAU tidak akan bergerak menjadi sesuatu (hasil).

Motivasi muncul saat melihat beberapa sobat maya sudah menyebarkan virus literasinya dalam bentuk link. Namun tanpa Aksi, Motivasi tersebut akan terbang tersapu pikiran lain yang ada di kepala. Motivasi dan Aksi jika dilakukan secara perlahan (tidak apa perlahan yang penting dilakukan) pasti akan menjadi sesuatu. Menjadi pribadi yang unggul adalah hasilnya, tidak apa mengalami keunggulan walaupun sedikit. Namanya juga sedang berproses, ada pribahasa yang pernah saya dengar untuk mensyukuri keunggulan yang sedikit ini. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, saya yakin banyak dari kita yang pernah membaca/mendengar pribahasa tersebut. Artinya keunggulan yang sedikit tadi jika dilakukan secara terus-menerus akan menghasilkan yang besar pada waktunya.

Sehingga kalimat pada judul tulisan ini akan menjadi kenyataan bagi yang mau berusaha, karena Usaha tidak pernah menghianati hasil.

Akhirnya tuntas sudah rangkaian proses yang dipaksakan dan diusahakan. Tantangan #aprilchallengeLagerunal berhasil diselesaikan, walaupun huruf terakhir yang seharusnya Z berubah menjadi U. Hal ini terjadi karena ide datang tidak berurutan, keinginan memang maunya berurutan, namun apa daya kenyataan tidak sesuai dengan keinginan. Maka nikmati saja prosesnya. 

Kenyataannya kita semua adalah hebat dalam #AprilChallengeLagerunal. Hebat yang sudah menyelesaikannya. Hebat yang sudah mencoba. Hebat yang pernah mendapatkan informasinya. Hebat walaupun belum melakukannya. Terakhir #SobatLageHebat. Terimakasih

#aprilchallengelagerunal

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
See You

Jumat, 23 April 2021

Waktunya kita Menulis

Kapan waktu yang tepat untuk menulis? Jawaban dari kita pasti beraneka ragam. Kegiatan menulis yang tidak bisa dipaksakan membuat waktu menulis juga tidak bisa ditentukan. Istilah dimana saja, kapan saja menjadi hal yang biasa saja dalam kegiatan menulis. 

Namun kefleksibelan waktu untuk menulis membuat para penulis terlena. Apalagi bagi penulis pemula seperti saya ini. Kata-kata nanti, sebentar lagi, istirahat dulu, besok aja, rebahan dulu, dan sebagainya menjadi asalan waktu menulis menjadi terbengkalai.

Apalagi waktu menulis yang berbenturan dengan aktifitas rutin yang sedang dikerjakan, seperti bekerja atau sekolah. Membuat kegiatan menulis menjadi tersisihkan, kegiatan menulis dinomor duakan, bahkan dinomor kesekiankan. Memang pada akhirnya skala prioritas menjadi yang diutamakan. Kegiatan pokok atau utama yang akan didahulukan terlebh dahulu. 

Jadi mari kita coba membuat jadwal kegiatan menulis dari kebiasaan yang sudah pernah dilakukan. Ada beberapa waktu kegiatan menulis yang pernah saya dapatkan dari beberapa sobat menulis dunia maya yang saya temui, seperti :

  1. Menulis sebelum beraktifitas
    Aktifitas menulis yang dilakukan sebelum beraktifitas, biasanya dilakukan di pagi hari. Waktu yang digunakan antara pukul 4.00 - 5.00 Pagi (ba'da subuh). Pada waktu ini memiliki keunggulan, sebab di pagi hari ide sedang meluncur deras ke jemari. Sehingga biasanya penulis yang melakukan kegiatan menulis di pagi hari cenderung dapat menulis dengan tenang.

  2. Menulis setelah beraktifitas
    Kebalikan dari menulis sebelum beraktifitas. Kegiatan menulis setelah beraktifitas, biasanya dilakukan sebelum tidur malam. Penulis biasanya menyisihkan waktu satu jam sebelum tidur untuk bercengkrama dengan laptopnya. Waktunya tergantungdari kapan penulis tersebut akan terlelap.
     
  3. Menulis saat weekand
    Weekand merupakan waktu yang tepat untuk menyalurkan hobi. Salah satunya adalah hobi menulis. Penulis yang memilih waktu weekand dalam menulis biasanya akan memeiliki banyak waktu dalam menulis. Penulis bisa berlama-lama dengan kata-kata yang dirangkai menjadi sebuah cerita, minimal menjadi sebuah cerpen.

  4. Menulis pada jam istirahat
    Penulis yang merupakan pekerja, akan memanfaatkan jam kosong atau jam istirahat untuk menyalurkan hobinya. Dalam waktu yang singkat ini, biasanya penulis sudah memiliki draf yang ingin diselesaikan. Jadi kegiatan menulis pada jam istirahat, biasanya sudah masuk finishing dan editing dalam menulis.

  5. Menulis saat ide datang
    Ini saya banget. Hahahhahaa. Menulis saat ide datang. Waktu menulis cara seperti ini bisa meghasilkan banyak tulisan dalam satu hari, namun jika ide tidak juga datang, kegiatan menulis bisa kosong berhari-hari. Jika kekosongan ide dibiarkan maka akan timbul kemalasan dan hilangnya kemauan menulis. Apabila malas menulis sudah datang, maka untuk membangkitkannya lagi perlu waktu yang luar biasa berat.

  6. Menulis saat ada tantangan
    Waktu menulis seperti ini sangat bersangkutan dengan menulis saat ide datang. Tantangan menulis bisa memicu ide dalam otak untuk menulis. Jika kita mengikuti grup menulis, pasti akan ada tantangan menulis setiap hari/minggu/bulan. Tantangan yang diberikan memiliki tema yang beragam, sesuai admin grup tersebut.

  7. Menulis saat sudah deadline
    Adduuuuhhhh... besok sudah harus disubmit!
    Kata-kata tersebut merupakan kata sakti untuk memantik semangat menulis. Dikejar deadline merupakan salah satu cara ampuh dalam kegiatan menulis. Namun cara ini jangan ditiru, karena cara ini biasanya akan dilakukan dengan terburu-buru, sehingga sering terjadi typo dalam tulisan.

  8. Menulis saat mau
    Bagaimana jika tidak mau menulis, maka tidak akan menulis. Menulis saat mau merupakan waktu menulis yang tidak  harus diterapkan. Kegiatan menulis tidak bisa ujug-ujug  datang seketika. Kegiatan menulis harus dilatih sesering mungkin. Jika kegiatan menulis sudah dilakukan sesering mungkin, maka kebiasaan menulis akan muncul.

  9. Menulis yang dipaksakan
    Tidak akan jadi apa-apa! Menulis yang dipaksakan tidak akan menghasilkan apa-apa. Jika hal ini yang terjadi, biarkan kegiatan menulis dihentikan sejenak. Nanti pada saat keinginan menulis bangkit, ambil moment tersebut untuk mulai menulis kembali.

  10. Menulis saat tidak mau menulis
    Terakhir adalah menulis saat tidak mau menulis. Penjelasannya Yaaa... TIDAK USAH MENULIS! 😂

Kesepuluh waktu menulis tersebut dapat dipraktekkan. Mungkin jika dipraktekka dapat meningkatkan motivasi menulis kita. Serta meningkatkan kualitas tulisan yang kita tulis. Seperti yang pernah dikatakan oleh Bapak Akbar Zainudin dalam rumus TOJTRP, huruf J pada TOJTRP memiliki arti JADWAL. Jadwal sama dengan Waktu, maka mari kita pastikan waktu menulis yang tepat.

Salam Kenal Salam Literasi Salam Indrakeren See You

Rabu, 31 Maret 2021

Proses Menulis

Menurut tulisan yang diposting Ditta Widya Utami, beliau mengatakan pada tahun 2015 ada 30.000 buku yang diterbitkan. Didapat sebuah pertanyaan apakah 30.000 judul buku sudah masuk kategori banyak? Hmm, mari kita cek. Berdasarkan data sensus BPS, pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia adalah 255,18 juta jiwa. Artinya, dari sekitar 8.500 penduduk, hanya 1 orang yang menerbitkan buku. Oh, no!

Jika diruntut dari paragraf pertama dalam artikel ini. Sampai di akhir Maret sudah sembilan bulan saya menulis. Dari hasil menulis tersebut lahirlah beberapa artikel yang bisa dibaca di blog sederhana ini. Dari proses menulis tercipta tiga buah buku Antologi yang dituliskan bersama-sama dengan teman literasi. Dari kegiatan menulis ini tertulis nama Muhammad Indra Wahyuddin di sampul buku yang menyatakan ia adalah penulisnya. Sampai tulisan ini dibuat masih ada beberapa artikel yang siap disatukan menjadi sebuah buku.

Dalam proses yang sembilan bulan ini saya bisa produktif menulis. Proses ini bisa dilakukan atas dasar pandemi, hal itu yang mendasari saya bisa berlama-lama menari bersama jemari saya di atas papan ketik. Pandemi juga yang mempertemukan saya dengan sobat literasi digital. Sobat literasi yang berada di sabang hingga marauke. 

Jika dipikirkan secara sederhana, seharusnya kegiatan menulis ini bisa saya lakukan sejak lama. Namun pada kenyataannya menulis hanya saya lakukan sebagai bagian kecil dari aktifitas saya. Seandainya kegiatan menulis sudah saya tekuni, pasti sudah banyak buku dengan nama saya tersusun di rak buku di sudut ruangan rumah saya. 

Ahhh... tapi sudahlah. Nikmati saja prosesnya saat ini, masa lalu dijadikan introspeksi diri agar menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Sembilan bulan saya menikmati proses menulis. Saya menemukan sebuah garis lurus, dimana saya memulai kegiatan menulis. Proses menulis tersebut saya ilustrasikan seperti gambar di bawah ini:


Gambar di atas menunjukkan proses menulis versi jarimisterindra. Proses yang didapat dan dirangkum menjadi satu alur proses menulis. 

  1. Bisa

    Proses menulis pada dasarnya BISA dilakukan oleh siapa saja, hanya saja tidak berani untuk menaikkan levelnya. Seakan-akan kegiatan menulis berhenti di dalam buku atau menulis di papan tulis dan akan terhapus. Padahal seandainya kebisaan menulis yang sudah dimiliki dikembangkan saya yakin akan banyak hal positif yang tertuang dalam tulisannya.

  2. Ikut Komunitas

    Pengembangan menulis yang sudah bisa tersebut, jika bergabung dengan komunitas pasti semangat menulis akan berkobar. Seperti nyata api disaat kegelapan, pastinya akan menerangi kegiatan literasi. Karena dengan bergabung bersama komunitas, semanat kita akan berlari mengikuti peserta lain di dalam komunitas tersebut.

  3. Punya Blog

    Komunitas itu seperti buku yang mana harus ada pencil sebagai alat tulisnya. Maka di dalam komunitas kita perlu memiliki blog sebagai alat tulis digital kita. Membuat blog cukup mudah banyak cara atau tutorial gratis yang bertebaran di dunia maya. Tinggal kita memilih yang berbayar atau memakai yang gratisan.

  4. Mau

    Hal berikutnya yang tidak kalah penting adalah mengubah sumber daya yang ada menjadi kemauan untuk menulis. Yaa.. MAU menjadi hal yang paling penting dalam kegiatan menulis. Karena dengan bisa kemudian ikut komunitas serta sudah memiliki blog, namun kita tidak MAU untuk menulis, maka satu katapun tidak akan tertuang dalam blog. Oleh karena itu kemauan untuk menulis perlu dijaga dengann dibuatkan jadwal menulis pribadi. Tujuannya agar kita tetap teratur menulis.

  5. Niat Kuat

    Niat dalam KBBI memiliki arti tujuan, kehendak, janji atau cita-cita untuk melakukan sesuatu. Nah.. ini menarik, ternyata kemauan untuk menulis saja belum cukup untuk kita melakukan kegiatan menulis. Perlu adanya Niat yang kuat agar kemauan yang sudah dimiliki beserta elemen bisa, komunitas dan blog terlaksana. Karena menurut saya kemauan itu baru berada diantara bibir saja, belum sampai ketahap ingin melakukan. Dengan Niatlah kita bisa mengubah kemauan menjadi melakukan.

  6. Mulai Menulis

    Terakhir, Jika niat sudah terbentuk dengan kuat. Kegiatan menulis akan mengalir seperti alliran sungai yang mengalir. hal-hal yang mengikuti dalam proses menulis selanjutnya seperti ide, tema, judul, TOC, serta sampul buku itu akan mengikuti alur hingga tulisan tersebut sampai titik terakhir.   
Keenam proses menulis di atas, merupakan rangkuman perjalan menulis yang saya temukan dalam diri saya. Dimulai saya menyadari bahwasanya saya bisa menulis. Hanya saja dahulu kemampuan menulis saya hanya sebatas konsumsi pribadi yang dilakukan hanya untuk menunjang aktifitas harian. 

Berkumpul dengan komunitas dan memiliki blog membuka peluang saya untuk berkarya. Berkarya secara sederhana dengan menulis dengan sepuluh jemari yang siap menari di atas papan ketik

Kemauan untuk memulai serta mengumpulkan niat untuk tetap berada dalam konsistensi menulis membuat saya berani mulai menulis. Menulis apa saja yang saya mau, menulis yang saya ingin, menulis dari yang saya dengar, lihat, cium, dan rasakan. Semua hal itu kini bisa dituangkan dalam tulisan dengan cepat. Waluapun tentu saja masih ada kekurangan dibeberapa sudut literasi yang saya tulis, seperti ejaan dalam penulisan itu hal yang paling mendasar. Hal itu akan memerlukan proses untuk menjadi benar, sekarang yang harus dilakukan adalah menulis saja setiap hari dari apa yang kita inginkan dan mempublikasikan tulisan kita ke komunitas menulis.

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren

Senin, 29 Maret 2021

Berhenti Membuang-buang ide menulis

Menulis itu mahal! Entah benar atau tidak kalimat yang saya tulis pada awal artikel ini. Namun yang saya rasakan seperti itu. Jika ada yang setuju terimakasih, tapi bagi yang tidak setuju cobalah untuk setuju. 😁

Mahal disini bukan berarti sesuatu yang komersil. Disini lebih kepada proses yang harus dilalui setiap jenjang penulis, baik penulis baru atau penulis senior yang menurut sudut pandang saya perlu diapresiasi tinggi. Sekali lagi ini menurut saya, jika ada yang setuju terimakasih, tapi bagi yang tidak setuju cobalah untuk setuju. 😋

Untuk mengawali sebuah tulisan/artikel setiap penulis harus melewati yang namanya mencari ide menulis. Dimana mencari ide menulis tersebut? jawabannya bermacam-macam tentunya. Ide bisa datang lewat indera manusia, pengalaman, perasaan, impian, pembelajaran, atau bahkan ide bisa muncul dari sebuah obrolan warung kopi yang ringan.

Dari banyaknya kemungkinan ide yang datang pada awal menulis, seharusnya menulis menjadi kegiatan yang terus-menerus bisa dilakukan. Namun pada kenyataannya banyak ide yang dicari atau bahkan ide yang datang tidak bisa menjadi sebuah artikel/tulisan. Yang lebih gila lagi ide tersebut hanya ada di dalam pikiran, tanpa pernah merasakan satu kata dari ide tersebut dituliskan. 

Gilanya lagi!! Ide yang sudah ditemukan dan tidak sempat untuk dituliskan, Hilang! Sungguh amat disayangkan. Padahal, mungkin saja tulisan tersebut akan sangat bermanfaat bagi pembaca atau bahkan bermanfaat bagi kita yang menuliskannya.

Kenapa ide menulis bisa menghilang! Tentunya banyak faktor dan alasan mengapa ide bisa menghilang. Beberapa alasannya akan coba dituangkan dalam tulisan ini.

  1. Menunda
    Menurut KBBI menunda merupakan kegiatan mengulur waktu. Nah timbul pertanyaan kapan akan dikerjakan saat suatu kegiatan sudah ditunda. Jika ada komitmen untuk mengerjakan pada waltu yang sudah ditentukan tidak masalah, Yang jadi masalah adalah ketika yang tertunda tidak pernah lagi dikerjakan. Rugi deh!!!

  2. Tulis Hapus
    Galau! Mungkin itu kata yang tepat bagi yang suka menulis lalu dihapus. Menurut Ibu Kanjeng menulis saja dulu, tuliskan apa yang ada dipikiran kita. Jika proses menulis terus menerus dihapus, yaaaa... kapan jadi artikelnya!!!

  3. Tidak menemukan kalimat pembuka
    Mungkin hal ini yang terjadi sehingga alasan nomor dua dilakukan. Terkadang untuk mengawali tulisan memang membuat kita deadlock. Hal ini bisa diatasi dengan banyak membaca, tulisan yang perlu dibaca yaitu Kalimat Pembuka dalam Menulis

  4. Alasan Template/Alasan Default/Alasan Klise/Cuma Alasan 
    Ini yang sering saya lakukan dan mengakibatkan ide menghilang. Banyak alasan template/default yang dijadikan tameng. Malas, tidak ada waktu, lelah, sibuk, dan tertawa saya membacanya. Karena saya juga merasakan hal itu!!! 
Tentunya setiap permasalah yang hadir di muka bumi ini akan hadir pula solusi sebagai sebuah satu kesatuan. Lalu apa solusi bagi ide yang terbuang hilang? lagi-lagi jawabannya sebenarnya simple, namun agar terlihat lebih keren, maka solusinya saya tuliskan dalam bentuk pointer. 😅
  1. Langsung Tuliskan
    Segera GILA! masih ingat tulisan yang saya tulis, jika belum silahkan baca disini.

  2. Selesaikan! setelah itu baru di edit
    Swasunting memenga penting, seperti yang Pak D tuliskan dalam artikenya. Namun selesaaikan dulu baru diswasunting, agar tidak mengendur semangat menulisnya

  3. Buat catatan beneran
    Nah ini yang saya lakukan jika sedang mendengarkan atau menyimak sebuah materi. Saya membuat catatan kecil di dalam buku saku. Catatan tersebut dibuat dalam bentuk mind map atau urutan pointer. Hal ini saya lakukan agar suatu saat hal yang tertunda tersebut ingin dituliskan tetap masih ada catatannya

  4. Hilangkan alasan
    Sulit! namun tetap bisa dilakukan. Coba perlahan yaaa dan hilangkan setiap alasan dengan mengingat pesan dari Omjay "Manulislah setiap hari dan lihat apa yang akan terjadi"
Pada paragraf ini penulis mengajak untuk berhenti membuang-buang ide menulis. Hal tersebut menjadi hal yang mendasar setelah niat menulis hadir. Niat sudah kuat namun ketikan ide sudah ada tidak juga kunjung dituliskan, maka sungguh terlalu. 

Semoga kita semua selalu berusaha untuk tetap produktif menulis. Sehingga banyak menghasilkan tulisan-tulisan yang dapat bermanfaat bagi pembaca setia jarimisterindra.

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren


Selasa, 23 Maret 2021

"GILA" MENULIS

Apa yang terlintas di kepala kita jika membaca kata GILA? Pasti jawabannya beragam yaaa, sesuai dengan sudut pandanganya masing-masing. Menurut KBBI gila/gi·la/ 1 a sakit ingatan (kurang beres ingatannya); sakit jiwa (sarafnya terganggu atau pikirannya tidak normal). Namun kata GILA juga sering digunakan sebagai mengungkapkan perasaan suka [terlanda perasaan sangat suka (gemarasyikcintakasih sayang)]. Misalkan contoh Beberapa bulan ke belakang Indra sangat Gila menulis, hingga ia lupa waktu. Kata Gila yang digunakan pada kalimat bercetak miring merupakan perasaan yang mengungkapkan rasa gemar.

Berbeda lagi dengan artikel yang saya baca pagi ini. Artikel yang ditulis oleh seorang Ibu yang bernama Nuraini Ahwan yang berjudul GILA. Ibu Guru asal Lombok ini mengartikan kata GILA dengan menjadikannya sebuah akronim yang menarik, bahkan akronim tersebut bisa dikatakan mudah diingat bagi saya yang merupakan penulis angin-anginan... hehehehehe.

GILA terbagi menjadi dua suku kata GI dan LA, menurut Ibu Guru yang memiliki motto "Menjadi Guru Yang Dirindukan Siswa, Bekerja Cerdas, Ikhlas dan Tuntas" GILA yang ia miliki memiliki arti Gali Ide, Langsung Action. Mudah diingatkan akronimnya dan seharusnya bisa diterapkan.

Gali Ide

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata gali adalah keduk. Arti lainnya dari gali adalah keruk. Sedangkan Ide memiliki arti ide /idé/ n rancangan yang tersusun di dalam pikiran; gagasan; cita-cita.

Nahh... dari hasil mengeruk KBBI online saya mendapatkan arti dari Gali Ide, yang jika disimpulkan Ide merupakan hal dasar dari menulis (menurut saya yaa...), bahkan saat kita menulis tidak memiliki Ide, itu sudah merupakan Ide menulis. Hanya saja Ide menulis itu muncul tiba-tiba dan tidak sempat kita tuliskan, sehingga Ide tersebut menguap begitu saja hingga terlupakan. 

Jangan dibaca! bisa bikin penasaran : Indera Manusia Detektif Menulis

Lalu kenapa harus di Gali, bukannya Ide itu suka muncul tiba-tiba! Karena tiba-tiba maka Ide harus di Gali. Tujuannya adalah agar otak kita terbiasa berfikir dan memberikan tugas kepada jemari untuk segera menuliskannya. Pada akhirnya Ide menulis tidak hilang sebelum dituliskan. 

Langsung Action

Terkadang kita akan menunda Ide yang sudah ada. Bahkan Ide yang sudah kita tuliskan dalam bentuk catatan kecil akan hilang, karena tidak langsung dituliskan. Jika hal itu terjadi pada diri kita (teruntuk kepada saya) maka jangan heran jika kegiatan menulis akan membuat GILA beneran. hehehehehe...

Terkadang yang menghambat kita tidak bisa Langsung Action adalah waktu yang selalu dijadikan alasan. Tidak ada waktulah! Waktu tidak ada! Ada waktu tidak! seperti itu kan alasannya!!! Sama seperti saya. 😂

Satu solusinya adalah buat jadwal yang harus dipatuhi! (ini solusi yang saya buat, akan tetapi saya juga belum bisa menjalankan solusi ini.... hhaahhahaha). Bapak Akbar Jainuddin pernah memberikan Rel Menulis kepada saya. Di dalam rel yang diberikan beliau saat itu ada sub materi yang mengharuskan kita membuat jadwal menulis. Hal itu diperlukan agar kita bisa Langsung Action menuliskan Ide kita. Apalagi jika Ide menulis kita sudah menjadi Table Of Content maka kalimat Langsung Action dari Ibu Nuraini Ahwan sangat dipperlukan. 

So....!!
Apakah siap GILA? hmmm.... ragu yaa! Saya ganti pertanyaannya Apakah kita siap GILA MENULIS? Jawabannya terserah saya dan terserah anda yang membaca tulisan ini, karena GILA MENULIS tidak bisa dipaksakan. GILA MENULIS harus muncul dari diri sendiri. 

Selamat GILA MENULIS

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren

Selasa, 16 Maret 2021

Indera Manusia Detektif Menulis!

Selamat pagi... selamat pagi... selamat pagi...

Semoga pagi ini kita bisa produktif menulis seperti tulisan yang ditulis Ibu Mayor. Semoga pagi ini kita masih memiliki semangat menulis seperti Cang Ato. Semoga kita bisa menggerakkan 3H dalam diri (Heart, Hand, Head) untuk melakukan kalimat yang OmJay sebarluaskan diseluruh komunitas guru, "Menulislah setiap hari ..." lanjutannya bisa teman-teman isi sendiri.... hehehehhe!

Lalu apa yang harus kita tulis? Menulis apa hari ini? Hari ini menulis apa?

Terpaksa saya tuliskan kembali sebuah kalimat yang kemarin saya gunakan dalam tulisan saya yang berjudul Paksakan! Tulis apa saja boleh. Dalam tulisan saya tersebut ada sebuah kalimat "Seakan-akan idenya ada, tapi kemauannya yang tidak ada. Kenapa ini yaa?" Pernah merasakan hal ini tidak! 

Saya mencoba mencari jawabnya dengan cara berjalan-jalan di dunia maya, channel youtube yang saya tuju lebih tepatnya. Tiga puluh menit saya jalan-jalan di dunia maya sampai tidak terasa keringat mengucur membasahi tubuh ini, hehehehe canda..canda! Tidak ada yang menarik! Namun ada satu judul channel Youtube yang tidak berhubungan dengan tulisan ini, tapi judulnya memberikan inspirasi kepada jarimisterindra. Judul videonya "cewek menguasai indera". Menarikkan judulnya? tidak yaa! Serius tidak menarik! Jika tidak menarik paling tidak lucu deh... boleh yaa!

Sebenarnya isi video tersebut berbeda dengan ide tulisan ini, namun menurut saya bisalah dikait-kaitkan. Seperti yang kita ketahui dan yang dipereteli dalam video tersebut bahwa indera manusia itu ada lima yaitu Penglihatan, Penciuman, Perasa, Pendengaran dan Peraba. Kelima indera yang manusia miliki ini bisa menjadi detektif untuk mencari ide menulis. Tidak percaya! Lanjut bacanya yaaa...

Menulis menguasai Indera

Seperti sang detektif yang mencari sebuah solusi terhadap masalah yang dihadapinya. Indera manusia juga bisa digunakan untuk mencari sebuah ide dalam menulis. Contohnya yaaa...

  1. Penglihatan
    Ini adalah indera yang paling dekat dengan penulis. Sebagai contoh saya pernah menuliskan sebuah artikel dengan judul botol. Botol tersebut merupakan benda yang saya lihat pertama kali saat ingin memulai menulis. Akhirnya jadi sebuah tulisan berisikan tiga paragraf yang biasa saja. 

    Jadi apa yang sudah teman-teman lihat hari ini? Coba dituliskan pasti akan jadi sebuah tulisan. Yaaa... iyalah, masa jadi makanan.... hehehe

  2. Penciuman
    Nah ini juga menarik. Indera yang tugasnya merasakan bau-bauan di sekitar kita juga bisa dijadikan ide menulis. Terus terang saya belum pernah menuliskan sesuatu yang diawali dari mencium sesuatu. 

    Namun pagi ini saya mencium sesuatu yang tidak sedap saat bangun pagi. Awalnya saya biasa saja dan melanjutkan tidur. Tapi apa daya indera penciuman yang biasa kita kenal dengan sebutan hidung ini terus mentransfer informasi tentang bau-bauan yang diciumnya ke otak. Sehingga mengakibatkan indera penglihatan tidak bisa lagi bersantai untuk terus memejamkan kedua kelopak matanya. Penciuman hidung memang luar biasa, ditengah remangnya suasana kamar, hidung masih dengan leluasa mencari dimana sumber bau yang mengganggu bulu-bulu halusnya. Sampai akhirnya hidung berhenti pada satu titik yang merupakan sumber dari bau tersebut. Hmmm... ternyata anus dede mengeluarkan zat sisa dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

    Nah itu ide menulis yang didapat dari Detektif penciuman. Bagaimana mudahkan? Dicoba yaaa di rumah... hehehehe

  3. Peraba
    Selain indera penciuman, indera peraba juga belum saya gunakan. Indera ini jarang digunakan sebagai ide menulis karena fungsinya tersamarkan dengan indera penglihatan. Apa yang kita pegang, tentunya diawali dengan proses yang namanya melihat, barulah setelah itu indera peraba mengeksekusi apa yang dilihat oleh mata sesuai perintah dari otak.

    Saya belum bisa memberikan contohnya, karena memang saya tidak merasakan ide dari detiktif peraba ini. Mungkin nanti atau esok hari detektif peraba memberikan ide menulis dari hasil temuannya. Atau ada pembaca setia jarimisterindra yang telah menemukan ide dari detektif perabanya, boleh disebarluaskan!

  4. Pendengaran
    Apa yang Saya dengar belum tentu Anda dengar? Oleh karena itu detektif pendegaran merupakan salah satu peluru kita untuk menulis. 

    Seperti pagi ini Saya mendengar suara adzan, mendengar cuitan burung, mendengar raungan suara knalpot motor, mendengar suara televisi yang sedang memutarkan film nussa yang merupakan kesukaan dua bocil di rumah dan masih banyak lagi yang saya dengar.

    Pernah saya menulis dari apa yang saya dengar. Ide menulis saat itu datang saat detektif pendengaran mendengar suara jatuhnya rintik hujan ke atas genting. Yang ternyata suaranya tidak sama seperti lagu hujan yang liriknya diawali dengan tik..tik..tik. Tulisan itu saya berikan judul Genting yang Terkejut.

  5. Perasa
    Finally!!! Terakhir adalah Detektif Perasa. Perasa disini secara umum adalah indera pengecap atau tongue jika dituliskan dalam bahasa inggris. 

    Apa yang bisa kita tulis dari detektif perasa? Tentunya jawabannya sederhana, semua yang berbau makanan bisa dituliskan. Mulai dari apa yang kita makan bisa dijadikan ide menulis. Tulisan bisa tentang rasanya, teksturnya, atau menebak bumbu apa yang digunakan dari makanan yang sedang dimakannya. hehehehee...

    Siapa yang suka makan, boleh nih detektif perasa dijadikan senjata utama dalam menulis. 

Sudah lima senjata menulis yang diberikan oleh indera manusia detektif menulis. Jika kelima senjata tersebut masih menghambat proses menulis maka yang salah adalah Saya yang memang malas menulis... hahahahahahhaa.

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren

Senin, 15 Maret 2021

Paksakan! Tulis apa saja boleh.

Katanya segala hal yang dipaksakan itu tidak baik. Masa iya!

Apakah menulis itu seperti iman yang suka naik-turun. Jika sedang di atas, ibadah pasti semangat 45, namun jika sedang turun ibadah sering ditunda-tunda, bahkan mungkin ada yang sampai terlupa. Apa iya seperti itu? mungkin hanya pemikiran dangkal saya saja yang berfikiran seperti itu.

Kata paksa sendiri menurut KBBI memiliki arti paksa1/pak·sa/ v mengerjakan sesuatu yang diharuskan walaupun tidak mau.

Jika menulis berbeda dengan iman, lalu apa yang harus saya tuliskan. Apa yang harus saya tulis dengan paksaan?

Baca Juga : Malas itu hambatan yang sebenarnya

Beberapa hari ini, dimulai dari tulisan terakhir yang saya posting berjudul LUPA. Nahh.. bahkan tulisan yang saya tulis saja, judulnya sampai terlupa. Mungkinkah gara-gara saya lama tidak menulis.

Baca juga yang ini : Malas menulis datang lagi hari ini

Lalu apa yang membuat saya menulis saat ini. Terus terang saya malas menulis saat ini. Entah apa yang merasuki diriku ini, sampai saya malas sekali menuli. Padahal saya pernah menulis artikel yang jika disearch diblog jarimisterindra akan muncul beberapa artikel tentang malas. Luar biasa yaaa, saya menuliskan artikel tentang malas yang bertujuan memotivasi, eehhhh.... malah saya malas sekarang.

Menurut postingan Ibu Mayor yang saya baca tadi pagi yang berjudul Produktif Menulis, menurut beliau kegiatan menulis adalah anugerah yang harus terus dilakukan sehingga menulis bukanlah suatu keterpaksaan namun suatu kebiasaan atau habbit. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis.

Tulisan dari Ibu Mayor yang saya baca tadi pagi menimbulkan semangat menulis saya kembali. Namun yang menjadi masalah adalah saya tidak menulis juga. Seakan-akan idenya ada, tapi kemauannya yang tidak ada. Kenapa ini yaa?

Akhirnya satu-satu solusi yang saya temui adalah Paksakan! Ya.. Paksakan saja, jika sesuatu dipaksakan pasti akan jadi sesuatu. Hasilnya cukup jelas sekarang, sesuatu yang dipaksakan pasti akan jadi sesuatu, seperti tulisan yang sedang teman-teman baca hingga titik terakhir ini.

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren

https://jarimisterindra.blogspot.com/

Kamis, 04 Maret 2021

Kata Kuncinya adalah Berbagi

Aku ingin begini, Aku ingin begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali. 

Semua.. semua.. semua dapat dikabulkan, dapat dikabulkan dengan kantong ajaib.

Siapa yang tidak mengenal lirik opening song dari film cartoon Doraemon. Film tersebu merupakan salah satu film yang sampai saat ini banyak orang sukai. Dari film tersebut dapat memunculkan alat-alat yang bisa digunakan untuk memecahkan suatu masalah.

Setiap permasalah yang muncul akan bisa menjadi triger, pemicu bagi kita semua untuk bisa memecahkan salah satunya adalah dengan melakukan inovasi.

Setiap orang bisa melakukan inovasi sesuai dengan masalah yang dihadapi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Untuk melalukan sebuah inovasi maka ilmu dasar yang bisa kita gunakanan adalah ilmu yang kita peroleh dari saat kecil sampai dewasa. Setiap permasalah yang muncul/ timbul memungkinkan kita untuk belajar menghadapinya.

Persoalan/ permasalah yang ada bisa dengan cepat bisa diatasi jika kita memiliki ilmunya. sebaliknya jika ilmu kita tidak memungkinkan maka permasalahan/ persoalan yang ada akan lebih susah untuk kita pecahkan.

Oleh sebab itu ilmu itu sangat penting bagi kita semua untuk bisa melalukan inovasi.

Untuk menjadi seorang yang inovator kuncinya adalah "Belajar, belajar, dan belajar"

Sejak kapan kita belajar, siapa yang bisa menjawab? 



Pak Sigit Suryono memiliki pandangan tentang tiga kata "Belajar, belajar, dan belajar", menurut beliau kita mulai belajar sejak :

  1. Belajar bisa kita dapatkan dari semua yang ada di dunia ini, dari ayah bunda yang menanamkan pendidikan sejak kita kecil, pengalaman berharga pasti akan kita dapatkan dari mereka.
  2. Belajar dari teman, masyarakat, dan lingkungan sekitar akan mengajarkan pada kita untuk bisa berbagai dan berkolaborasi dengan saling menghargai semua karya cipta dari mereka akan memunculkan ilmu dan problem solving pada diri kita.
  3. Saat sudah mulai sekolah kita akan mendapatkan banyak ilmu dari guru kita, dosen kita, dan tentu sahabat sahabat kita. Mereka tempat kita menggali ilmu, tempat kita berdebat dan berdiskusi dengan berbagai permasalahan, tempat mencurahkan isi hati, dan ilmu kita dalam menghadapi persoalan di ruang kelas, maupun di ruang sosial kemasyarakatan.
  4. Dunia kerja dan lingkungan kerja kita akan memunculkan inovasi-inovasi baru bagi diri kita karena permasalahan yang ada. Saat kita berkerja dituntut untuk menyelesaikan berbagai masalah pekerjaan kita, sebagai guru inovasi yang bisa kita munculkan ada di sekitar kita. Ada siswa, ada rekan guru, ada kepala sekolah, ada pengawas, ada dinas pendidikan, ada peraturan pemerintah, ada lomba, ada peningkatan kompetensi kepribadian, ada peningkatan kompetensi sosial, ada kompetensi pedagogik, ada kompetensi profesional yang itu semua adalah ladang inovasi bagi kita.
Masalah-masalah di dunia kerja yang kita hadapi itu adalah tempat kita berinovasi untuk bisa mengatasi masalah, atau untuk meringankan beban kerja, atau bisa untuk memunculkan ide baru agar pekerjaan kita menjadi lebih ringan, lebih bermanfaat, dan juga bisa dirasakan hasilnya oleh semua orang. Jika perasaan itu ada pada diri kita... maka bapak ibu adalah "guru inovator"

Kunci berikutnya untuk menjadi seorang yang inovatif setelah belajar adalah berkolaborasi.

"Kolaborasi" penting sekali untuk mempercepat suatu proses inovasi. Dengan kolaborasi dengan rekan sejawat, guru-guru inovator yang lainnya apalagi dalam kumpulan teman-teman penulis sebuah karya akan bisa diselesaikan dengan lebih cepat daripada diselesaikan sendiri. Dengan kolorasi kita bisa saling mengingatkan, saling membantu dikala ada masalah, saling berbagi ide pemecahan masalah, saling menguatkan di kala susah, dan tentu saling menginspirasi untuk berinovasi.
Kata kunci berikutnya adalah berbagi.

Yaa... Berbagi! Seperti film Doraemon. Doraemon selalu berbagi alat untuk membantu setiap permasalahan yang dihadapi Nobita dan teman-temannya. 

Aku ingin terbang bebas di angkasa... heeyyyyy baling-baling bambu

La... la.. laa... Aku sayang sekali Doraemon

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren

Jumat, 26 Februari 2021

Alhamdulillah Lagi!

Bersyukur dalam segala hal, merupakan salah satu pesan dalam tulisan saya yang berjudul Pesan Bapak. Sebuah kumpulan tulisan yang insyaallah akan segera menuju ke penerbit untuk dipublikasikan secara cetak.

Bulan Februari yang sudah hampir dipenghujung banyak menghasilkan hal baik dan buruk dalam kehidupan. Hasil baik dijadikan motivasi agar dapat terus dipertahankan. Hasil buruk dijadikan refleksi dalam kehidupan yang akan datang.

Kisah di bulan Februari diawali dengan sebuah perpisahan dengan salah satu rekan sejawat yang memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Ditambah lagi betapa sulitnya mencari penggani guru pada masa pandemi seperti sekarang ini. Hasil buruk belum berakhir dengan adanya gesekan-gesekan dengan pimpinan yang menimbulkkan banyak kecurigaan. Seakan hal buruk belum mau menjauh, didekatkan lagi dengan musibah air yang banyak hingga masuk ke dalam rumah setinggi dada orang dewasa. Semua hal yang terjadi merupakan proses kehidupan yang harus dihadapi. Dihadapi dengan rasa syukur, pernah saya dengar dalam sebuah ceramah jumat, permasalahan dalam kehidupan tidak lain adalah proses pembelajaran kedewasaan yang dapat membawa kita kederajat yang lebih tinggi lagi.

Buruk dan baik merupakan suatu yang dekat. Dimana ada si buruk pasti ada si baik. Kisah baik yang saya dapatkan pada bulan Februari juga tidak kalah banyak dengan hal buruk yang saya sudah ceritaka. Awal Februari saya dapat kabar bahwa SK CPNS akan segera dibagikan. Benar saja SK CPNS sekarang sudah sampai di tangan. Dengan SK tersebut membawa saya kedalam pengalaman baru, berjumpa kawan baru, memiliki sekolah baru, pokoknya banyak hal baru yang saya dapat. 

Baca Juga : Buku Mahkota Penulis

Selain Sk CPNS, bulan Februari membawa keberkahan. Buku Solo pertama berhasil dipublikasikan dalam bentuk cetak. Dengan bantuan YPTD buku pertama berjudul BISA!PASTI BISA MENULIS akhirnya sampai juga dalam genggaman, Sesuai janji yang disampaikan Omjay, bahwa syarat agar bisa lulus dari WAG Belajar Menulis adalah menerbitkan buku solo dari kumpulan resume. Hal tersebut sudah saya lakukan dan akhirnya saya lulus dan mendapatkan sertifikat dari jerih payah yang saya lakukan.

Apa yang saya pupuk dahulu sekarang mulai bermunculan. Banyaknya tulisan yang saya tulis dan saya simpan di blog, satu per satu sudah menjadi TOC-nya. Jika mau dibuat dalam list maka bisa diperkirakan ada dua judul buku lagi yang bisa dipublikasikan, insyaallah.

Baca Juga : Athar di Daycare

Diakhir Februari mendapatkan kabar dari Ibu Dwinita, siapa Ibu Dwinita, beliau adalah salah satu orang yang bekerja di Penerbit Andi. Yaaa... Penerbit buku mayor yang ada di Jogya. Apa hubungannya Ibu Dwinita dengan saya? Jawabannya adalah saya merupakan peserta september ceria sebuah program menulis buku dalam satu minggu yang dibimbing langsung oleh Prof. Eko Indrajit. Lalu ada kabar apa yang diberikan Ibu Dwinita? Kabarnya adalah Tulisan saya yang berjudul Edutainment sudah selesai melalui tahap editing dan akan segera masuk tahap produksi, alhamdulillah.

Kata Omjay, Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang akan terjadi. Benar-benar terbukti sekarang. Nikmai prosesnya, Nikmati Prosesnya, Nikmati Prosesnya saya tuliskan tiga kali, agar menjadi pengingat bagi diri bahwa segala hal yang kita kerjakan akan menghasilkan pada akhirnya. 

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren

Instagram dan Youtube


Selasa, 23 Februari 2021

Buku, Mahkota seorang Penulis

Saya awali tulisan ini dengan menuliskan kata PANDEMI. Ya.. karena pandemi saya jadi punya kegiatan baru. Kegiatan baru yang sudah biasa dilakukan sebagai rutinitas. Menulis! Ya... Menulis, kegiatan yang setiap hari orang lakukan. Kegiatan yang biasa dilakukan dibanyak tempat, bisa di papan tulis, di buku, di kertas, di meja (ini jangan ditiru ya) bahkan terkadang kita menulis catatan di telapak tangan. Siapa yang pernah menulis di telapak tangan?.

Antologi bersama Ibu Kanjeng, Pak Brien, Ibu Aam serta teman literasi

Pandemi yang terjadi di awal maret 2020 berdampak bagi semua kalangan. Dampak yang ditimbulkan bisa positif dan juga negatif, tergantung kita yang mengkondisikannya. Alhamdulillah pandemi mempertemukan saya dengan group menulis PGRI. Sebuah group yang sebagian besar kegiatannya adalah kegiatan menulis. Group kegiatan menulis ini diikuti sampai ribuan guru di seluruh Indonesia, bahkan ada peserta yang tidak berprofesi sebagai seorang guru.

Omjay yang menggagas atau sebagai pencetus kegiatan tersebut. Sosok yang selalu menghipnotis setiap peserta dengan kalimat saktinya "Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang akan terjadi". Kalimat tersebut benar-benar menjadi cambuk bagi siapa saja yang membacanya.

Banyak peserta yang sudah membuktikan kalimat sakti tersebut. Banyak peserta yang sudah bisa menerbitkan buku pertamanya. Buku yang berisikan resume menulis yang dituliskan pada blog pribadi, dikumpulkan sebanyak 20 pertemuan. Resume tersebut disusun diberikan kata pengantar, daftar isi, serta cover depan dan belakang sehingga manis untuk dilihat dan dibaca berulang-ulang.

Dari banyaknya peserta yang berhasil menerbitkan buku saya menjadi salah satu yang berhasil. Alhamdulillah, tidak pernah menyangka sebelumnya jika bisa membubuhkan nama Muhammad Indra Wahyuddin di sampul depan sebuah buku sebagai penulisnya. Kalimat sakti Omjay sudah menghipnotis saya untuk terus menulis setiap hari. 

Buku Solo Pertama

Buku BISA! PASTI BISA MENULIS berhasil terbit dan sampai ditangan pada pertengahan Februari 2021. Buku dengan Cover berwarna putih setebal kurang lebih 200 lembar menjadi bukti awal yang akan dikenang sepanjang jaman. Paling tidak akan dikenang oleh anak-anak di masa yang akan datang.

Terimakasih PGRI, YPTD, Omjay, Teman-teman Group Menulis yang selalu bersama-sama memberikan motivasi dalam banyak hal. Semoga kita semua selalu dalam keadaan semangat menulis setiap hari dan bisa membuktikan apa yang akan terjadi.

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
Instagram dan Youtube

Senin, 15 Februari 2021

Kalimat Pembuka dalam Menulis

Dua hal yang paling sulit sewaktu ingin memulai menulis adalah membulatkan niat dan membuat kalimat pertama. Iya gak sih... Apakah ada yang sepikiran dengan saya? atau ada yang memiliki pemikiran lain.


Niat yang kuat dalam kegiatan menulis tentunya menjadi idaman semua penulis pemula. Namun terkadang niat saja tidak cukup, benar gak sih? Niat saja tidak cukup. Terkadang niat yang sudah membulat belum tentu kegiatan menulis berjalan mulus. Hmm, kan niat sudah ada masa tetap belum bisa menulis. Apa lagi yang kurang?

Yang kurang adalah kalimat pembuka. Kalimat pembuka dalam sebuah tulisan terkadang sangat sulit dituliskan. Terkadang membuat kalimat pembuka memerlukan waktu lebih lama daripada menulis jejeran kalimat berikutnya dalam sebuah tulisan. 

Jika kalimat pembuka sulit untuk dibuat, apakah tidak ada tips dan trik untuk membuat kalimat pertama dalam tulisan. BloggerHUB menjawab pertanyaan tentang tips dan trik membuat kalimat pembuka. BloggerHUB yang merupakan akun instagram yang konsen dalam dunia blog memberitahukan tentnag hal tersebut, paling tidak ada lima hal yang dapat digunakan dalam membuat kalimat pembuka.
  1. Awali dengan sebuah pertanyaan
    Terkadang dalam mengurai suatu ide menulis memang perlu dipancing dengan pertanyaan. Dari pertanyaan tersebut diharapkan akan hadir ribuan jawaban disepanjang tulisan.
  2. Suguhkan fakta berdasarkan sumber terpercaya
    Data yang berdasarkan fakta dalam kalimat pembuka akan menambah alternatif kreatifitas dalam menemukan kalimat-kalimat selanjutnya.
  3. Awali dengan kalimat yang mengajak pembaca agar ikut membuka pikiran.
    Munculkan rasa penasaran kepada para pembaca untuk ikut memahami tulisan yang kita buat.
  4. Menjelaskan latar belakang masalah.
    Pernah membaca tulisan Pak Cip di www.krantoa.my.id. Pak Cip selalu membuat tulisan dengan latar belakang yang mendalam tentang ide menulisnya. Sehingga hal tersebut membuat pembaca merasakan energi tulisan tersebut.
  5. Awali dengan menjelaskan kata utama topik.
    Ini merupakan cara yang paling mudah dan banyak digunakan. Penulis langsung to the point  dalam mengeluarkan sudut pandang tulisan yang ditulisnya
Kelima tips dan trik yang diberikan BloggerHUB, bisa sangat membantu dalam menentukan kalimat pembuka dari tulisan yang kita akan buat. 

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren

Minggu, 14 Februari 2021

Teknik Menulis Narasi dalam Cerita Fiksi

Jika kekuatan ucapan atau bahasa lisan adalah intonasi dan mimik/pantomimik sang penutur, maka kekuatan bahasa tulis terletak pada pungtuasi/tanda baca yang digunakan. Kalimat yang efektif juga tidak kalah menentukan. Lalu, bagaimana penulisan dialog dalam cerita yang akan kita tulis dengan tanda baca dan ejaan yang benar?



Jika penulisannya benar, tulisan akan enak dibaca. Selain itu, pembaca cerita kita makin mudah memahami makna cerita.


Selain itu, jika tulisan rapi, setidaknya itu bisa menjadi nilai plus  ketika mengikuti lomba-lomba seputar dunia kepenulisan. Salah satunya seperti event yang diadakan oleh sebuah penerbit. Baik indi ataupun mayor, biasanya salah satu yang dinilai dari naskah tersebut selain isinya yang menarik adalah kesesuaian tanda baca.


Memang ada editor yang bertugas untuk memperbaiki tulisan kita bahkan membuatnya menjadi lebih hidup. Tapi, memangnya kita mau mengandalkan editor terus? Kalau bisa sendiri, kenapa enggak? Enggak ada salahnya belajar tanda baca dan membuat dialog yang benar. :-)





Narasi Sebelum dan Sesudah Dialog


Narasi menggambarkan kondisi atau keadaan sehingga pembaca mengetahui tempat, peristiwa, maupun pikiran tokoh. Efeknya, pembaca semakin mudah memahami alur serta menikmati cerita dengan baik. Istiqomah mengatakan bahwa fiksi dengan narasi terlalu panjang dan miskin dialog melelahkan untu dibaca dan membosankan (istiqomahalmaky.com).


Bagaimana penulisan narasi yang diikuti dialog dan sebaliknya?




Penulisan yang salah sebagai berikut.


Bisikan bapak mengagetkanku, “Nduk, Ibu sudah pulang.”


Diakhiri tanda koma pada narasi yang seharusnya tanda titik (.)


Ini Juga Salah


Bisikan bapak mengagetkanku. “nduk, Ibu sudah pulang.”


Kalimat dialog dimulai dengan huruf kecil, seharusnya KAPITAL


Berikut ini juga penulisan yang salah


“Nanti kita ke rumah nenek lagi, kalau ada waktu libur lagi” Aku kecewa dengar pernyataan ayahku.


Tidak ada tanda titik pada akhir dialog


Berikut ini juga penulisan yang salah


“Nanti kita ke rumah nenek lagi, kalau ada waktu libur lagi” Aku kecewa dengar pernyataan ayahku.


Tidak ada tanda titik pada akhir dialog


Contoh yang salah lagi:


“Nanti kita ke rumah nenek lagi, kalau ada waktu libur lagi.” aku kecewa dengar pernyataan ayahku.

Kalimat narasi diawali huruf kecil seharusnya kapital.


DIALOG TAQ


Jika Anda membaca dialog seperti berikut ini.


“Duduk di sana yuk,” ajak Danu.

“Hai-hai, CLBK nih ye,” goda Juna sambil tersenyum jenaka pada kami berdua.


Kata “ajak” dan “goda” pada kalimat di atas itulah yang dinamakan dialog tag. Jadi, dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Dialog tag juga sering terdapat sebelum dialog.


Fungsi dialog tag adalah memberi informasi pengucap dialog kepada pembaca. Jika dialog tag mengikuti dialog maka penulisannya diawali dengan huruf kecil setelah tanda koma dan tanda petik. Apabila dialog tag terletak sebelum dialog maka penulisannya diikuti tanda koma sebelum tanda petik ganda.



https://www.rinmuna.com/2019/02/macam-macam-dialog-tag.html


Contoh penulisannya sebagai berikut.


“Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Iwan berkata, “Buku ini aku pinjam.”


Berikut contoh yang salah. Tanda baca titik (.) yang seharusnya tanda koma (,) dan huruf awal setelah dialog adalah huruf kapital, seharusnya huruf kecil.


“Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.


Iwan berkata. “Buku ini aku kupinjam.”


Tanda Seru dan Tanda Tanya di Akhir Dialog


Anda pernah marah, berteriak, atau sekedar memberi peringatan atau menegaskan? Jika Anda tulis maka pada akhir dialog dibubuhi tanda seru. Ingat, ya! Intonasinya tinggi.


Contoh


“Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Somad.


Kalimat dialog jangan diberi tanda titik karena intonasinya tinggi. Dialog tag “bentak” ditulis dimulai dengan huruf kecil.


Bagaimana jika bentuk penegasan tetapi tidak sejahat yang orang kira? Penulisan yang benar adalah:


“Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih.


Meskipun penegasan, akan tetapi narasi “ucapnya lirih” membayangkan intonasi yang digunakan rendah.


Bolehkah mengunakan tanda seru? Boleh, namun narasi sesudahnya merupakan kalimat yang lain.


Contohnya:


“Aku tidak sejahat itu!” Dengan lirih Sari menegaskan.


Nah, membacanya juga beda, kan?


Buanglah tanda koma pada tempatnya!


Saya, yang masih belajar memulai menulis cerita fiksi, tanpa sadar kadang menambahkan tanda koma (,) sesudah tanda tanya.


Contohnya:

“Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Reza.

Apa yang janggal? Penggunaan tanda koma yang tidak tepat dan menulis dialog tag “tanya” diawali huruf kapital.


Tentu saya dan Anda memerlukan contoh yang benar.

“Sedang apa kamu di sini?” tanya Reza.

Tidak memerlukan tanda koma. Jadi, buanglah tanda koma pada tempatnya!”


Namun cermati kalimat berikut ini!

“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.

Kalimat tersebut sudah benar. Mengapa huruf awal dalam narasinya kapital? Benar! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di sampingnya” dikatakan sebagai kalimat baru.


Berbeda apabila kalimatnya seperti ini:

“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.

Kata “tanya” adalah dialog tag dan itu dikatakan masih dalam satu kalimat.


Tanda Elipsis/Titik tiga (…)



Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).


Contoh:

“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka hanya terdapat tanda elipsis di sana.


Contoh:

“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.

Penggunaan En Dash (—) atau Tanda Pisah dalam Dialog



Contoh 2:

“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).


“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

Tanda pisah bersimbol (–) en dash atau (—) em dash tidak ada tombolnya pada papan ketik. Dua tanda hubung yang dirangkai tanpa spasi (--) dapat digunakan sebagai lambang tanda pisah.


Penggunaan Kata “kan” dalam dialog


Perhatikan contoh di bawah ini.


Contoh :

“Dia itu kekasihmu, kan?”

Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.


Demikian juga ketika menggunakan kata sapaan pendek/pengganti panggilan seperti: Nak, Kak, Bu, dan sebagainya. Gunakan tanda koma sebelum kata itu dituliskan.

“Belajar yang rajin ya, Nak.”

Nama dan Panggilan dalam Dialog


Contoh 1:

“Aku harap Ayah merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap.

Pada contoh pertama, kata “Ayah” diawali dengan huruf kapital. Orang yang di maksud ada di sana atau terlibat dalam percakapan tersebut.


Contoh 1:

“Aku harap Ayah merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap.

Pada contoh pertama, kata “Ayah” diawali dengan huruf kapital. Orang yang di maksud ada di sana atau terlibat dalam percakapan tersebut.


Contoh 2:

“Aku berharap ayahmu merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.

Pada contoh kedua, kata “ayah” di awali dengan huruf kecil tanda bahwa sang ayah tidak ada di sana atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.


Contoh 3 :

“Menurut pak Aldi, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Pada contoh nomor 3, kata “pak Aldi” huruf awalnya ditulis kecil dan huruf keduanya ditulis besar karena merupakan nama orang. Hal ini dapat dipahamai karena pak Aldi tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

“Terimakasih Pak Aldi atas kerjasamanya.”

Pada contoh nomor 4, kata “Pak Aldi” huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar karena merupakan sapaan. Dapat dipahami bahwa pak Aldi terlibat dalam percakapan tersebut.


Jika ada yang berkomentar, Kok ribet banget mau nulis cerita, tulis aja, nanti malah ceritamu nggak jadi-jadi.


Jika orang itu adalah Anda, saya juga menyarankan, segera tulis saja cerita Anda sampai selesai.


Namun sesudahnya, sebelum cerita itu dipublikasikan, sebaiknya disunting dengan berpedoman pada penjelasan di atas.


Atau Anda memberi saya pekerjaan baru sebagai editor? Ha ha ha .... kalau ini bercanda. 

Salam!


Itulah materi dari Pak D tentang membuat teks Narasi dan Dialog pada Cerpen. Jika tidak dipraktekkan tidak akan pernah bisa!!


Salam Kenal

Salam Literasi

Salam Indrakeren