Senin, 22 Agustus 2022

Bolehkah saya menulis lagi!

Bolehkah saya menulis lagi! Kalimat itu yang sedang terpikir oleh saya saat ini. Saya ingin menulis lagi, tapi... ide terasa jauh. Padahal banyak hal yang saya lalui dan pasti dapat dijadikan bahan tulisan yang menarik. Tapi, tidak saya tuliskan! Sungguh bingung saya memulainya.

design sendiri, pakai canva

Apakah kemampuan menulis saya menghilang? Atau memang kemauan menulis yang tidak ada. Jika saya mundur kebelakang, ketika pandemi menyerang. Aktifitas menulis sangat mengalir, apa yang saya lihat bisa saya tuliskan, apa yang saya dengar dapat saya tuangkan dalam tulisan, bahkan apa yang saya rasa bisa juga rangkai menjadi bacaan yang menarik. Apa saja bisa saya jadikan tulisan yang panjang. Kini! Sulit sekali rasanya.

Sibuk! Lagi-lagi kata tersebut yang terbesit di kepala. Sesibuk apa sih ndra? sepertiya tidak sibuk-sibuk banget, waktu yang tersedia sama 24 jam. Bahkan waktu bekerja/mengajar, kini lebih singkat dan memiliki waktu luang yang cukup longgar. Tapi, kenapa menulis menjadi berat saat ini? Padahal ide banyak, sumber ada, alat pendukung canggih dan dukungan juga mengalir. Namun, kenapa menulis menjadi berat? Why!

Dari keresahan yang saya rasakan tentang menulis. Saya menemukan beberapa hal yang menjadi tembok besar dalam kegiatan menulis, sehingga kegiatan menulis menjadi buntu. 

  • Menunda
"Nanti pada saat jam istirahat ingin menulis ah". Namun pada kenyataanya keinginan hanya tinggal keinginan, sehingga kegiatan menulis pada akhirnya tertunda lagi. "Nanti aja deh, setelah sholat isa baru menulis lagi". Pada kenyataannya tidak jadi menulis lagi. Ditunda terus, ditunda lagi, hingga tidak ada keinginan untuk menulis sama sekali.
  • Pola pikir
Apa yang kita pikirkan, itu adalah apa yang akan kita lakukan. Begitu pula dengan kegiatan menulis. Pola pikir kita untuk melakukan kegiatan menulis akan hilang, jika kita menggiring pola pikir kita untuk tidak melakukannya. "Saya tidak ada waktu untuk menulis". Pada akhirnya, kita benar-benar tidak ada waktu untuk menulis. Sehingga pola pikir kita akhirnya membuat kita tidak akan ada waktu untuk menulis.
  • Kondisi badan
Lelah fisik, lelah otak. Seakan-akan membuat kita sudah tidak ada gairah lagi unuk membuka laptop atau sekedar mengandai-andai apa yang ingin dituliskan. Tenaga sudah diporsir untuk melakukan kegiatan lain, selain menulis!
  • Banyak alasan
Izinkan saya tertawa dulu yaa, hahahahhahhaa! Mungkin tembok yang paling besar pada diri saya adalah banyak alasan untuk tidak menulis. Ada saja bisikan atau bahkan ajakan untuk dijadikan alasan agar tidak menulis.
  • Beban pekerjaan
Mungkin ini tembok yang paling tidak tepat bagi saya, karena saya tidak menganga pekerjaan sebagai beban yang harus diselesaikan. Tapi, hal ini mungkin bisa menjadi tembok bagi orang lain untuk menulis. 
  • Bingung memulai
Sudah ditulis, dihapus lagi. Ditulis lagi, dihapus lagi. Pada akhirnya tombol shut down pada laptop diklik dan tidak lama kemudian laptop mati. Bingung mau memulai tulisan dari mana, bingung mau menulis apa, dan akhirnya bingung banget.
  • Lingkungan
Tidak ada teman yang se-frekuensi. Ya, hal tersebut memang sangat mempengaruhi semangat menulis. Disaat rekan sejawat tidak ada target untuk menulis. Pada akhirnya kita juga merasa tidak harus melakukan kegiatan menulis tersebut. 
  • Tidak dituntaskan
Saya menulis kok, sungguh saya menulis, akan tetapi tulisan tidak selesai dan tidak dipublish. Ketika ingin menuliskan lagi untuk diselesaikan, ternyata ide sudah hilang, moment sudah berganti, pada akhirnya tulisan yang sudah disimpan di delete.
  • Minder
Masa iya saya minder. Serius, apa benar saya minder.? Jika iya, minder saya siapa ya...! Banyak tulisan yang disebar pada grup WA dan tulisannya bagus-bagus. Apakah itu yang menjadi saya minder? Jika iya, berarti ada yang salah dalam diri saya. Hahahahaa.

Tembok-tembok penghambat sudah dituliskan, seharusnya harus segera dirobohkan. Sehingga tidak ada lagi kata menunda dalam menulis. Luruskan pola pikir yang positif, agar aktifitas menulis bisa mengalir manis. Tidak ada lagi alasan demi alasan yang menghantui pikiran. Beban dan bingung tidak harus menjadi perdebatan, tulis saja! jangan banyak dipikirkan!

Ayo, Ndra! Saya menyemangati diri saya sendiri. Bolehkah saya menulis lagi? jawabannya boleh! sangat boleh! tuliskan sebanyak-banyaknya, sesering-seringnya, sehingga tulisan semakin bagus dan enak dibaca. Ayo, Ndra bisa yokkk!

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
See You Tomorrow 😉

8 Comments:

  1. Ayo, Ndra!
    ,,,
    ,,,
    Hehee,,,apa khabar pak Indar Keren,,??😀😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kabar saya baik Bu. Hanya saja jarang menulis... Hehehhe

      Hapus
  2. Kok dalam posisi yg sama dengan saya Mas Indra... Ayo semangat!!!
    Saya juga sedang berusaha merobohkan tembok-tembok itu 😊💪

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayooo semangat... Bareng bareng menulis lagi...

      Hapus
  3. Nggak dimungkiri, beban pekerjaan cukup menjadi tembok besar untuk nulis. Tapi saya yakin kita sebenarnya punya cara tersendiri untuk mengatasi. Semangat Pak...

    BalasHapus
  4. Wah baru liat pak indra lagi,izin bergabung di lagerunal ya pak

    BalasHapus