Suasana halaman SDN Cipulir 05 berubah menjadi lebih semarak
setelah upacara bendera selesai. Tanpa panggung besar, seluruh kegiatan
dilaksanakan langsung di lapangan sekolah, membuat jarak antara penampil dan
penonton terasa lebih dekat dan hangat. Para peserta didik duduk rapi, sebagian
berdiri sambil mencari posisi yang lebih jelas, sementara para guru dan orang
tua berbaur di sisi lapangan. Keceriaan dan rasa penasaran tampak jelas pada
wajah anak–anak yang menunggu giliran tampil, membuat pagi itu terasa hidup dan
penuh antusiasme.
 |
| Selamat Hari Guru Nasional |
Acara dibuka oleh MC, Ibu Novi dan Ibu Isni, yang menyapa
hadirin dengan hangat. Doa oleh Pak Wima mengawali kegiatan dengan suasana
tenang, disusul sambutan dari Ibu Hartiningsih yang mengingatkan kembali betapa
besar peran guru dalam membimbing dan membentuk karakter peserta didik. Setelah
sambutan selesai, rangkaian penampilan dimulai dan lapangan pun menjadi ruang
penuh cerita dari setiap peserta yang tampil.

 |
| Acara dibuka oleh MC dan pembacaan doa |
Penampilan pertama datang dari Ekskul BTQ. Hima, yang tampil
seorang diri di tengah lapangan, melantunkan surat Al-Zalzalah dengan suara
lembut namun jelas. Wajahnya sedikit gugup, tetapi ia terus membaca hingga
akhir dengan penuh keteguhan. Tepuk tangan yang mengalun setelahnya menjadi
hadiah keberaniannya. Setelah itu, Elora melangkah maju membawakan lagu berjudul From the start, yang dipopulerkan oleh Laufey. Suaranya sempat bergetar di awal, namun perlahan stabil saat melihat
teman-temannya memberi dukungan.
 |
| Sambutan Kepala Sekolah, BTQ oleh Hima dan Nyanyian dari Elora |
Memasuki sesi penampilan kelas rendah, suasana lapangan
semakin ramai dan hangat. Kelas 1C yang masih mungil menyanyikan “Hymne Guru”
sambil berusaha menjaga barisan. Beberapa anak sesekali saling melirik agar
tetap kompak, membuat para guru tersenyum haru. Kelas 1B membawakan “Pagiku
Cerahku,” suaranya belum serempak namun penuh semangat. Kelas 2B tampil energik
membawakan “Jumbo,” dengan beberapa anak yang menyanyi terlalu cepat—mendahului
musik dan mengundang senyum penonton.
Tak lama kemudian, kelas 1A maju dengan penuh percaya diri
menyanyikan lagu “Jasamu Guru.” Ada yang bernyanyi terlalu cepat, ada
yang sesekali lupa lirik, namun ketulusan suara mereka justru membuat banyak
guru tersenyum bangga. Setelah itu, kelas 1D dan 2A tampil dengan penuh usaha;
ada yang melangkah lebih maju dari barisan, ada yang sesekali mencari wajah
gurunya untuk memastikan gerakannya benar.
Ketika kelas 3 menari, gerakan mereka memang tidak selalu
selaras—ada yang terlalu cepat, ada yang tertinggal beberapa detik—namun justru
ketidaksempurnaan itulah yang membuat penampilan mereka terasa hangat. Tawa
kecil, langkah ragu, dan ekspresi polos mereka membuat seluruh lapangan
terhibur sekaligus tersentuh, mengingatkan semua yang hadir bahwa ketulusan
anak-anak adalah hadiah paling murni untuk para guru.
Lalu tibalah momen yang membuat seluruh lapangan pecah oleh
sorakan: penampilan Teacher Squad. Para guru yang biasanya terlihat tegas di
ruang kelas kini tampil ceria dan penuh energi membawakan tarian “Aku Anak
Sekolah.” Sorak-sorai siswa menggema; beberapa bahkan berdiri sambil menirukan
gerakan gurunya. Ketika salah satu guru terlambat mengikuti irama, tawa pecah
bukan karena mengejek, tetapi karena murni bahagia melihat kedekatan yang
jarang terlihat. Penampilan singkat itu meninggalkan memori hangat bagi semua
yang hadir.
Rangkaian berikutnya menampilkan ekskul-ekskul sekolah.
Ekskul PMR membuka sesi ini dengan Tari Tobala Bale. Gerakan mereka yang
berenergi memantulkan semangat muda yang ceria; beberapa peserta tampak
berusaha menjaga fokus meski sesekali melirik teman di sampingnya untuk
memastikan gerakannya tepat.


Ekskul Tari 1 menyusul dengan Tari Kicir-Kicir. Ada momen
ketika satu penari hampir kehilangan pegangan selendangnya, lalu cepat-cepat
memperbaikinya sambil tersenyum malu—sebuah kejadian kecil yang justru membuat
penampilan mereka terasa manis dan menggemaskan. Ekskul Silat kemudian mengambil alih lapangan dengan aura
yang berbeda. Gerakan mereka yang tegas dan lincah membuat penonton terpukau;
setiap hentakan kaki dan ayunan tangan tampak penuh keyakinan, seolah
menunjukkan bahwa keberanian juga tumbuh dari latihan dan kebersamaan.
Begitu tepuk tangan mereda, Ekskul Tari 2 maju dengan Tari
Sipatokaan. Mereka bergerak anggun, lembut, dan rapi, membuat suasana terasa
lebih tenang dan elegan, kontras dengan energi penampilan sebelumnya.
Sebagai penutup sesi ekskul, Ekskul Pramuka tampil dengan
pertunjukan tari yang dipadukan dengan gerakan bendera semaphore. Perpaduan
langkah tari dan kibasan bendera yang membentuk kode-kode visual menciptakan
pemandangan unik di tengah lapangan. Beberapa peserta tampak fokus mengikuti
ritme, sementara yang lain tersenyum ketika benderanya hampir tak selaras.
Ketekunan mereka menggabungkan seni tari dan keterampilan semaphore membuat
penampilan ini terasa berbeda dan berkesan. Penonton pun menyaksikannya dengan
penuh antusias.
Ketika memasuki penampilan kelas tinggi, suasana di lapangan
perlahan berubah menjadi lebih emosional. Kelas 6C membuka sesi ini dengan lagu
dan puisi “Jasamu Guru.” Suara mereka yang tulus, meski sesekali bergetar,
membuat beberapa guru tampak berkaca-kaca.
Usai penampilan itu, kelas 5 maju dengan percaya diri
membawa perpaduan nyanyi dan tari. Gerakan mereka sempat tidak kompak di awal,
namun momen itu justru membuat mereka saling tersenyum dan pelan-pelan
menyelaraskan ritme hingga akhir penampilan.


Kehangatan ini kemudian berlanjut ketika kelas 6A
menghadirkan drama musikal “Pelita di Setiap Langkah Kami.” Berbeda dari
kelas lainnya, mereka tampil menggunakan audio rekaman yang sudah
disiapkan sebelumnya. Tanpa dialog langsung, setiap pemain mengandalkan mimik
wajah, gerak tubuh, dan ekspresi yang mengikuti alur suara dari rekaman
tersebut. Ada momen ketika seorang pemain sedikit terlambat mengikuti audio
atau terlihat bingung sesaat, tetapi detail-detail kecil itu justru membuat
penampilan terasa hidup dan manusiawi. Penonton dapat melihat kesungguhan
mereka dalam memadukan gerak dan ekspresi, membuat drama itu tampak seperti
kolaborasi penuh ketulusan antara latihan dan keberanian tampil di depan
publik. Sesekali improvisasi kecil muncul spontan dan menimbulkan tawa hangat,
menciptakan kedekatan yang tidak dibuat-buat.

Setelah drama usai, kelas 4B tampil membawakan “Petualangan
Sherina.” Meski kostumnya sederhana, ekspresi dan semangat mereka seolah
menghidupkan kembali cerita petualangan penuh imajinasi itu. Begitu penampilan
selesai, kelas 6D mengambil alih dengan kombinasi menari dan menyanyi. Meskipun
kelelahan mulai terlihat, mereka tetap menuntaskan penampilan dengan senyum
yang tidak pudar.
Tak lama kemudian, suasana kembali ceria ketika kelas 4A
mengajak seluruh penonton bergerak melalui senam “Guruku Tersayang.” Beberapa
anak kecil di sekeliling lapangan ikut menirukan gerakannya, membuat suasana
semakin hidup.
Sebagai penutup sesi siswa, kelas 6B tampil dengan lagu dan
puisi “Terima Kasih Guruku.” Mereka berdiri dalam barisan rapi, namun dari
sorot mata mereka tampak jelas bahwa kata-kata itu bukan sekadar hafalan. Pada
beberapa bagian suara terdengar pelan, seolah menahan haru, sementara pada
bagian lain menguat, seperti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang selama
ini terpendam. Tepuk tangan panjang yang mengiringi penampilan mereka menutup
sesi itu dengan nuansa hangat, bangga, dan penuh rasa syukur.
Menjelang akhir acara, para orang tua murid ikut tampil dan
suasana langsung kembali riuh. Sorakan dan tawa pecah saat mereka mulai
bergerak mengikuti musik. Ada yang tampak grogi, ada yang justru terlalu
semangat, namun semuanya tampil dengan hati. Menjadikan momen sederhana ini terasa
sangat berharga bagi semua yang hadir.
Tepat pukul 12.00, acara ditutup oleh MC. Meski matahari
semakin terik, senyum para peserta didik, guru, dan orang tua tetap merekah.
Hari itu, lapangan SDN Cipulir 05 bukan hanya menjadi lokasi kegiatan, tetapi
ruang yang penuh kenangan, kebersamaan, dan penghormatan bagi para pendidik
yang telah menyalakan cahaya bagi masa depan anak-anak.
Di balik seluruh rangkaian penampilan hari ini, terpancar satu pesan yang menguatkan: bahwa setiap guru adalah pelita yang tak pernah padam bagi perjalanan anak-anak. Dari tangan merekalah keberanian tumbuh, mimpi menemukan arah, dan karakter mulai terbentuk. Peringatan Hari Guru Nasional tahun ini bukan sekadar selebrasi, tetapi pengingat bahwa kekuatan pendidikan lahir dari hati yang setia membimbing, bukan dari kemegahan panggung. Dengan semangat “Guru Hebat, Indonesia Kuat,” kita percaya bahwa masa depan bangsa akan tetap kokoh selama masih ada guru yang rela berdiri di garis depan pengetahuan dan kasih sayang. Semoga cahaya pengabdian para guru terus menerangi langkah generasi penerus, dan hari ini menjadi pengingat bahwa mereka tidak pernah berjalan sendirian, ada seluruh keluarga besar pendidikan yang mendukung, menghargai, dan mencintai mereka sepenuh hati.
#menulislagi
#salamkenal
#salamliterasi
#salamindrakeren
#dotai
#saLai
see you tomorrow 😊