Ciledug, Tangerang - Beberapa waktu terakhir, saya merenung tentang satu hal yang mungkin juga dirasakan oleh banyak guru sekolah dasar: pelatihan yang terus berdatangan di tengah-tengah jam belajar. Setiap kali surat undangan itu datang, lengkap dengan kop resmi dan tanda tangan pejabat, hati saya selalu terbelah dua arah. Di satu sisi, pelatihan adalah bentuk kepercayaan dan kesempatan berharga untuk belajar, meningkatkan kompetensi, dan menambah wawasan. Namun di sisi lain, ada sekelompok kecil wajah yang selalu saya tinggalkan di ruang kelas, murid-murid saya.
![]() |
| Bersama guru hebat Jakarta Selatan 1 |
Setiap kali harus menghadiri pelatihan, saya menitipkan mereka kepada guru piket. Biasanya saya menyiapkan lembar tugas, berharap mereka tetap bisa belajar dengan baik meski tanpa kehadiran saya. Tapi jauh di dalam hati, saya tahu, suasana belajar tanpa guru utama tak akan pernah sama. Ada keheningan yang tak bisa diisi oleh kertas tugas, dan ada kehilangan kecil yang tak bisa dijelaskan hanya dengan kata “izin pelatihan”.
Sebenarnya, bila kegiatan ini berlangsung sesekali, mungkin semua masih bisa dimaklumi. Namun kini, pelatihan datang silih berganti, ada yang mingguan, bahkan ada yang berkelanjutan. Sementara saya, di antara semangat belajar dan rasa tanggung jawab, terus berusaha menjaga keseimbangan agar tak merasa lalai pada salah satu.
Saya tidak menolak pelatihan, karena saya percaya guru yang baik adalah guru yang mau terus belajar. Hanya saja, mungkin sudah saatnya ada jeda yang lebih bijak dalam pelaksanaannya. Mungkin pelatihan bisa diadakan pada waktu libur sekolah, atau di akhir pekan, agar guru dapat belajar tanpa meninggalkan kelas dan murid-muridnya. Sebab, sejatinya, tujuan dari setiap pelatihan guru adalah agar pembelajaran di kelas menjadi lebih baik, dan itu akan sulit tercapai jika pembelajaran itu sendiri sering terhenti.
Ada kalanya saya bertanya dalam hati: “Apakah saya sedang menunaikan kewajiban, atau justru mengabaikan panggilan utama saya sebagai pendidik?” Pertanyaan itu terus menggema setiap kali saya menatap kursi kosong di ruang kelas, kursi saya sendiri.
#menulislagi
#salamkenal
#salamliterasi
#salamindrakeren
#dotai
#saLai
see you tomorrow 😉






0 Comments:
Posting Komentar