Rabu, 26 November 2025

Guru Hebat, Indonesia Kuat: Meriahnya Hari Guru Nasional 2025 di SDN Cipulir 05

Suasana halaman SDN Cipulir 05 berubah menjadi lebih semarak setelah upacara bendera selesai. Tanpa panggung besar, seluruh kegiatan dilaksanakan langsung di lapangan sekolah, membuat jarak antara penampil dan penonton terasa lebih dekat dan hangat. Para peserta didik duduk rapi, sebagian berdiri sambil mencari posisi yang lebih jelas, sementara para guru dan orang tua berbaur di sisi lapangan. Keceriaan dan rasa penasaran tampak jelas pada wajah anak–anak yang menunggu giliran tampil, membuat pagi itu terasa hidup dan penuh antusiasme.

Selamat Hari Guru Nasional

Acara dibuka oleh MC, Ibu Novi dan Ibu Isni, yang menyapa hadirin dengan hangat. Doa oleh Pak Wima mengawali kegiatan dengan suasana tenang, disusul sambutan dari Ibu Hartiningsih yang mengingatkan kembali betapa besar peran guru dalam membimbing dan membentuk karakter peserta didik. Setelah sambutan selesai, rangkaian penampilan dimulai dan lapangan pun menjadi ruang penuh cerita dari setiap peserta yang tampil.

Acara dibuka oleh MC dan pembacaan doa

Penampilan pertama datang dari Ekskul BTQ. Hima, yang tampil seorang diri di tengah lapangan, melantunkan surat Al-Zalzalah dengan suara lembut namun jelas. Wajahnya sedikit gugup, tetapi ia terus membaca hingga akhir dengan penuh keteguhan. Tepuk tangan yang mengalun setelahnya menjadi hadiah keberaniannya. Setelah itu, Elora melangkah maju membawakan lagu berjudul From the start, yang dipopulerkan oleh Laufey. Suaranya sempat bergetar di awal, namun perlahan stabil saat melihat teman-temannya memberi dukungan.

Sambutan Kepala Sekolah, BTQ oleh Hima dan Nyanyian dari Elora

Memasuki sesi penampilan kelas rendah, suasana lapangan semakin ramai dan hangat. Kelas 1C yang masih mungil menyanyikan “Hymne Guru” sambil berusaha menjaga barisan. Beberapa anak sesekali saling melirik agar tetap kompak, membuat para guru tersenyum haru. Kelas 1B membawakan “Pagiku Cerahku,” suaranya belum serempak namun penuh semangat. Kelas 2B tampil energik membawakan “Jumbo,” dengan beberapa anak yang menyanyi terlalu cepat—mendahului musik dan mengundang senyum penonton.


Tak lama kemudian, kelas 1A maju dengan penuh percaya diri menyanyikan lagu “Jasamu Guru.” Ada yang bernyanyi terlalu cepat, ada yang sesekali lupa lirik, namun ketulusan suara mereka justru membuat banyak guru tersenyum bangga. Setelah itu, kelas 1D dan 2A tampil dengan penuh usaha; ada yang melangkah lebih maju dari barisan, ada yang sesekali mencari wajah gurunya untuk memastikan gerakannya benar.


Ketika kelas 3 menari, gerakan mereka memang tidak selalu selaras—ada yang terlalu cepat, ada yang tertinggal beberapa detik—namun justru ketidaksempurnaan itulah yang membuat penampilan mereka terasa hangat. Tawa kecil, langkah ragu, dan ekspresi polos mereka membuat seluruh lapangan terhibur sekaligus tersentuh, mengingatkan semua yang hadir bahwa ketulusan anak-anak adalah hadiah paling murni untuk para guru.


Lalu tibalah momen yang membuat seluruh lapangan pecah oleh sorakan: penampilan Teacher Squad. Para guru yang biasanya terlihat tegas di ruang kelas kini tampil ceria dan penuh energi membawakan tarian “Aku Anak Sekolah.” Sorak-sorai siswa menggema; beberapa bahkan berdiri sambil menirukan gerakan gurunya. Ketika salah satu guru terlambat mengikuti irama, tawa pecah bukan karena mengejek, tetapi karena murni bahagia melihat kedekatan yang jarang terlihat. Penampilan singkat itu meninggalkan memori hangat bagi semua yang hadir.


Rangkaian berikutnya menampilkan ekskul-ekskul sekolah. Ekskul PMR membuka sesi ini dengan Tari Tobala Bale. Gerakan mereka yang berenergi memantulkan semangat muda yang ceria; beberapa peserta tampak berusaha menjaga fokus meski sesekali melirik teman di sampingnya untuk memastikan gerakannya tepat.



Ekskul Tari 1 menyusul dengan Tari Kicir-Kicir. Ada momen ketika satu penari hampir kehilangan pegangan selendangnya, lalu cepat-cepat memperbaikinya sambil tersenyum malu—sebuah kejadian kecil yang justru membuat penampilan mereka terasa manis dan menggemaskan. Ekskul Silat kemudian mengambil alih lapangan dengan aura yang berbeda. Gerakan mereka yang tegas dan lincah membuat penonton terpukau; setiap hentakan kaki dan ayunan tangan tampak penuh keyakinan, seolah menunjukkan bahwa keberanian juga tumbuh dari latihan dan kebersamaan.

Begitu tepuk tangan mereda, Ekskul Tari 2 maju dengan Tari Sipatokaan. Mereka bergerak anggun, lembut, dan rapi, membuat suasana terasa lebih tenang dan elegan, kontras dengan energi penampilan sebelumnya.


Sebagai penutup sesi ekskul, Ekskul Pramuka tampil dengan pertunjukan tari yang dipadukan dengan gerakan bendera semaphore. Perpaduan langkah tari dan kibasan bendera yang membentuk kode-kode visual menciptakan pemandangan unik di tengah lapangan. Beberapa peserta tampak fokus mengikuti ritme, sementara yang lain tersenyum ketika benderanya hampir tak selaras. Ketekunan mereka menggabungkan seni tari dan keterampilan semaphore membuat penampilan ini terasa berbeda dan berkesan. Penonton pun menyaksikannya dengan penuh antusias.


Ketika memasuki penampilan kelas tinggi, suasana di lapangan perlahan berubah menjadi lebih emosional. Kelas 6C membuka sesi ini dengan lagu dan puisi “Jasamu Guru.” Suara mereka yang tulus, meski sesekali bergetar, membuat beberapa guru tampak berkaca-kaca.



Usai penampilan itu, kelas 5 maju dengan percaya diri membawa perpaduan nyanyi dan tari. Gerakan mereka sempat tidak kompak di awal, namun momen itu justru membuat mereka saling tersenyum dan pelan-pelan menyelaraskan ritme hingga akhir penampilan.



Kehangatan ini kemudian berlanjut ketika kelas 6A menghadirkan drama musikal “Pelita di Setiap Langkah Kami.” Berbeda dari kelas lainnya, mereka tampil menggunakan audio rekaman yang sudah disiapkan sebelumnya. Tanpa dialog langsung, setiap pemain mengandalkan mimik wajah, gerak tubuh, dan ekspresi yang mengikuti alur suara dari rekaman tersebut. Ada momen ketika seorang pemain sedikit terlambat mengikuti audio atau terlihat bingung sesaat, tetapi detail-detail kecil itu justru membuat penampilan terasa hidup dan manusiawi. Penonton dapat melihat kesungguhan mereka dalam memadukan gerak dan ekspresi, membuat drama itu tampak seperti kolaborasi penuh ketulusan antara latihan dan keberanian tampil di depan publik. Sesekali improvisasi kecil muncul spontan dan menimbulkan tawa hangat, menciptakan kedekatan yang tidak dibuat-buat.

Setelah drama usai, kelas 4B tampil membawakan “Petualangan Sherina.” Meski kostumnya sederhana, ekspresi dan semangat mereka seolah menghidupkan kembali cerita petualangan penuh imajinasi itu. Begitu penampilan selesai, kelas 6D mengambil alih dengan kombinasi menari dan menyanyi. Meskipun kelelahan mulai terlihat, mereka tetap menuntaskan penampilan dengan senyum yang tidak pudar.


Tak lama kemudian, suasana kembali ceria ketika kelas 4A mengajak seluruh penonton bergerak melalui senam “Guruku Tersayang.” Beberapa anak kecil di sekeliling lapangan ikut menirukan gerakannya, membuat suasana semakin hidup.



Sebagai penutup sesi siswa, kelas 6B tampil dengan lagu dan puisi “Terima Kasih Guruku.” Mereka berdiri dalam barisan rapi, namun dari sorot mata mereka tampak jelas bahwa kata-kata itu bukan sekadar hafalan. Pada beberapa bagian suara terdengar pelan, seolah menahan haru, sementara pada bagian lain menguat, seperti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang selama ini terpendam. Tepuk tangan panjang yang mengiringi penampilan mereka menutup sesi itu dengan nuansa hangat, bangga, dan penuh rasa syukur.


Menjelang akhir acara, para orang tua murid ikut tampil dan suasana langsung kembali riuh. Sorakan dan tawa pecah saat mereka mulai bergerak mengikuti musik. Ada yang tampak grogi, ada yang justru terlalu semangat, namun semuanya tampil dengan hati. Menjadikan momen sederhana ini terasa sangat berharga bagi semua yang hadir.



Tepat pukul 12.00, acara ditutup oleh MC. Meski matahari semakin terik, senyum para peserta didik, guru, dan orang tua tetap merekah. Hari itu, lapangan SDN Cipulir 05 bukan hanya menjadi lokasi kegiatan, tetapi ruang yang penuh kenangan, kebersamaan, dan penghormatan bagi para pendidik yang telah menyalakan cahaya bagi masa depan anak-anak.

Di balik seluruh rangkaian penampilan hari ini, terpancar satu pesan yang menguatkan: bahwa setiap guru adalah pelita yang tak pernah padam bagi perjalanan anak-anak. Dari tangan merekalah keberanian tumbuh, mimpi menemukan arah, dan karakter mulai terbentuk. Peringatan Hari Guru Nasional tahun ini bukan sekadar selebrasi, tetapi pengingat bahwa kekuatan pendidikan lahir dari hati yang setia membimbing, bukan dari kemegahan panggung. Dengan semangat “Guru Hebat, Indonesia Kuat,” kita percaya bahwa masa depan bangsa akan tetap kokoh selama masih ada guru yang rela berdiri di garis depan pengetahuan dan kasih sayang. Semoga cahaya pengabdian para guru terus menerangi langkah generasi penerus, dan hari ini menjadi pengingat bahwa mereka tidak pernah berjalan sendirian, ada seluruh keluarga besar pendidikan yang mendukung, menghargai, dan mencintai mereka sepenuh hati.

#menulislagi
#salamkenal
#salamliterasi
#salamindrakeren
#dotai
#saLai
see you tomorrow 😊

0 Comments:

Posting Komentar