Jumat, 15 Maret 2024

Peramal4 (Petualangan Ramadhan Athar Luana)

#cerita4

Petualangan Shalat Tarawih


Suasana senja yang indah menyambut Athar dan Ayah di malam pertama bulan Ramadan. Mereka berdua telah menunggu dengan penuh antusiasme untuk memulai ibadah shalat tarawih.



Athar tersenyum lebar, "Ayah, akhirnya kita bisa beribadah shalat tarawih. Aku begitu bersemangat!" Ayah mengangguk sambil tersenyum, "Ya, Athar. Ini kesempatan besar bagi kita untuk mendapatkan pahala yang banyak di bulan Ramadan ini."

Keduanya berjalan ke masjid dengan hati yang penuh semangat. Mereka berbincang-bincang tentang harapan dan keinginan mereka selama bulan suci ini di perjalanan menuju masjid.

Athar bertanya, "Ayah, berapa rak'at shalat tarawih yang akan kita lakukan malam ini?" Ayah menjawab, "Biasanya, ada delapan atau sepuluh rak'at tarawih di masjid kita. Kita harus berusaha untuk melaksanakannya dengan penuh khusyuk."

Ketika mereka tiba di masjid, suasana khidmat dan penuh keberkahan terasa begitu kental. Mereka bergabung dengan jamaah yang telah berkumpul untuk melaksanakan shalat tarawih.

Athar memandang sekeliling dengan heran, "Begitu banyak orang yang datang ke masjid malam ini." Ayah menjawab, "Ya, Athar. Bulan Ramadan adalah waktu yang istimewa di mana umat Muslim berkumpul untuk beribadah bersama."

Shalat tarawih dimulai, dan keduanya berdiri di barisan belakang dengan hati yang penuh harap. Mereka berusaha untuk mengikuti gerakan imam dengan khusyuk.

Ketika selesai rakaat keempat, Athar mengeluh pelan, "Ayah, sepuluh rak'at tarawih terasa begitu panjang, ya?" Ayah tersenyum lembut, "Kita harus tetap kuat, Athar. Ini bagian dari ibadah kita di bulan Ramadan."

Mereka berdua terus melaksanakan shalat tarawih dengan penuh kekhusyukan. Setiap sujud dan ruku' dilakukan dengan hati yang penuh keimanan.

Saat mereka sedang shalat, Athar merasa bangga melihat Ayahnya yang tegar dalam ibadah. "Ayah, aku ingin seperti Ayah, kuat dan penuh keimanan," bisiknya. Ayahnya tersenyum bangga, "Nak, kita harus berusaha menjadi hamba Allah yang baik setiap hari. Bersama-sama, kita bisa melalui semua ujian dan rintangan."

Dengan semangat untuk menyelesaikan sholat tarawih, Athar dan Ayah menyelesaikan semua rak'at shalat tarawih. Mereka merasa lega dan bahagia bisa menyelesaikan ibadah dengan baik.

Athar tersenyum lebar, "Alhamdulillah, kita berhasil menyelesaikan shalat tarawih dengan baik." Ayah mengangguk, "Ya, semoga Allah menerima ibadah kita dan memberikan pahala yang berlimpah."

Ketika mereka keluar dari masjid, bulan purnama bersinar terang di langit. Mereka merasa begitu bahagia dan diberkahi setelah melaksanakan shalat tarawih.

Athar menatap langit, "Bulan Ramadan memang istimewa. Aku merasa begitu dekat dengan Allah di malam ini." Ayah tersenyum, "Benar sekali, Nak. Semoga kita terus diberi kekuatan untuk menjalankan ibadah dengan baik di sisa bulan Ramadan ini."

Mereka berdua kemudian pulang ke rumah dengan hati yang penuh kebahagiaan dan kepuasan. Mereka berjanji untuk terus menjaga semangat ibadah mereka selama bulan Ramadan.

Athar berbisik, "Terima kasih, Ayah, karena selalu mendukungku dalam beribadah." Ayah tersenyum, "Tidak perlu berterima kasih, Athar. Kita adalah tim yang saling mendukung dalam kebaikan."

Dengan penuh rasa syukur, Athar dan Ayah melangkah pulang ke rumah dengan hati yang penuh keberkahan. Mereka merasa begitu diberkahi atas kesempatan untuk beribadah di bulan Ramadan yang suci.

Kamis, 14 Maret 2024

Peramal 3 (Petualangan Ramadhan Athar Luana)

#cerita3

 Petualangan Puasa Ramadhan

Hari itu, Athar dan Luana bangun dengan ceria. Mereka melihat cahaya matahari yang terang masuk melalui jendela kamar mereka. "Hari ini hari pertama puasa kita, Lu! Ayo, bangun!" seru Athar dengan penuh semangat. "Ya, Ayah dan Ibu pasti akan bangga melihat kita menjalankan puasa dengan baik," ujar Luana sambil tersenyum.



Mereka berdua berjalan ke dapur, di mana Ibu sudah menyiapkan sahur untuk mereka. "Ibu, hari ini kita puasa! Ayo, kita makan sahur dulu," seru Athar sambil menggoda adiknya. "Ya, mari kita makan sahur dengan baik agar kita kuat menjalani puasa seharian," jawab Luana dengan riang.

Setelah makan sahur, mereka berdua beranjak ke ruang tamu untuk beribadah. "Saatnya shalat Subuh, Athar. Kita harus shalat agar Allah memberkahi puasa kita," ujar Luana sambil mengajak Athar ke mushola. Mereka berdua shalat dengan khusyuk dan penuh harap.

Waktu berlalu, dan siang pun tiba. Athar dan Luana merasa perut mereka mulai merengek. "Aduh, Lu, aku merasa lapar sekali," keluh Athar sambil memegang perutnya. "Tenang, Athar. Ini hanya ujian kecil dari Allah. Kita harus sabar," jawab Luana dengan penuh semangat.

Athar mencoba mengalihkan perhatiannya dengan bermain permainan tradisional di halaman rumah. "Ayo, Lu, main kelereng! Itu akan membuat waktu berpuasa terasa lebih cepat," ajak Athar. Luana tertawa dan setuju. Mereka berdua bermain dengan riang, melupakan rasa lapar mereka untuk sementara waktu.

Namun, saat matahari semakin tinggi di langit, lapar mereka semakin terasa. "Aku merasa lemas, Lu. Apakah kita boleh makan sedikit saja?" tanya Athar dengan wajah pucat. "Tidak, Athar. Kita harus tetap kuat. Puasa adalah ibadah yang harus kita lakukan dengan tulus," ujar Luana dengan tegas.

Athar merasa sedikit kecewa, tetapi dia tidak ingin menyerah begitu saja. "Baiklah, aku akan mencoba untuk tetap sabar," ucapnya dengan penuh tekad. Luana tersenyum bangga, merasa senang karena kakaknya mulai memahami pentingnya sabar dalam berpuasa.

Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk beristirahat di dalam rumah. "Mari kita duduk di dekat jendela, Lu. Aku ingin melihat langit biru yang indah," ujar Athar sambil mengajak Luana duduk di dekat jendela. Mereka berdua duduk bersama, menikmati pemandangan langit yang biru dan awan putih yang lembut.

Saat matahari mulai menurun, Athar dan Luana merasa semakin bahagia. "Hore, waktu berbuka puasa sudah dekat, Lu! Aku tidak sabar untuk makan kurma dan minum air," seru Athar dengan riang. Luana tersenyum, "Ya, aku juga tidak sabar. Ayo, kita bersiap-siap untuk berbuka puasa bersama-sama."

Saat akhirnya waktu berbuka puasa tiba, Athar dan Luana merasa sangat bahagia. Mereka berdua duduk bersama di meja makan, menunggu dengan sabar hingga azan berkumandang. "Alhamdulillah, akhirnya kita bisa makan, Lu! Terima kasih, Allah," ucap Athar dengan suara gembira. Luana tersenyum, "Ayo, mari kita makan dengan bersyukur dan penuh kebahagiaan."

Mereka berdua kemudian memakan kurma dan minum air dengan penuh kenikmatan. Mereka merasa sangat bahagia dan bersyukur karena telah berhasil menjalani puasa Ramadhan pertama mereka dengan baik.

Rabu, 13 Maret 2024

Peramal-2 (Pengalaman Ramadhan Athar Luana)

#cerita2

Sahur Pertama di Bulan Ramadhan

Suasana di rumah Athar dan Luana begitu hangat dan penuh semangat menjelang sahur pertama di bulan Ramadhan. Cahaya bulan purnama menerangi langit, menciptakan atmosfer yang tenang dan damai di sekitar rumah mereka. Ibu, dengan penuh cinta dan kehangatan, sibuk mempersiapkan hidangan sahur yang lezat di dapur. Bau harum rempah-rempah dan aroma kopi menyegarkan menyelimuti seluruh rumah, menandakan bahwa momen istimewa itu semakin dekat.




Athar dan Luana masih terlelap dalam tidur mereka di kamar mereka yang nyaman. Mereka terlihat begitu damai dalam tidurnya, seolah-olah mereka tahu bahwa hari itu adalah awal dari perjalanan spiritual yang istimewa di bulan Ramadhan. Di sudut kamar, terdengar gemerisik angin yang lembut masuk melalui jendela terbuka, seperti lantunan suara alam yang menenangkan jiwa yang gelisah.

Sementara itu, di ruang tengah, Ayah tengah sibuk mengaji dengan penuh khusyuk. Suara bacaannya yang syahdu mengalir melalui ruangan, menciptakan suasana yang sarat dengan keberkahan dan ketenangan. Cahaya lampu yang redup menyinari wajahnya yang penuh ketenangan, menyampaikan kedalaman iman dan rasa hormatnya kepada Allah SWT.

Ibu, yang sibuk memasak di dapur, mendengar suara bacaan Al-Qur'an Ayah. Ia tersenyum bahagia mendengar lantunan ayat-ayat suci itu, merasa terharu dengan keberkahan yang menyelimuti rumah mereka pada malam itu. Dengan penuh kehangatan, ia memperhatikan panci yang berisi hidangan sahur yang sedang dimasaknya dengan cinta dan perhatian.

Setelah selesai memasak, Ibu mengingatkan Ayah untuk membangunkan Athar dan Luana agar mereka tidak ketinggalan sahur. "Ayah, tolong bangunkan Athar dan Luana untuk sahur," ucapnya dengan lembut. Ayah mengangguk, dan dengan langkah yang hati-hati, ia memasuki kamar Athar dan Luana.

Di dalam kamar, Athar dan Luana terlelap dalam tidur yang nyenyak. Mereka terlihat begitu tenang, seolah-olah tidak menyadari bahwa momen penting itu sudah tiba. Namun, dengan lembut Ayah membangunkan mereka, "Bangun, nak. Sudah waktunya sahur," bisik Ayah sambil menepuk lembut bahu Athar.

Athar dan Luana bangun dengan melawan rasa kantuk yang masih menyelimuti. Mereka menggosok-gosok mata dan menggeliatkan tubuh, siap untuk menyambut sahur pertama di bulan Ramadhan. Dari dapur, aroma hidangan sahur yang sedap mulai tercium. Ibu telah menyelesaikan memasak dan menyajikan hidangan sahur yang lezat untuk keluarganya.

Mereka semua berkumpul di meja makan, siap untuk menyantap hidangan sahur. Athar dan Luana terlihat antusias, sedangkan Ayah dan Ibu tersenyum bahagia melihat kebersamaan keluarga mereka. Mereka bersama-sama menikmati hidangan lezat yang telah disiapkan oleh Ibu, sambil berbagi cerita dan tawa.

Namun, saat Athar duduk di meja, ia terlihat enggan untuk menyantap makanannya. Ia tampak ragu dan cemas, seolah-olah ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ayah memperhatikan kejadian tersebut dan menasihatinya dengan lembut, "Athar, makanlah dengan baik. Makan sahur itu penting untuk memberi energi selama puasa."

Luana, yang duduk di sebelah Athar, juga mencoba memberikan dukungan, "Kamu harus menghabiskan makananmu, Athar. Itu penting agar kita kuat menjalani puasa."

Dengan didampingi nasihat dari Ayah dan Luana, Athar kemudian menyadari kesalahannya. Ia mengangguk sebagai tanda pengertiannya dan kemudian menyantap makanan sahurnya dengan lahap. Ia merasa lega dan damai, karena tahu bahwa ia telah memperbaiki kesalahannya dan menerima petuah dari keluarganya dengan baik.

Sambil menatap penuh kasih sayang kepada Athar dan Luana, Ayah berbicara, "Anak-anakku, ingatlah bahwa Ramadhan adalah waktu yang istimewa. Selain melatih kekuatan diri dalam menahan lapar dan dahaga, puasa juga membimbing kita untuk memperbaiki akhlak, meningkatkan keimanan, dan mendekatkan diri kepada Allah. Selalu jaga hati dan pikiranmu, dan pergunakan bulan Ramadhan ini sebaik-baiknya untuk memperbaiki diri. Semoga kita semua mendapatkan manfaat yang besar dari ibadah puasa ini."

Dengan penuh kebahagiaan dan semangat, keluarga Athar dan Luana berdoa bersama, memohon agar Allah SWT memberkahi mereka dan menjadikan mereka hamba-Nya yang lebih baik di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.

Selasa, 12 Maret 2024

PERAMAL (Pengalaman Ramadhan Athar Luana)

#Cerita1

PERSIAPAN RAMADHAN

Suasana di rumah Athar dan Luana semakin terasa khidmat menjelang bulan suci Ramadhan. Wangi harum makanan yang dibuat oleh ibu mereka menyelimuti rumah, sementara suara adzan yang berkumandang dari masjid di seberang jalan menambahkan kesakralan suasana.


"Athar, sudahkah kau mempersiapkan dirimu untuk menyambut Ramadhan yang akan segera tiba?" tanya Luana sambil menyapu lantai di ruang tengah.

Athar mengangguk, "Tentu saja, aku sudah memperbaiki jadwal olahragaku dan merencanakan untuk lebih banyak beribadah di masjid."

Luana tersenyum, "Aku juga telah menyiapkan diriku. Aku membuat jadwal belajar Al-Qur'an agar bisa membaca lebih banyak surah saat bulan Ramadhan nanti."

Namun, ketika Luana melihat Athar hanya memperbaiki jadwal olahraga dan tidak menyentuh aspek spiritualnya, dia mulai merasa kecewa. "Athar, itu tidak cukup. Ramadhan bukan hanya tentang menjaga tubuh, tapi juga menjaga hati dan jiwa kita. Kau harus lebih fokus pada ibadah dan kebaikan."

Athar merasa tersindir oleh kata-kata Luana. "Aku tahu apa yang kubutuhkan, Lu. Aku bisa merencanakan sendiri bagaimana cara menjalani Ramadhan."

Namun Luana tidak menyerah, "Tapi Athar, ini bukan hanya tentangmu. Ini tentang meraih berkah Ramadhan bersama-sama sebagai keluarga. Kita harus saling mendukung dan menginspirasi satu sama lain untuk menjadi pribadi yang lebih baik."

Athar mulai merenung, dia menyadari bahwa Luana benar. "Maafkan aku, Lu. Aku akan lebih serius dalam mempersiapkan diri menyambut Ramadhan."

Luana tersenyum lega, "Tidak apa-apa, Athar. Yang penting kita saling mendukung dan memotivasi satu sama lain."

Dari situlah, Athar dan Luana mulai bekerja sama dalam mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadhan. Mereka membantu satu sama lain dalam menjalankan ibadah dan melakukan kebaikan.

Mereka menyusun jadwal kegiatan yang lebih seimbang, mencakup olahraga, belajar agama, dan berbuat baik kepada sesama.

Athar belajar lebih banyak tentang keagamaan dari Luana, sementara Luana juga mendapat inspirasi dari Athar dalam menjaga kebugaran tubuhnya.

Hubungan mereka semakin erat, dan semangat mereka untuk menyambut Ramadhan semakin membara.

Bulan Ramadhan telah semakin dekat, dan Athar dan Luana siap untuk menjalani bulan penuh berkah ini dengan penuh semangat dan kebersamaan.. Mereka merindukan momen-momen indah di bulan yang suci ini, di mana keberkahan dan kebaikan berlimpah.

Dengan tekad yang kuat, mereka mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Mereka membersihkan diri mereka tidak hanya dari segi fisik, tetapi juga dari segi spiritual, membuang jauh-jauh keburukan yang ada dalam diri mereka.

Dalam setiap doa mereka, Athar dan Luana menyatakan kerinduan mereka kepada Allah SWT, memohon agar diberi kekuatan dan petunjuk dalam menjalani bulan Ramadhan dengan penuh kesungguhan.

Mereka meyakini bahwa bulan Ramadhan adalah kesempatan emas untuk memperbaiki diri, meraih ampunan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dengan semangat yang membara, Athar dan Luana menantikan kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh antusiasme dan kegembiraan.

Ketika akhirnya bulan Ramadhan tiba, mereka menyambutnya dengan senyum yang cerah dan hati yang penuh kebahagiaan. Mereka siap untuk menghadapi bulan yang penuh berkah ini dengan penuh dedikasi dan kesungguhan.

Dalam menyambut Ramadhan, mereka berjanji untuk menjalani setiap harinya dengan penuh kesungguhan dan dedikasi. Mereka percaya bahwa setiap ibadah yang dilakukan dengan ikhlas akan mendatangkan keberkahan yang berlipat ganda, serta menguatkan ikatan batin dengan Sang Pencipta.

Sabtu, 03 Februari 2024

Rangkuman SIM+D karya Nabila 5C

Hallo... Sobat JAMIRA...
Lama tidak menulis dan akhirnya menimbulkan masalah kemalasan dalam merangkai kata. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu pemantik agar tuan rumah JAMIRA menulis kembali.

Menurut ChatGPT, rangkuman adalah suatu bentuk ringkasan atau gambaran singkat dari suatu teks, cerita, atau informasi yang lebih luas.

Berdasarkan hal terebut saya menginisiasi kegiatan literasi untuk merangkum suatu informasi yang diberikan. Kegiatan ini diperuntukkan untuk siswa kelas SDN Cipulir 05.

Kegiatan merangkum dilakukan pertama kali pada kegiatan Sholat Dhuha berjamaah yang dilaksaakan pada hari Jumat (2/2/2024). Pada kegiatan teresbut kebetulan saya diamanahkan untuk memberikan pesan/nasihat kepada peserta didik.

Dalam kegiatan tersebut saya menghimbau kepada peserta didik untuk menyimak apa yang saya sampaikan, kemudian peserta didik diharapkan dapat merangkum materi yang saya sampaikan.


Pada kesempatan pertama, kegiatan merangkum diikuti oleh 35 peserta didik. Dari 35 peserta didik ditemukan 9 peserta didik yang membuat rangkuman dengan lengkap. Rangkumannya dapat dibaca pada tulisan di bawah ini:

Assalamualaikum, saya akan merangkum atau menjelaskan kembali apa yang di jelaskan oleh Pak Indra.

Saya akan menjelaskan arti dari SIM+D. Arti dari S adalah Sabar yang artinya atau contohnya jika ada yang jahil atau menganggu, kita harus sabar dan ia masih jahil, maka pindahlah ke tempat lain yang membuatmu tenang.

Arti dari I adalah, ikhtiar yang artinya atau contohnya orang yang mempunyai kendaraan mewajibkan mempunyai SIM. Untuk SIM motor adalah SIM B dan untuk SIM mobil adalah SIM A.

Lalu arti dari M adalah memaafkan yang artinya atau contohnya memaafkan orang atau kita. Contohnya orang membuat salah dia harus meminta maaf begitu juga sebaliknya.

Dan yang terakhir arti dari D yang artinya adalah mendoakan yang artinya atau contohnya adalah mendoakan teman, keluarga atau guru. Kita wajib mendoakan teman atau diri kita dengan jelas.

Jadi kita harus melakukan SIM D yang berarti S (Sabar), I (Ikthtia), M (Maafkan) dan D (Doakan). Kenapa kita harus melakukannya supaya kita nyaman dan aman di sekolah kita.

Terimakasih

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Lampiran:

Rangkuman SIM D karya Nabila 5C


Terima kasih Nabila (5C) sudah membuat rangkuman ini, semoga rangkuman ini dapat memberikan motivasi bagi sobat JAMIRA yang membacanya.

#salamkenal
#salamliterasi
#salam indrakeren

see you tomorrow 😊