Rabu, 13 Maret 2024

Peramal-2 (Pengalaman Ramadhan Athar Luana)

#cerita2

Sahur Pertama di Bulan Ramadhan

Suasana di rumah Athar dan Luana begitu hangat dan penuh semangat menjelang sahur pertama di bulan Ramadhan. Cahaya bulan purnama menerangi langit, menciptakan atmosfer yang tenang dan damai di sekitar rumah mereka. Ibu, dengan penuh cinta dan kehangatan, sibuk mempersiapkan hidangan sahur yang lezat di dapur. Bau harum rempah-rempah dan aroma kopi menyegarkan menyelimuti seluruh rumah, menandakan bahwa momen istimewa itu semakin dekat.




Athar dan Luana masih terlelap dalam tidur mereka di kamar mereka yang nyaman. Mereka terlihat begitu damai dalam tidurnya, seolah-olah mereka tahu bahwa hari itu adalah awal dari perjalanan spiritual yang istimewa di bulan Ramadhan. Di sudut kamar, terdengar gemerisik angin yang lembut masuk melalui jendela terbuka, seperti lantunan suara alam yang menenangkan jiwa yang gelisah.

Sementara itu, di ruang tengah, Ayah tengah sibuk mengaji dengan penuh khusyuk. Suara bacaannya yang syahdu mengalir melalui ruangan, menciptakan suasana yang sarat dengan keberkahan dan ketenangan. Cahaya lampu yang redup menyinari wajahnya yang penuh ketenangan, menyampaikan kedalaman iman dan rasa hormatnya kepada Allah SWT.

Ibu, yang sibuk memasak di dapur, mendengar suara bacaan Al-Qur'an Ayah. Ia tersenyum bahagia mendengar lantunan ayat-ayat suci itu, merasa terharu dengan keberkahan yang menyelimuti rumah mereka pada malam itu. Dengan penuh kehangatan, ia memperhatikan panci yang berisi hidangan sahur yang sedang dimasaknya dengan cinta dan perhatian.

Setelah selesai memasak, Ibu mengingatkan Ayah untuk membangunkan Athar dan Luana agar mereka tidak ketinggalan sahur. "Ayah, tolong bangunkan Athar dan Luana untuk sahur," ucapnya dengan lembut. Ayah mengangguk, dan dengan langkah yang hati-hati, ia memasuki kamar Athar dan Luana.

Di dalam kamar, Athar dan Luana terlelap dalam tidur yang nyenyak. Mereka terlihat begitu tenang, seolah-olah tidak menyadari bahwa momen penting itu sudah tiba. Namun, dengan lembut Ayah membangunkan mereka, "Bangun, nak. Sudah waktunya sahur," bisik Ayah sambil menepuk lembut bahu Athar.

Athar dan Luana bangun dengan melawan rasa kantuk yang masih menyelimuti. Mereka menggosok-gosok mata dan menggeliatkan tubuh, siap untuk menyambut sahur pertama di bulan Ramadhan. Dari dapur, aroma hidangan sahur yang sedap mulai tercium. Ibu telah menyelesaikan memasak dan menyajikan hidangan sahur yang lezat untuk keluarganya.

Mereka semua berkumpul di meja makan, siap untuk menyantap hidangan sahur. Athar dan Luana terlihat antusias, sedangkan Ayah dan Ibu tersenyum bahagia melihat kebersamaan keluarga mereka. Mereka bersama-sama menikmati hidangan lezat yang telah disiapkan oleh Ibu, sambil berbagi cerita dan tawa.

Namun, saat Athar duduk di meja, ia terlihat enggan untuk menyantap makanannya. Ia tampak ragu dan cemas, seolah-olah ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ayah memperhatikan kejadian tersebut dan menasihatinya dengan lembut, "Athar, makanlah dengan baik. Makan sahur itu penting untuk memberi energi selama puasa."

Luana, yang duduk di sebelah Athar, juga mencoba memberikan dukungan, "Kamu harus menghabiskan makananmu, Athar. Itu penting agar kita kuat menjalani puasa."

Dengan didampingi nasihat dari Ayah dan Luana, Athar kemudian menyadari kesalahannya. Ia mengangguk sebagai tanda pengertiannya dan kemudian menyantap makanan sahurnya dengan lahap. Ia merasa lega dan damai, karena tahu bahwa ia telah memperbaiki kesalahannya dan menerima petuah dari keluarganya dengan baik.

Sambil menatap penuh kasih sayang kepada Athar dan Luana, Ayah berbicara, "Anak-anakku, ingatlah bahwa Ramadhan adalah waktu yang istimewa. Selain melatih kekuatan diri dalam menahan lapar dan dahaga, puasa juga membimbing kita untuk memperbaiki akhlak, meningkatkan keimanan, dan mendekatkan diri kepada Allah. Selalu jaga hati dan pikiranmu, dan pergunakan bulan Ramadhan ini sebaik-baiknya untuk memperbaiki diri. Semoga kita semua mendapatkan manfaat yang besar dari ibadah puasa ini."

Dengan penuh kebahagiaan dan semangat, keluarga Athar dan Luana berdoa bersama, memohon agar Allah SWT memberkahi mereka dan menjadikan mereka hamba-Nya yang lebih baik di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.

0 Comments:

Posting Komentar