Kamis, 14 Maret 2024

Peramal 3 (Petualangan Ramadhan Athar Luana)

#cerita3

 Petualangan Puasa Ramadhan

Hari itu, Athar dan Luana bangun dengan ceria. Mereka melihat cahaya matahari yang terang masuk melalui jendela kamar mereka. "Hari ini hari pertama puasa kita, Lu! Ayo, bangun!" seru Athar dengan penuh semangat. "Ya, Ayah dan Ibu pasti akan bangga melihat kita menjalankan puasa dengan baik," ujar Luana sambil tersenyum.



Mereka berdua berjalan ke dapur, di mana Ibu sudah menyiapkan sahur untuk mereka. "Ibu, hari ini kita puasa! Ayo, kita makan sahur dulu," seru Athar sambil menggoda adiknya. "Ya, mari kita makan sahur dengan baik agar kita kuat menjalani puasa seharian," jawab Luana dengan riang.

Setelah makan sahur, mereka berdua beranjak ke ruang tamu untuk beribadah. "Saatnya shalat Subuh, Athar. Kita harus shalat agar Allah memberkahi puasa kita," ujar Luana sambil mengajak Athar ke mushola. Mereka berdua shalat dengan khusyuk dan penuh harap.

Waktu berlalu, dan siang pun tiba. Athar dan Luana merasa perut mereka mulai merengek. "Aduh, Lu, aku merasa lapar sekali," keluh Athar sambil memegang perutnya. "Tenang, Athar. Ini hanya ujian kecil dari Allah. Kita harus sabar," jawab Luana dengan penuh semangat.

Athar mencoba mengalihkan perhatiannya dengan bermain permainan tradisional di halaman rumah. "Ayo, Lu, main kelereng! Itu akan membuat waktu berpuasa terasa lebih cepat," ajak Athar. Luana tertawa dan setuju. Mereka berdua bermain dengan riang, melupakan rasa lapar mereka untuk sementara waktu.

Namun, saat matahari semakin tinggi di langit, lapar mereka semakin terasa. "Aku merasa lemas, Lu. Apakah kita boleh makan sedikit saja?" tanya Athar dengan wajah pucat. "Tidak, Athar. Kita harus tetap kuat. Puasa adalah ibadah yang harus kita lakukan dengan tulus," ujar Luana dengan tegas.

Athar merasa sedikit kecewa, tetapi dia tidak ingin menyerah begitu saja. "Baiklah, aku akan mencoba untuk tetap sabar," ucapnya dengan penuh tekad. Luana tersenyum bangga, merasa senang karena kakaknya mulai memahami pentingnya sabar dalam berpuasa.

Mereka berdua akhirnya memutuskan untuk beristirahat di dalam rumah. "Mari kita duduk di dekat jendela, Lu. Aku ingin melihat langit biru yang indah," ujar Athar sambil mengajak Luana duduk di dekat jendela. Mereka berdua duduk bersama, menikmati pemandangan langit yang biru dan awan putih yang lembut.

Saat matahari mulai menurun, Athar dan Luana merasa semakin bahagia. "Hore, waktu berbuka puasa sudah dekat, Lu! Aku tidak sabar untuk makan kurma dan minum air," seru Athar dengan riang. Luana tersenyum, "Ya, aku juga tidak sabar. Ayo, kita bersiap-siap untuk berbuka puasa bersama-sama."

Saat akhirnya waktu berbuka puasa tiba, Athar dan Luana merasa sangat bahagia. Mereka berdua duduk bersama di meja makan, menunggu dengan sabar hingga azan berkumandang. "Alhamdulillah, akhirnya kita bisa makan, Lu! Terima kasih, Allah," ucap Athar dengan suara gembira. Luana tersenyum, "Ayo, mari kita makan dengan bersyukur dan penuh kebahagiaan."

Mereka berdua kemudian memakan kurma dan minum air dengan penuh kenikmatan. Mereka merasa sangat bahagia dan bersyukur karena telah berhasil menjalani puasa Ramadhan pertama mereka dengan baik.

0 Comments:

Posting Komentar