Kamis, 05 Agustus 2021

“BAITI JANNATI, RUMAHKU SURGAKU”

Malam ini saya masih memikirkan tulisan apa yang akan ditulis dari tema 88. Apa kira-kira yang bisa dituliskan dan dekat dengan yang saya rasakan. Sampai pukul 10:17 malam saya baru menuliskan paragraf pertama. Entah bisa atau tidak menyelesaikan tantangan kamis menulis kali ini. Padahal tadi pagi saya yang mencolek Pak Bianglala untuk segera memberikan sebuah tema. Namun, setelah tema diberikan, malah saya yang bingung mau menulis apa.

Alhamdulillah sudah jadi satu paragraf. Seharusnya, jika menulis menjelang tengah malam dengan suasana yang tenang, ide menulis seharusnya mengalir bak air terjun. Namun, kenyataanya tidak semudah itu sobat! Masih saja ada writing block yang membuat kegiatan menulis malam ini tersendat, seperti TOL dalam kota pada jam pulang kantor, macet!

Apakah mungkin judul dari tulisan ini yang membuat saya buntu malam ini? Apakah judul tersebut terkesan dipaksakan? Apakah rumahku bukan surgaku, sehingga suasana tenangnya malam tidak mampu menciptakan ide kreatif dari tema 88? Apakah benar rumahku bukan surgaku? 

Awalnya bukan surgaku

Sobat Lage, saya cerita sedikit tentang rumah. Terus terang saya memerlukan waktu 4 (empat) tahun tinggal bersama mertua di PIM (Pondok Indah Mertua). Sampai akhirnya saya memutuskan untuk hijrah ke rumah yang saya tinggali sekarang.

Tahun dua ribu delapan belas, yaaa seingat saya tahun itu saya membeli rumah yang saya tinggali sekarang. Sebuah rumah kosong yang sudah tidak berpenghuni selama 2 (dua) tahun. Kondisi rumah yang tidak berpenghuni selama 2 (tahun) tentunya tidak dalam kondisi baik-baik saja. Rumah seluas 107 meter persegi tersebut dalam keadaan rusak parah saat saya beli. Kondisi yang paling parah adalah atapnya, atapnya 70% tidak bisa terpakai!! Sehingga harus dirombak dari nol.

Belum lagi lantainya yang sudah tidak terlihat list keramiknya, karena tertutup lumpur. Dua kamar yang tidak ada pintunya, serta kamar mandi yang hanya lubang pembuangan zat sisa saja yang masih berfungsi, itupun belum tentu 100% berfungsi. Bagaimana dengan dapur? jangan harap ada dapur! wastafelnya saja sudah tidak ada bangkainya.

Namun, anehya dengan semua keburukan yang nyata di depan mata. Istri setuju untuk berjuang dari nol dan dimulai dari memperbaiki rumah yang rusak ini. Bismillah kata istri!

Renovasi dimulai

Terus terang saat menuliskan paragraf ini, saya berusaha mencari foto proses dari awal hingga akhir rumah ini tumbuh. Namun, seperti biasa apa yang sedang dibutuhkan malah terselip entah dimana. Jadi pada akhirnya saya tetap melanjutkan ceritanya. Simak terus ya!

Proses pertama adalah membongkar atap yang ternyata masih terbuat dari bambu. Bambu-bambu tersebut 80% sudah dalam kondisi lapuk termakan usia. Setelah bambu turun dari atap, proses selanjutnya adalah meninggikan tembok. Proses ini dilakukan agar posisi rumah terlihat tinggi dan gagah, Proses ini memakan waktu yang cukup lama, karena pemasangan 2  (dua) tumpuk habel ternyata lama juga. Setelah tembok kokoh, barulah atap dengan rangka baja ringan dinaikkan. Beberapa genting dipasang agar terhindar dari hujan dan panas. 

Atas selesai, dilanjutkan dengan bagian bawah. Pembuatan kamar mandi, pemasangan ubin, perbaikan pintu kamar, serta pemasangan ternit dan pengecetan dilakukan. Rangkaian proses tersebut memakan waktu hampir 2 (dua) bulan hingga selesai dan ditempati.

Rumahku Surgaku

Tidak terasi, ehhh maaf terasa maksudnya. Sudah banyak paragraf yang terangkai hingga saat ini. Ditemani nyamuk-nyamuk yang tidak pernah takut mati, terus terbang diantara kedua kaki. 

Di rumah ini saya saat ini menghabiskan waktu. Di rumah yang dulu jelek ini saya akan selalu kembali setiap hari. Di rumah ini saya akan bertemu keluarga kecil yang selalu menanti. Di rumah ini saya berkumpul bersama mereka dari malam hingga menjelang mentari menyinari. Di rumah ini, ya di rumah ini saya mencoba belajar membangun keluarga, belajar menjadi kepala keluarga, belajar menjadi suami, belajar menjadi seorang ayah yang baik hati. Di rumah ini, Baiti Jannati! Aamiin

Tema kamis menulis

Apa hubungannya dengan tema kamis menulis? seandainya tidak ada hubungannyapun tidak apa-apa. Asalkan ada tema dalam salah satu katanya, tetap bisa diterima. Apalagi saya sudah beberapa kali menuliskan tema kamis menuli, pada awal-awal paragraf tulisan ini. Jika tidak percaya silahkan membaca ulang tulisan ini dari awal. monggo!

Tapi, masa iya tulisan yang saya tulis tidak ada hubungannya dengan tema kamis menulis. Baiti Jannati, Rumah yang memiliki nomor sama dengan tema kamis menulis hari ini, merupakan surga untuk saya dan keluarga kecil penuh energi.

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
See You Tomorrow 

18 Comments:

  1. Wah nomor rumahnya ternyata 88, luas sekali kawasan rt nya🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Luas banget Bu... heheheh
      Saya juga sempat bingung, kenapa rumah saya nomor 88

      Hapus
  2. Mantap benar. Ternyata endingnya nomer rumah toh.. Udah ngalor ngidul, curcol Pondok Indah Mertua(PIM) sampai hijrah dan akhirnya renovasi rumah. Jurus pamungkas. Rumahku adalah surgaku.

    BalasHapus
  3. Rumahku syurgaku.. Aamiin.. Perjuangan panjang tuk sebuah rumah berakhir dengan angja 88 semoga membawa keberuntungan bagi keluarga Pak indra .bahagia selalu sampi kaki nini.. Aamiin

    BalasHapus
  4. Perjuangan yang penuh kisah tak terlupakan dalam perjalanan kehidupan berkeluarga. Mabruk alfa mabruk for your home. Sweet home. Aamiin. Keren. Sababatkuuh

    BalasHapus
  5. Oooh? Dari awal nyari2 apa hubungannya dg tema ternyata dikasih twist nomor rumah.😅
    Kereen..

    BalasHapus
  6. Yang terakhir baru ketahuan, nyambung dengan tema kamis menulis kali iñi, hehe..

    BalasHapus
  7. Mantap intinya di paling bontot. Penasaran mencari angka 88.

    BalasHapus
  8. Beuh. Keren amat no rumahnya. Pas bgt. Hehe ..

    Dokumentasi perjuangan punya rumah yang keren. Hehe

    BalasHapus
  9. Rumahku surgaku... Alhamdulillah sudah memiliki rumah sendiri sebagai tempat tinggal, bercengkerama menghabiskan waktu bersama keluarga.

    BalasHapus