Sabtu, 04 Desember 2021

Jalan-jalan di Dunia Digital

Jalan-jalan enak nih! Apalagi jika jalan-jalan bersama keluarga. Tentunya banyak persiapan yang harus disiapkan. Mulai dari isi perut hingga benda-benda untuk menutupi perut... heheheh. Untuk yang memiliki anak kecil tentunya lebih banyak lagi perintilan yang harus disiapkan. Hadeeehhh.... seru sih!

Namun sayang seribu sayang, pandemi hadir di muka bumi. Datangnya pandemi mengakibatkan aktifitas jalan-jalan jadi terbatas. Kesana gak boleh, kesini gak boleh, prokes.. prokes.. prokes.. menjadi keharusan. Sabar, ini ujian!

Sebagai ganti jalan-jalan, lebih baik kita berselancar. Bukan berselancar sesungguhnya, namun ini berselancar di internet atau jalan-jalan di dunia maya (digital). Tenang saja, untuk jalan-jalan di dunia digital tidak perlu mempersiapkan yang ribet-ribet. Karena untuk jalan-jalan di dunia digital, modalnya hanya jari dan kuota, gawai juga perlu yaaa!

Dunia dalam genggaman

Seperti yang kita ketahui alam media digital yang kerap kali kita gunakan adalah aplikasi sosmed berupa WA, IG, FB, Twitter serta perangkat google dengan segala produknya. Oleh karena itu modal dasar yang perlu dimiliki pelancong di dunia digital adalah memahami 4 pilar literasi digital.

Jika membaca subjudul di atas, mungkin kita seperti Tanos yaaa. Tau kan Tanos, tokoh antagonis yang ada di serial Avenger. Dengan sekali menjentikkan jarinya, Tanos dapat menghilangkan separuh manusia di bumi, gokil Tanos!

Percaya atau tidak setiap hari kita sudah jalan-jalan di dunia digital. Tanpa disadari kita merupakan bagian dari dunia digital. Alam maya dapat membawa kita dengan mudah berpindah-pindah secara cepat dalam mendapatkan informasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya ke seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, diperlukan literasi media digital, agar kita mampu menggenggam dunia dengan cara yang benar.

Menjelajah alam digital/alam maya merupakan sebuah alam yang memberi koneksi antara satu individu dengan individu lainnya (jauh menjadi dekat) lewat kecanggihan sebuah teknologi.

Empat Pilar dalam mengembangkan Literasi Digital:
1. Digital Culture,
Cakap bermedia digital dengan memanfaatkan media digital sebagai alat untuk menghubungkan satu koneksi menuju seluruh dunia
2. Digital Safety,
Cakap dalam melindungi diri dan aset digital ketika sedang berada di dunia digita.
3. Digital Ethics,
Etis dalam menggunakan dunia digital dengan tidak mengalahgunakan alat digital sebagai penyebar informasi hoaks
4. Digital Skill,
Cakap secara tehnologi dalam menggunakan piranti digital sebagai alat untuk meng up grade pengetahuan.

Adapun kecakapan dalam hal ini perlu meliputi 8 kecakapan diantaranya : Cakap dalam memakai ilmu Coding, Collaboration, Cloud software, Word Processing software, Screen Casting, Personal digital archiving, Information Evaluation, Use of social media.

Nah dengan keempat ilar tersebut, ditambah lagi dengan 8 kecapapan digital yang harus dimiliki, maka kita sekarang sudah bisa jalan-jalan lebih jauh lagi di luasnya dunia digital. Are you ready Guys!

Kendaraan bernama Sosial Media

Tidak ada motor, mobil, kereta atau pesawat yang dapat kita gunakan untuk berpergian di dunia digital. Hanya Ibu Jari yang setia menemani kita dalam perjalanan nanti. Oleh karena itu Ibu Jari harus didukung oleh kemampuan literasi digital dari pemilik Ibu Jari. Seperti apa kemampuan literasi yang perlu dimiliki dalam berselancar di dunia digital. Kemampuan tersebut dibagi menjadi lima multiliterasi yang perlu kita ketahui sebagai wisatawan di dunia maya. sebagai berikut

  1. Perhatian
    Kemampuan untuk mengidentifikasi ketika dibutuhkan fokus perhatian dan mengenali ketika multitasking bermanfaat. Perhatian dapat dicapai dengan memahami bagaimana pemikiran orang. Akan sulit untuk memfokuskan perhatian karena pikiran kita cenderung berjalan acak.
  2. Partisipasi
    Mengetahui kapan dan bagaimana partisipasi merupakan hal penting. Partisipasi memberikan pengguna pengalaman berbeda saat menjadi produktif. Partisipasi dalam media sosial dibedakan menjadi dua yaitu netizen aktif dan netizen pasif. Netizen aktif merupakan pengguna media sosial yang ikut memberikan post di media sosial. sedangkan pengguna pasif merupakan pengguna media sosial yang hanya membaca lini masa media sosial tanpa memberikan posting-an.
  3. Kolaborasi
    Pengguna dapat mencapai lebih dengan bekerja sama dibandingkan dengan bekerja sendirian. Melalui kolaborasi, redudansi dapat dihilangkan dan pekerjaan dapat didistribusikan. Adanya kolaborasi memungkinkan masyarakat berbagi sumber daya dan membangun ide lain.
  4. Kesadaran jaringan
    Jaringan sosial saat ini diperluas dengan adanya teknologi. Saat ini masyarakat dapat menjadi anggota dari newsgroup, komunitas virtual, situs gossip, forum dan organisasi lainnya. Pemahaman mengenai sosial dan jaringan teknis.
  5. Pemakaian secara kritis
    Pemakaian secara kritis adalah evaluasi tentang apa dan siapa yang dapat dipercayai. Sebelum mempercayai, mengkomunikasikan, atau menggunakan apa yang ditulis oleh orang lain, ada baiknya melakukan identifikasi. Cek klaim yang terdapat dalam informasi tersebut, lihatlah latar belakang penulis, sumber daya dan keakuratannya.

Makin lengkap nih bekal untuk jalan-jalannya. Siap menuju kendaraan favorit bernama Instagrm/Facebook/Twitter/Social media lainnya. Ingat kendaraan tersebut akan baik jika ditangan yang baik, sebaliknya kendaraan tersebut akan menjadi boomerang jika penggunanya memiliki niat tidak baik. Hal itu sejalan dengan pemikiran Taylor & Francis Online pada tahun 2014, mereka membuat akronim sosial media yang dapat digunakan sebai panduan dalam bersosial media, sebagai berikut

Sharing views
Optimizing Knowledge
Collaborating on projects
Investigating new ideas
Advocacy for your service provision
Learning from others
Making new connections
Enhancing your practice
Debating the future
Inspirational support
An essensial tools for your information toolbox.

Sayangnya animo masyarakat yang tidak bertanggung jawab dan tidak didukung dengan kecakapan digital membuat informasi yang menyebar menjadi simpang siur, sementara itu Negeri kita sedang dihadapkan dengan persiapan generasi emas ditahun 2045.

Hati-hati di dunia digital

Penggunan internet di Indonesia sangat beragam. Mulai dari anak-anak hingga dewasa atau lolita (lolos lima puluh tahun) juga menjadi pengguna Internet. Namun pengguna Internet usia muda atau remaja menjadi pengguna yang paling rentan. 

Usia remaja adalah usia menjadi tumbuh dewasa, masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Masa remaja mengalami tiga tingkatan yang perlu perhatian, yaitu masa pra-remaja (10-12 tahun), remaja awal (13-16 tahun) dan remaja akhir (17-21 tahun).

Sistem pendidikan yang serba komputerisasi pada masa pandemi. Mengharuskan peserta didik untuk beradaptasi dan harus dibekali pengetahuan yang cukup untuk menjelajah dunia digital sendirian.

Pemahaman literasi digital yang buruk dapat mengakibatkan dampak psikologis yang buruk pula. Keinginan tinggi remaja yang didasarkan suasana hati, akan menjadi bumerang bagi para remaja tersebut. Depresi, iri, berbicara tidak sopan, menghina orang lain bahkan merendahkan diri sendiri menjadi penyakin remaja di dunia digital.

Oleh karena sebab itu, apabila mengalami banyaknya komunikasi negatif di dunia digital, ditakutkan akan mengalami digital fatigue. Digital fatigue merupakan terlalu sering menggunakan piranti digital yang mengakibatkan beberapa dampak, seperti.

  • Perasaan lelah, bosan, malas, dengan berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial, dan berbagai platform digital lain.
  • Mata terasa sakit, lelah, dan perih.
  • Mata terasa sakit, lelah, dan perih.
  • Sakit kepala dan migrain.
  • Nyeri otot leher, bahu, atau panggung.
  • Sensitif terhadap cahaya.
  • Gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori.
  • Merasa putus asa dan tidak berdaya.
  • Kewalahan menghadapi situasi yang berulang.
  • Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga, dan malas bergerak.
  • Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar.

Antisipasi serangan dunia digital

Untuk mengurangi dampak dari digital fatigue peran guru di sekolah sangatlah penting. Guru dapat mengarahkan peserta didik tentang kecakapan berselancar di dunia digital. Peserta didik perlu menguasai 5 kecakapan berliterasi digital, yaitu.

  1. Kemampuan untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari dunia digital
  2. Kemampuan untuk menggunakan teknologi digital untuk menciptakan karya baru.
  3. Kemampuan untuk berhasil menavigasi di media non-linier dari ruang digital
  4. Kemampuan 4M, yaitu menemukan, mencari, menilai dan mengevaluasi informasi dari internet
  5. Kemampuan untuk bersosialisasi secara emosional di dunia digital.

Selain 5 kecakapan berliterasi digital. Ada hal yang dapat meningkatkan kewaspadaa teradap konten negatif di media digital. Seperti kultural, kognitif. konstruktif, komunikatif, kepercayaan diri, tanggung jawab, kreatif dan kritis. Hal-hal tersebut dapat digunakan untuk mengembangkan literasi digital.

Syarat cerdas berliterasi digital adalah memiliki karakter kebangsaan yang perlu dijunjung tinggi dan harus menjadi poin utama dalam berbagai aspek. Beberapa nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan diantaranya: Kejujuran, semangat, kebersamaan, kepedulian, sopan santun, persatuan dan kesatuan, kekeluargaan serta tanggung jawab.

Dipenghujung jalan-jalan di dunia digital. Perlu diingat, kita semua bertanggung jawab atas meningkatkan keterampilan di dunia digital. Agar pada masa yang akan datang masyarakat lebih hati-hati dalam berliterasi digital.

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
See You Tomorrow ๐Ÿ˜‰

2 Comments: