Jika kekuatan ucapan atau bahasa lisan adalah intonasi dan mimik/pantomimik sang penutur, maka kekuatan bahasa tulis terletak pada pungtuasi/tanda baca yang digunakan. Kalimat yang efektif juga tidak kalah menentukan. Lalu, bagaimana penulisan dialog dalam cerita yang akan kita tulis dengan tanda baca dan ejaan yang benar?
Jika penulisannya benar, tulisan akan enak dibaca. Selain itu, pembaca cerita kita makin mudah memahami makna cerita.
Selain itu, jika tulisan rapi, setidaknya itu bisa menjadi nilai plus ketika mengikuti lomba-lomba seputar dunia kepenulisan. Salah satunya seperti event yang diadakan oleh sebuah penerbit. Baik indi ataupun mayor, biasanya salah satu yang dinilai dari naskah tersebut selain isinya yang menarik adalah kesesuaian tanda baca.
Memang ada editor yang bertugas untuk memperbaiki tulisan kita bahkan membuatnya menjadi lebih hidup. Tapi, memangnya kita mau mengandalkan editor terus? Kalau bisa sendiri, kenapa enggak? Enggak ada salahnya belajar tanda baca dan membuat dialog yang benar. :-)
Narasi Sebelum dan Sesudah Dialog
Narasi menggambarkan kondisi atau keadaan sehingga pembaca mengetahui tempat, peristiwa, maupun pikiran tokoh. Efeknya, pembaca semakin mudah memahami alur serta menikmati cerita dengan baik. Istiqomah mengatakan bahwa fiksi dengan narasi terlalu panjang dan miskin dialog melelahkan untu dibaca dan membosankan (istiqomahalmaky.com).
Bagaimana penulisan narasi yang diikuti dialog dan sebaliknya?
Penulisan yang salah sebagai berikut.
Bisikan bapak mengagetkanku, “Nduk, Ibu sudah pulang.”
Diakhiri tanda koma pada narasi yang seharusnya tanda titik (.)
Ini Juga Salah
Bisikan bapak mengagetkanku. “nduk, Ibu sudah pulang.”
Kalimat dialog dimulai dengan huruf kecil, seharusnya KAPITAL
Berikut ini juga penulisan yang salah
“Nanti kita ke rumah nenek lagi, kalau ada waktu libur lagi” Aku kecewa dengar pernyataan ayahku.
Tidak ada tanda titik pada akhir dialog
Berikut ini juga penulisan yang salah
“Nanti kita ke rumah nenek lagi, kalau ada waktu libur lagi” Aku kecewa dengar pernyataan ayahku.
Tidak ada tanda titik pada akhir dialog
Contoh yang salah lagi:
“Nanti kita ke rumah nenek lagi, kalau ada waktu libur lagi.” aku kecewa dengar pernyataan ayahku.
Kalimat narasi diawali huruf kecil seharusnya kapital.
DIALOG TAQ
Jika Anda membaca dialog seperti berikut ini.
“Duduk di sana yuk,” ajak Danu.
“Hai-hai, CLBK nih ye,” goda Juna sambil tersenyum jenaka pada kami berdua.
Kata “ajak” dan “goda” pada kalimat di atas itulah yang dinamakan dialog tag. Jadi, dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Dialog tag juga sering terdapat sebelum dialog.
Fungsi dialog tag adalah memberi informasi pengucap dialog kepada pembaca. Jika dialog tag mengikuti dialog maka penulisannya diawali dengan huruf kecil setelah tanda koma dan tanda petik. Apabila dialog tag terletak sebelum dialog maka penulisannya diikuti tanda koma sebelum tanda petik ganda.
https://www.rinmuna.com/2019/02/macam-macam-dialog-tag.html
Contoh penulisannya sebagai berikut.
“Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.
Iwan berkata, “Buku ini aku pinjam.”
Berikut contoh yang salah. Tanda baca titik (.) yang seharusnya tanda koma (,) dan huruf awal setelah dialog adalah huruf kapital, seharusnya huruf kecil.
“Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.
Iwan berkata. “Buku ini aku kupinjam.”
Tanda Seru dan Tanda Tanya di Akhir Dialog
Anda pernah marah, berteriak, atau sekedar memberi peringatan atau menegaskan? Jika Anda tulis maka pada akhir dialog dibubuhi tanda seru. Ingat, ya! Intonasinya tinggi.
Contoh
“Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Somad.
Kalimat dialog jangan diberi tanda titik karena intonasinya tinggi. Dialog tag “bentak” ditulis dimulai dengan huruf kecil.
Bagaimana jika bentuk penegasan tetapi tidak sejahat yang orang kira? Penulisan yang benar adalah:
“Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih.
Meskipun penegasan, akan tetapi narasi “ucapnya lirih” membayangkan intonasi yang digunakan rendah.
Bolehkah mengunakan tanda seru? Boleh, namun narasi sesudahnya merupakan kalimat yang lain.
Contohnya:
“Aku tidak sejahat itu!” Dengan lirih Sari menegaskan.
Nah, membacanya juga beda, kan?
Buanglah tanda koma pada tempatnya!
Saya, yang masih belajar memulai menulis cerita fiksi, tanpa sadar kadang menambahkan tanda koma (,) sesudah tanda tanya.
Contohnya:
“Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Reza.
Apa yang janggal? Penggunaan tanda koma yang tidak tepat dan menulis dialog tag “tanya” diawali huruf kapital.
Tentu saya dan Anda memerlukan contoh yang benar.
“Sedang apa kamu di sini?” tanya Reza.
Tidak memerlukan tanda koma. Jadi, buanglah tanda koma pada tempatnya!”
Namun cermati kalimat berikut ini!
“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.
Kalimat tersebut sudah benar. Mengapa huruf awal dalam narasinya kapital? Benar! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di sampingnya” dikatakan sebagai kalimat baru.
Berbeda apabila kalimatnya seperti ini:
“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya.
Kata “tanya” adalah dialog tag dan itu dikatakan masih dalam satu kalimat.
Tanda Elipsis/Titik tiga (…)
Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
Contoh:
“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”
Apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka hanya terdapat tanda elipsis di sana.
Contoh:
“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.
Penggunaan En Dash (—) atau Tanda Pisah dalam Dialog
Contoh 2:
“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).
“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.
Tanda pisah bersimbol (–) en dash atau (—) em dash tidak ada tombolnya pada papan ketik. Dua tanda hubung yang dirangkai tanpa spasi (--) dapat digunakan sebagai lambang tanda pisah.
Penggunaan Kata “kan” dalam dialog
Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh :
“Dia itu kekasihmu, kan?”
Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.
Demikian juga ketika menggunakan kata sapaan pendek/pengganti panggilan seperti: Nak, Kak, Bu, dan sebagainya. Gunakan tanda koma sebelum kata itu dituliskan.
“Belajar yang rajin ya, Nak.”
Nama dan Panggilan dalam Dialog
Contoh 1:
“Aku harap Ayah merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap.
Pada contoh pertama, kata “Ayah” diawali dengan huruf kapital. Orang yang di maksud ada di sana atau terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 1:
“Aku harap Ayah merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap.
Pada contoh pertama, kata “Ayah” diawali dengan huruf kapital. Orang yang di maksud ada di sana atau terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 2:
“Aku berharap ayahmu merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.
Pada contoh kedua, kata “ayah” di awali dengan huruf kecil tanda bahwa sang ayah tidak ada di sana atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
Contoh 3 :
“Menurut pak Aldi, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”
Pada contoh nomor 3, kata “pak Aldi” huruf awalnya ditulis kecil dan huruf keduanya ditulis besar karena merupakan nama orang. Hal ini dapat dipahamai karena pak Aldi tidak terlibat dalam percakapan tersebut.
“Terimakasih Pak Aldi atas kerjasamanya.”
Pada contoh nomor 4, kata “Pak Aldi” huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar karena merupakan sapaan. Dapat dipahami bahwa pak Aldi terlibat dalam percakapan tersebut.
Jika ada yang berkomentar, Kok ribet banget mau nulis cerita, tulis aja, nanti malah ceritamu nggak jadi-jadi.
Jika orang itu adalah Anda, saya juga menyarankan, segera tulis saja cerita Anda sampai selesai.
Namun sesudahnya, sebelum cerita itu dipublikasikan, sebaiknya disunting dengan berpedoman pada penjelasan di atas.
Atau Anda memberi saya pekerjaan baru sebagai editor? Ha ha ha .... kalau ini bercanda.
Salam!
Itulah materi dari Pak D tentang membuat teks Narasi dan Dialog pada Cerpen. Jika tidak dipraktekkan tidak akan pernah bisa!!
Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
Siiip...tulisannya keren itu materi dari Pak D. Terimakasih sudahingatkan.
BalasHapusSama sama BU
HapusTerimakasih Pak..alhamdulilah jadi lebih oaham saya sebagai pemula..
BalasHapusHeheheh... saya juga masih belajar
HapusMakasih Mas Indra, sudah mengikat ilmu dg tulisan ini, mantuul...
BalasHapusSiap...
HapusTerimakasih juga Bu, sudah berkunjung
Akhirnya bisa belajar kembali. Terima kasih banyak Pak Indta
BalasHapus