Senin, 28 Juni 2021

Cerpen si Lukman

Minggu tidak kemana-mana, bosen sekali di Rumah. Kerjaannya hanya rebahan sambil memegang gawai. Sentuh sana, geser atas, scroll bawah dan matikan kemudian hidupkan kembali. Hanya itu yang dilakuka oleh Lukman di hari minggu yang cerah ini.

"Lukmaaaaan" panggil Ibu dengan suara sedikit teriak.

Lukman yang mendengarnya tidak berusaha untuk segera bangkit. Hanya sedikit suara "hhmmmm" yang keluar dari kerongkongan Lukman, hal itu benar-benar membuat Ibu jengkel setengah mati.

"Libur-libur yaaa tolong bantu Ibu" ucap Ibu lagi ketus. Lukman yang masih di kamarnya, lagi-lagi hanya mendeheeem menjawabnya.

"tok...tok...tok... Lukmaan, kupingnya gak denger yaaa. Ibu panggil dari tadi, gak ada gerakannya sedikitpun. Lukmaaaan" bentak Ibu kepada Lukman, kali ini dengan mimik wajah yang marah. 

Lukman duduk dipinggiran dipan kayu. Tangannya masih memegang gawai buatan negeri Tiongkok. "Iya Bu, Aku dengar. Namun maaf, Aku sedang ada pelatihan membuat cerpen" jawab lukman sambil terus melihat dan menyentuh gawainya dengan jari telunjuknya.

"Kamu jangan bohong yaaaa, dosa kamu!" bentak Ibu lagi, kali ini Ibu sambil berjalan menuju Lukman. Ibu memperhatikan Lukman, sekarang Ibu berdiri persis di samping Lukman. Namun sayang Lukman tetap fokus pada gawainya. 

Tanpa basa-basi, Ibu langsung tancap gas. Nyerocoos tepat di telinga Lukman. "Kamu tuh yaaa, hp teruss. Ibu kamu ada di samping, gak digubris! Kebangetan kamu Luk!" bentak Ibu, kali ini lebih keras dari yang sebelumnya, kemudian keluar meninggalkan Lukman.

Lukman hanya menoleh ketika Ibunya keluar dari kamar. Pupil Lukman bergerak ke kanan dan ke kiri membaca informasi yang didapat dari gawainya. "Materi kali ini membuat cerpen" gumam Lukman dalam hati yang sedang membuka grup KMT#5 pertemuan ke-5.

"Kak, kenapa Ibu? Kayanya kesel banget!" tanya Anti kepada kakaknya.

"Iya" jawab Lukman singkat.

"ditanya, malah jawab iya. Apanya yang iya?" ucap Anti lagi.

"ssttt... sini duduk belajar nulis cerpen bareng" ajak Lukman sambil memperlihatkkan gawainya kepada Ani.

Anti duduk disamping Kakanya dan mulai memperhatikan gawai yang dipegang olehnya. "Siapa narasumbernya Kak?" tanya Anti.

"Ibu Guru" jawab Lukman singkat. 

"Heiii... ganteng! maksud aku tuh namanya siapa?" tanya Anti lagi geram sambil mengusel-usel rambut kribo kakaknya.

"Ibu Eka Wiyati dari Lampung, bukunya sudah banyak, pengalaman menulisnya banyakk dan banyak juga ikut organisasi. Puas!" ucap Lukman sambil membalas mengusel jilbab adik.

"Huufff... berantakan nih" kesal Anti, sambil membetulkan jilbabnya.

"Ssttt... Fokus de. Udah mau mulai belajar bikin Cerpennya." ajak Lukman kepada Anti. Anti diam dan langsung setuju. Merekapun bersama-sama mengikuti materi cerpen.

***

Cerpen merupakan jenis karya sastra / cerita fiksi yang menceritakan kisah suatu tokoh dengan segala konflik dan penyelasaiannya yang dikemas secara padat dan ringkas. Cerita pendek umumnya memiliki kata yang kurang dari 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman. Selain itu, cerpen atau cerita pendek hanya memberikan sebuah kesan tunggal yang demikian serta memusatkan diri pada salah satu tokoh dan hanya satu situasi saja. "Banyak juga yaa kak, harus nulis sampe 10.000 kata" celetuk anti kepada Lukman.

"Sstttt..." gerutu Lukman, sambil meletakkan jari telunjuk di depan mulutnya.

"Cerpen ada unsur intrinsiknya gak ya kak?" tanya Anti tidak kapok dengan teguran Lukman untuk diam.

"Baca de!" jawab Lukman singkat, sambil memperlihatkan gawainya kepada Anti

***

Bagian-bagian dalam cerpen ini sering kita sebut dengan unsur intrinsik. Ada 5 bagian yang akan kita bahas di sini:

  1. Setting
    Setting atau latar yang biasanya menunjukkan waktu, tempat, dan suasana cerita.

  2. Plot
    Lebih sering kita menyebutnya alur. Alur adalah urutan kejadian yang ada di dalam cerita. Dulu ketika sekolah kita sering mendengar jenis alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Nah, saya tidak akan membahas itu karena yang paling penting dari alur adalah tahapan alur atau bisa disebut arcsofstory.

    Ada 5 tahapan alur yang harus kita ketahui;

    a. Pengenalan
    b. Pemunculan konflik,
    c. Konflik memuncak (klimaks)
    d. Konflik menurun (anti klimaks)
    e. Penyelesaian (resolusi)

    Untuk lebih mengingat ini, kita bisanya menggunakan jari kita. Mulai dari ibu jari sebagai pengenalan sampai jari telunjuk sebagai penyelesaian. Ada juga yang menganalogikan dengan naik rollercoaster.

  3. Tokoh dan karakter (perwatakan)
    Tokoh yang muncul dalam cerita. Untuk cerpen sebaiknya jangan terlalu banyak tokoh. Pusatkan kepada tokoh utama saja. Biasanya dua atau tiga orang. Untuk penokohan sudah kita bahas di Penokohan dan Karakter pada sebuah cerita.

  4. Point of view
    Sudut pandang cerita. Untuk pembahasan POV silakan buka links Sudut pandang pada sebuah cerita.

  5. Tema
    Inti cerita. Tema ini sebenarnya penting dan tidak penting bagi penulis. Penulis biasanya tidak merancang temanya dari awal. Cerita yang mengalir begitu saja akan membuat tema itu setelah cerita berakhir. Karena pengalaman, bacaan, pengetahuan, dan wawasan biasanya mengkristal jadi konsep atau nilai yang melekat pada diri kita. Maka tanpa ribet merumuskan tema, cerita yang kita tulis pastilah bertema pada akhirnya.

Karena cerpen memiliki keterbatasan kata, penulis memang harus benar-benar memainkan semua unsur dalam cerita itu dengan baik. Penggambaran suasana yang terlalu bertele-tele juga tidak membuat cerita menjadi lebih menarik

Gambarkan setting secukupnya, tonjolkan tokoh dan karakter yang dimunculkan, buat alur yang realistis dan jelas. Yang dimaksud alur realistis bukan berarti kita tidak boleh menulis cerita fiksi petualangan atau fiksi ilmiah ya. Alur yang realistis adalah alur yang bisa diterima.

***

"Oooo..." ucap Anti

"Jadi ada gak unsur intrinsiknya?" tanya Lukman kepada adiknya.

"Ada..." jawab Anti singkat.

"Makanya baca dulu sebelum tanya!" ketus Lukman

"Ssstttt...." balas Anti dengan telunjuk yang ada di depan bibirnya. Merekapun melanjutkan menyimak materi dari Ibu Guru yang sudah menerbitkan tiga buku solo ini.

***

Masalah alur ini sering menjadi momok tersendiri bagi penulis. Sering kita jumpai istilah plothole.

*** 

"Plothole apa?" ucap Lukman.

"Mana Anti tahu kak." jawab Anti.

"Yeee.... siapa yang tanya kamu. GR!" ledek Lukman kepada adiknya, Anti hanya bisa manyun diledek oleh Kaka kribonya.

***

Saya akan mencontohkan dua kalimat, coba rasakan saat membacanya.

Contoh :

Setelah tokoh mencuci sayuran yang mau dimasak, yang selanjutnya dilakukan adalah memotongnya dulu baru dibumbui. Plotehole harus halus dan runtut.

Tokoh mencuci sayurannya, berbicara dengan tokoh lain kemudian mereka memakannya di atas meja makan. Plothole tidak logis.

Enak mana? kalimat pertama atau kedua. Tentunya enak kalimat pertama yang dijelaskan secara runtut.

***

"Ok.. paham sekarang" ucap Lukman

"Jangan sok tahu kak" ledek Anti sambil terkekeh.

***

Lebih mudah, contohnya saat kita mengoreng, kita harus menuang minyak terlebih dahulu ke dalam wajan, menghidupkan api, lalu memasukkan apa yang hendak kita goreng.

Tidak bisa kita memasukkan ikan dahulu, baru minyaknya belakangan. Hal kecil ini terkadang masih tidak kita sadari. Namun, jika sering berlatih, plothole ini akan hilang dengan sendirinya.

Jenis-jenis plot yang banyak dijumpai pada cerita pendek secara umum:

  1. Man onthehole: ditandai dengan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh utama sejak awal, dan berakhir dengan keberhasilan tokoh utama untuk menyelesaikannya.
  2. Man ontheroad: ditandai dengan rangkaian perjalanan hidup tokoh utama.
  3. Man in a tub: ditandai dengan permulaan cerita yang tidak berstruktur atau berupa kejadian sehari-hari, dan diikuti dengan pengalaman yang mengubah segalanya di akhir cerita.

 ***

"Ada tiga ternyata kak" angguk Anti ketika membaca tiga jenis plot yang diberikan oleh penulis buku Merayu Takdir.

Lukman hanya melirik kearah adiknya. "Apa liat-liat, aku cantik yaa!" oceh Anti gemas. 

"GR!" jawab Lukman, merekapun tersenyum bersama dan mengakhiri belajar menulis cerpen.

***

"Lukmaaaaaannn" suara Ibu terdengar lagi dengan keras.

"Iya Bu" jawab Lukman kali ini. 

"Tuuhhh kak, cepeeet sana dipanggil Ibu. Mau diomelin kali." ucap Anti sambil terkekeh.

Lukman beranjak dari duduknya, tangannya iseng mengacak-acak jilbab adiknya. "kakaaaaakkkk" rengek Anti manja. Lukman tertawa lepas dan keluar dari kamar, meninggalkan adiknya yang masih cemberut.

***

#kmt05_day5

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
See You Tomorrow

9 Comments:

  1. Mantap bang...mengaplikasikan materi pelatihan ke dalam cerpen.

    BalasHapus
  2. Wah seru sekali ... Belajar melalui cerpen. Bagus bagus bagus. Enak dibaca karena tidak ada kesan menggurui. Mantap, Pak.

    BalasHapus
  3. Menulis resume pelatihan jadi tidak membosankan bahkan serasa sedang baca cerpen. Siiip terima kasih ilmunya.

    BalasHapus
  4. Keren nih cara menuliskan resume dengan bentuk cerpen. Angkat topi buat pak Indra. Hehe...

    BalasHapus
  5. Ilmunya plus praktek sekalian. Mantap pak Indra.

    BalasHapus
  6. Nah ini yg ambu suka, sambil baca cerita asyik, dapet ilmu juga. Keren Mas Indra..

    BalasHapus
  7. Sharingnya bagus tentang cerpen, menambah ilmu kita tentang karya sastra. Tapi, pertanyaan saya, kok untuk kalimat langsung, pakai ditulis miring ya, Pak?

    BalasHapus
  8. Sambil.menikmati cerpen dapat ilmunya....ini namanya sambil.menyelam dapat kangkung.....ikan dan air minummmm.... salam Literasi bung Indra

    BalasHapus
  9. Waaw...keren Pak Indra.. Cerpen plus materi lngsung dapet...

    BalasHapus