Jumat, 22 Maret 2024

Peramal 10 (Pengalaman Ramadhan Athar Luana)

#cerita10

Luana ingin Berbuka

Hari itu, matahari telah mencapai puncaknya di langit, menandakan waktu tengah hari yang panas. Luana duduk di teras rumahnya dengan rasa haus yang mulai mengganggunya. Dia menatap keluar, memikirkan berbagai macam makanan yang menggoda di dapur.

"Ya Allah, rasanya ingin sekali berbuka puasa sekarang juga," gumam Luana sambil menahan rasa laparnya yang semakin terasa.

Sementara itu, Athar yang duduk di dekatnya merasakan kegelisahan yang dirasakan oleh adik perempuannya. Dia menghampiri Luana dengan senyum lembut di wajahnya.

"Apa yang kamu pikirkan, Lu? Sepertinya kamu agak gelisah," kata Athar sambil duduk di sebelah Luana.

Luana menoleh ke arah Athar dengan pandangan lelah, "Aku sudah tidak tahan menahan lapar dan haus ini, Athar. Rasanya ingin sekali berbuka sekarang juga."

Athar mengerti perasaan adiknya dan mencoba menenangkannya, "Saya tahu rasanya sulit, Lu. Tapi ingatlah, menahan godaan itu sebagian dari ujian kita selama bulan suci ini. Allah pasti akan memberikan pahala yang besar bagi kita yang sabar."

Luana mendengarkan kata-kata Athar dengan hati yang terbuka, namun godaan untuk berbuka masih sangat kuat dalam pikirannya.

"Tapi, Athar, aku merasa lemas dan lapar sekali," keluh Luana sambil memegang perutnya yang kosong.

Athar tersenyum lembut, "Ayo, Lu, mari kita lakukan sesuatu yang dapat mengalihkan perhatianmu dari rasa lapar. Bagaimana kalau kita membaca Al-Quran bersama-sama? Itu akan membuat waktu berjalan lebih cepat dan hati kita menjadi tenang."

Luana mengangguk setuju, merasa terhibur dengan saran dari Athar. Mereka berdua kemudian duduk bersama di teras rumah, membuka mushaf Al-Quran, dan memulai sesi tadarus bersama.

Saat mereka mulai membaca ayat-ayat suci Al-Quran, Luana merasakan ketenangan yang mengalir ke dalam hatinya. Godaan untuk berbuka puasa perlahan-lahan menghilang, digantikan oleh kekhusyukan dalam membaca kalimat-kalimat Allah.

"Wah, betapa indahnya ayat-ayat ini," ucap Luana dengan penuh kagum setelah membaca beberapa ayat.

Athar tersenyum puas, "Iya, benar sekali. Al-Quran memang memberikan ketenangan bagi hati kita. Sekarang, bagaimana perasaanmu, Lu? Apakah kamu masih merasa lapar?"

Luana menggelengkan kepala, "Tidak lagi, Athar. Rasanya hatiku menjadi lebih tentram setelah membaca Al-Quran bersama kamu."

Athar tersenyum bangga, "Bagus sekali, Lu! Ingatlah, setiap kali kita merasa lapar atau haus, Al-Quran adalah teman terbaik kita. Dengan membaca ayat-ayat-Nya, kita akan merasakan kedamaian dan kekuatan untuk menahan godaan."

Luana mengangguk setuju, merasa bersyukur memiliki seorang kakak seperti Athar yang selalu memberinya nasihat yang bijaksana. Mereka berdua kemudian melanjutkan sesi tadarus mereka dengan penuh semangat, menikmati kehangatan hubungan mereka yang erat dan ketenangan yang diberikan oleh Al-Quran. ***

0 Comments:

Posting Komentar