Minggu, 31 Maret 2024

Peramal 15 (Pengalaman Ramadhan Athar Luana)

#cerita15

Membeli Takjil

Athar mengakhiri sholat Ashar dengan khidmat, berdiri sejenak untuk berzikir sebelum duduk bersila di sajadah. Setelah mengucapkan salam, ia membaca doa-doa pribadi, merasakan ketenangan hati dalam kesunyian sore yang sepi.


Baru saja ia hendak bangkit dari sajadahnya, Ibu memanggilnya dari luar pintu kamar, "Athar, sudah selesai sholat? Ayo, temani Ibu pergi beli takjil untuk berbuka."

Athar bangkit dengan tenang, mengatur nafasnya sejenak sebelum menjawab, "Iya, Ibu, Saya akan bersiap-siap sebentar."

Ibu tersenyum membalas, "Baik, Nak. Ayo, jangan sampai kita terlambat."

Athar menyiapkan dirinya dengan cepat, mengenakan sandal dan memastikan uang saku yang ia bawa cukup. Setelah itu, mereka berdua melangkah bersama ke luar rumah menuju tempat penjual takjil.

Mereka tiba di tempat penjual takjil yang sudah ramai oleh pengunjung. Athar dan Ibu mengamati deretan hidangan berbuka yang menggoda. "Ayo, Athar, pilihlah yang kau suka," ajak Ibu.

Athar memandang-lihat menu takjil dengan seksama, memutuskan pilihan-pilihannya. "Pak, saya ingin pesan satu mangkok kolak untuk Ayah di rumah," ucapnya pada penjual kolak yang sedang sibuk.

"Sedangkan saya ingin pesan gorengan yang renyah dan gurih, serta beberapa buah-buahan segar," tambah Ibu pada penjual lainnya.

Athar lalu memilih dimsum yang lezat untuk Luana, "Bu, bolehkah saya belikan dimsum untuk Luana? Dia pasti senang," ucapnya sambil menunjukkan kantong uang yang dia bawa.

Ibu tersenyum, "Tentu saja, Nak. Itu ide yang baik. Luana pasti akan senang dengan kejutanmu."

Setelah itu, Athar memilih lontong dan es kelapa muda untuk dirinya sendiri. "Ibu, saya ingin sekali mencoba lontong dan es kelapa muda untuk berbuka. Maukah Ibu membelikannya untuk saya?"

Ibu mengangguk, "Tentu, Nak. Kita ambil sekarang."

Saat menunggu pesanan mereka diproses, Athar dan Ibu sempat berbincang-bincang dengan penjual takjil dan pengunjung lainnya, menciptakan atmosfer yang hangat dan ramah.

Setelah membeli semua takjil yang mereka inginkan, Athar dan Ibu pulang ke rumah dengan hati yang penuh kegembiraan. Mereka berdua telah menyiapkan hidangan berbuka yang lezat untuk keluarga tercinta. 

Mereka tiba di rumah dengan membawa bawaan takjil yang telah mereka beli. Langit sudah mulai merona oranye memasuki waktu berbuka puasa, memberi sinyal kepada mereka bahwa saatnya untuk bersiap-siap menyambut berbuka.

Athar dan Ibu segera masuk ke dapur, meletakkan takjil-takjil yang mereka beli di atas meja. Ibu membuka bungkusan buah-buahan segar, sementara Athar menata mangkok kolak dan dimsum dengan rapi.

"Semuanya terlihat begitu lezat," ucap Ibu sambil tersenyum bangga melihat hidangan berbuka yang mereka siapkan.

Athar memeriksa jam di dinding, "Hampir waktunya berbuka puasa, Ibu. Ayah dan Luana pasti sudah menunggu."

Mereka berdua kemudian duduk bersama di sekitar meja, menunggu dengan sabar hingga suara adzan Maghrib berkumandang. Saat adzan terdengar, mereka segera membaca doa bersama-sama, lalu mengambil kurma untuk memulai berbuka.

"Dari mana kalian beli takjilnya? Semuanya terlihat begitu lezat," tanya Ayah sambil mengambil segelas air putih.

Athar dan Ibu tersenyum senang, "Kami pergi ke penjual takjil di pasar, Ayah. Kami memilih sendiri makanan yang kami sukai," jawab Athar.

Setelah itu, mereka bersama-sama menikmati hidangan berbuka puasa yang telah disiapkan dengan penuh kasih sayang. Suasana hangat dan kebersamaan terasa begitu kental di ruang makan.

Luana sangat senang melihat takjil yang dibeli Athar dan Ibu. "Terima kasih, Athar, Ibu! Semuanya terlihat enak sekali," ucapnya sambil tersenyum.

Athar dan Ibu saling pandang, merasa bahagia bisa membuat Luana senang dengan kejutan takjil mereka.

Saat mereka menikmati hidangan bersama, obrolan ringan dan tawa mengisi ruangan, menambah kehangatan suasana di malam yang penuh rahmat ini.

0 Comments:

Posting Komentar