Rabu, 27 Maret 2024

Peramal 14 (Pengalaman Ramadhan Athar Luana)

#cerita14

Athar Luana telat bangun Sahur

Malam itu, suara orang membangunkan sahur bergema di langit yang masih gelap. Athar dan Luana terlelap di atas tempat tidur mereka, membiarkan suara itu seperti melintas begitu saja. Mereka tidur terlalu larut malam, terbuai oleh cerita-cerita Ramadan yang mereka bagikan bersama.


Ibu mereka berusaha membangunkan mereka dengan lembut. "Athar, Luana, bangunlah, sudah waktunya sahur," ucap Ibu dengan suara lembut, berusaha menembus alam mimpi mereka.

Namun, Athar dan Luana masih terlena dalam tidurnya, dengan mata yang masih terpejam rapat. "Hmmp, lima menit lagi, Ibu," gumam Athar dalam tidurnya.

Luana yang mendengar itu, bergumam pelan, "Ya, lima menit lagi, Ibu. Kami masih mengantuk."

Ibu tersenyum penuh kesabaran. "Kalian harus bangun sekarang. Sebentar lagi imsak, sahur adalah berkah di bulan Ramadan," desak Ibu lagi, berharap mereka segera bangun.

Athar akhirnya membuka sebelah matanya. "Apa? Sudah sahur?" tanyanya sambil menggosok-gosok mata yang masih berkantung.

"Sudah, Athar. Bangunlah, jangan sampai ketinggalan makan sahur," pinta Ibu lagi sambil menepuk lembut pundak Athar.

Luana bergumam pelan, "Ayo, Athar, kita bangun. Kita tidak boleh melewatkan sahur."

Dengan susah payah, Athar dan Luana akhirnya bangun dari tidur mereka yang nyenyak. Mereka berdua menggosok-gosok mata dan beranjak dari tempat tidur.

"Apa kita masih bisa sahur, Ibu?" tanya Athar sambil menggaruk-garuk kepalanya yang masih terasa pusing karena tidur terlalu larut.

"Iya, masih sempat, nak. Ayo, cepat bersiap," jawab Ibu sambil tersenyum dan bergerak menuju dapur untuk menyiapkan sahur.

Athar dan Luana segera bersiap-siap, masih dengan langkah yang teramat ngantuk. Mereka duduk di meja makan, menikmati hidangan sahur yang disiapkan oleh Ibu.

"Terima kasih, Ibu," ucap Luana sambil tersenyum. "Kami berdua hampir saja melewatkan sahur."

"Sama-sama, nak. Sahur itu penting untuk memberi energi kita menjalani puasa seharian," jawab Ibu sambil memberikan senyuman hangat.

Athar menambahkan, "Iya, terima kasih, Ibu. Kami akan mencoba lebih awal untuk bangun sahur lagi besok."

Ayah yang mendengar itu, memberikan semangat kepada mereka berdua, "Bagus, anak-anakku. Puasa kalian akan menjadi lebih berkah jika kalian bisa bangun sahur dengan lebih awal. Semangat terus!"

Athar dan Luana tersenyum mendengar kata-kata Ayah. Mereka merasa diinspirasi untuk menjadi lebih baik, tidak hanya dalam menjalankan ibadah puasa, tetapi juga dalam kedisiplinan dan ketekunan mereka.

0 Comments:

Posting Komentar