Kamis, 11 November 2021

Dia (she) pahlawanku

Wanita yang saya jadikan judul tulisan ini merupakan sosok yang memberikan saya kesempatan menjadi seorang guru untuk pertama kalinya.

Awal berjumpa

Saya mengenal sosok Ibu Melani Quintania dari (Alm) Abdullah Ubaid. Beliau memperkenalkan saya lewat aplikasi SMS saat itu. “Kak, ada tawaran jadi Operator Sekolah. Minat gak?” Bapak menawarkan lowongan pekerjaan lewat SMS. Sempat saya abaikan SMS itu, karena menurut saya nanti juga ketemu di rumah setelah saya pulang bekerja. 

Sesampainya di rumah, kemudian dilanjutkan bersih-bersih dan beristirahat, mulailah saya membuka obrolan bersama bapak. Sebenarnya Lebih tepatnya bapak yang membuka obrolan pada malam itu terlebih dahulu, “Bagaimana Kak? Tanya bapak”. Masih ada keraguan dalam hati untuk pindah bekerja dilingkungan sekolah, namun jawaban saya saat itu “Kakak coba deh Pak, kemana kakak kirim lamarannya” sambungku.

SDS KeenKids, Jl. Ciputat Raya No. 2, Kebayoran Lama-Jakarta Selatan. Itu alamat yang bapak berikan kepada saya malam itu. Saya buka laptop dan memulai menuliskan lamaran yang ditujukan kepada kepala sekolah tersebut.

Beberapa hari kemudian setelah surat lamaran dikirim, ada panggilan untuk melakukan interview pertama. Saya datangi sekolah tersebut, dan bertemu dengan kepala sekolah yang bernama Ibu Melani Quintania. Seperti halnya interview lamaran pekerjaan banyak hal yang ditanyakan. Namun yang saya suka dari interview tersebut berjalan mengalir seperti sedang mengobrol yang membuat suasana terasa cair saat itu.

Dari awal bertemu untuk pertama kali dengan sosok yang saya tuliskan dalam tulisan ini, saya menyimpulkan bahwa Ibu Melani Quintania merupakan sosok yang berpendidikan yang merangkul. Terlihat dari caranya berbicara yang santai tertata namun berkharisma. 

Hasil dari pertemuan pertama tersebut hanya sebatas “nanti dikabari lagi ya untuk tahap selanjutnya”. Harapan standar bagi pelamar kerja pada pertemuan pertama interview. “Terimakasih Bu, atas kesempatan yang diberikan kepada saya hari ini” kata saya sambil pamit untuk melanjutkan perjalan ketempat kerja dikawasan Glodok, Kota Tua – Jakarta Pusat.

Diterima Namun di Malaysia

Dua minggu setelah interview pertama saya. Saya dikabari lagi lewat SMS untuk melakukan interview kedua. Berbeda dengan pertemuan pertama yang dilakukan di sekolah, pada pertemuan kedua saya diberikan alamat sebuah restoran pizza sebagai lokasi interview kedua.

Pada pertemuan kedua suasanya lebih santai lagi. Ibu Lenny (sapaan Ibu Melani Quintania) terlihat casual dengan pakaian yang dikenakannya. Pada pertemuan kedua ini ada sosok baru yang dikenalkan Ibu Lenny kepada saya. Sosok tersebut adalah pemilik yayasan tempat saya melamar pekerjaan. 

Obrolan kami sore itu sudah mengarah bahwa saya diterima bekerja. Terkadang bahkan obrolan bisa berkembang menjadi obrolan yang personal. Tujuannya mungkin untuk mencairkan suasana agar obrolan lebih santai. Sambil menikmati pizza yang tersaji dimeja menambah situasi menjadi kekeluargaan.

Hasil dari pertemuan sore itu adalah saya diterima sebagai karyawan  di sekolah tersebut. Namun, ada hal yang mengganjal dihati karena saya diterima untuk dikirim ke cabang sekolah tersebut yang ada di Malaysia. Dengan berat dan menyesal saya harus menolak tawaran tersebut.

Kesempatan kedua

“Ndra,masih minat kerja di sekolah” SMS dari Ibu Lanny.

Beberapa bulan berselang kesempatan untuk pindah kerja datang lagi. Datang dari sekolah yang saat  itu saya pernah interview. Kabar tersebut datang langsung dari Ibu Lenny lewat aplikasi SMS yang isinya “Ndra,masih minat kerja di sekolah” SMS dari Ibu Lanny. Kabar SMS tersebut saya balas dengan sebuah pertanyaan “Masih mau Bu!, namun saya bisanya di Jakarta?” balasan saya terhadap SMS tersebut. 

Diawali dari SMS tersebut saya berjumpa lagi dengan Ibu Lenny di Sekolahnya. Lamaran yang saya kirimkan saat itu sebagai operator sekolah tidak berlaku lagi, karena dalam pembicaraan pada saat itu saya ditawarkan untuk menjadi seorang guru di sekolah tersebut. Tawaran yang berat, karena saya tidak ada background pendidik. Saya hanya anak dari seorang guru Sekolah Dasar. Namun pada akhirnya tawaran tersebut saya terima dengan tekat harus memantaskan diri dalam menjalankan tanggung jawab serta amanah yang diberikan sebagai pendidik. 

Pada saat itu saya ingat terjadi pada tahun 2013 bulan April. Sehingga saya bergabung menjadi guru untuk tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan kelaender pendidikan tahun ajaran akan dimulai pada bulan Juli. Saya siap menjadi pendidik, Bismillah.

Proses yang berharga

Proses menjadi guru benar benar saya alami jatuh bangun di sekolah ini. Semenjak dari awal diterima sampai saya menuliskan kisah ini, saya masih dalam tahap belajar menjadi guru. Jika bukan karena support dari rekan sejawat serta arahan yang tegas dari Ibu Kepala Sekolah, mungkin saya sudah mengibarkan bendera putih sejak awal awal menjalani profesi ini. 

Ibu Lenny yang saya kenal sebagai sosok yang bersahaja berubah drastis dalam dunia profesional. Ketegasannya serta ketelitiannya dalam hal-hal kecil membuat saya bekerja dalam presseur tingkat tinggi. Bahkan sampai-sampai untuk bertemu saja dengan Ibu Kepala Sekolah saya jiper. 

Dalam prosesnya sebagai guru saya mendapatkan pengalaman yang membentuk saya seperti sekarang. Amanah yang diberikan kepada saya benar benar saya pelajari dan saya praktekkan. Diawali saya diberikan tugas sebagai main teacher kelas VI, diberikan tugas tambahan menjadi guru ekstra kulikuler science dan membantu menjadi operator sekolah. Semua saya lakukan dengan berat hati pada awalnya. 

Benar kata orang terdahulu, jika kita melakukan sesuatu dengan menjadikannya sebagai beban, kita tidak akan mendapatkan keberkahannya. Hal itu pula yang saya alami saat itu. Bukannya pekerjaan selesai namun pekerjaan yang berantakan dan mendapatkan omelan pedas dari kepala sekolah.

Lagi-lagi mengeluh menjadi sahabat disaat kita sedang terpuruk. Menyalahkan keadaan dengan menunjuk orang lain sebagai kambing hitamnya jadi menjadi hal yang mudah, Tentunya hal tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah apapun, malahan jika diteruskan hal tersebut bisa menambah masalah menjadi lebih besar.

Sosok Ibu Lennylah yang manjadi pemecah kebuntuan dari keruwetan yang saya hadapi. Beliau terus memberikan arahan dengan gayanya yang dapat berganti peran. Berganti peran ibarat siluman ular yang dapat berkamuflase mimik wajah, emosi, serta sikap terhadap seluruh karyawannya. Arahanya yang tersirat membuat saya harus berfikir apa yang beliau inginkan. Terkadang jika tidak dipikirkan dengan kepala dingin, arahan beliau bisa menjadi masalah baru yang menambah keruwetan dari masalah yang sudah ruwet.

Perlahan namun pasti, saya bisa mengikuti irama yang ada di sekolah. Saya bisa menempatkan diri sebagai main teacher  yang mampu beradaptasi dengan sifat peserta didik. Saya juga harus bisa menunjukkan keramahan dan ketenangan saat bertemu dengan parents. Tentunya yang penting adalah saya bisa juga bersikap profesional disaat saya menjadi rekan sesama guru. Saya juga belajar untuk siap menerima masukkan serta kritik tajam yang tersirat dari kepala sekolah.

Disaat kita sudah dapat mengikuti irama yang tenang, pasti kita akan kembali bertemu dengan gelombang. Bahkan jangan kaget kita akan bertemu gelombang yang belum pernah kita temui sebelumnya. Saya mengalami hal tersebut, disaat satu persatu rekan sejawat yang lebih senior dan pengalaman mengajukan resign dengan berbagai keperluan. Mengakibatkan saya secara perlahan menjadi sosok yang dituakan. Tanggungjawab pun sedikit demi sedikit diemban, mulai dari ketua kegiatan di sekolah maupun kegiatan di luar sekolah. Saya jalani sebagai bekal belajar dan pengalaman yang berharga. 

Tanggungjawab yang diemban tentunya akan membawa kita terhadap proses belajar yang lebih besar juga, serta kemungkinan terjadi kesalahan atau kekeliruan juga sangat besar terjadi. Kesalahan dan kekeliruan tersebut saya alami juga. Sebagai ketua dalam sebuah kegiatan tentunya harus dapat mengambil keputusan, keputusan yang diambil atas kesepakatan bersama. Namun jika keputusan tersebut berdampak buruk dalam kegiatan tersebut. Ketua harus bisa mempertanggungjawabkannya tanpa menunjuk orang lain untuk disalahkan. Hal ini merupakan salah satu pelajaran kepemimpinan yang saya dapatkan dari Ibu Kepala Sekolah yang paling saya kenang.

Tahun ke Delapan

Delapan tahun saya sudah mengabdi di SDS KeenKids. Dimulai saya tidak mengetahui banyak hal tentang dunia kependidikan. Sampai sekarang saya bisa sedikit berbagi pengalaman dengan rekan sejawat, bahkan saya bisa mengajarkan rekan sejawat dengan sekedar memberikan masukkan.

Tanggungjawab dan kesempatan yang saya dapatkan tidak akan bisa saya rasakan jika tidak adanya kepercayaan dari Ibu Melani Quintania. Banyak hal yang saya pelajari dimulai menjadi main teacher, guru ekstra kulikuler, ketua berbagai kegiatan, koordinator kesiswaan, kesempatan mengenal aplikasi sekolah seperti Dapodik, E-Raport, PMP, dan berbagai website pendukung berjalannya roda pendidikan di sekolah. Pada tahun ajaran 2020/2021 ini saya mendapatkan kepercayaan baru untuk menjadi Koordinator teacher, mungkin jika di sekolah negeri bisa dikatakan sebagai wakil kepala sekolah

Pengalaman yang berharga ini yang membentuk saya menjadi guru yang insyaallah bisa digugu dan ditiru oleh peserta didik serta rekan sejawat. Hal tersbut tidak akan bisa terwujud jika mental saya tidak ditempa dengan baik oleh Ibu Kepala Sekolah SDS KeenKids, Ibu Melani Quintania, S.E, M.Pd.

Hanya ucapan terimakasih dan doa yang tulus agar apa yang Ibu Lenny berikan kepada saya bisa saya jadikan sebagai bekal pengalaman yang akan saya tularkan kepada rekan sejawat. Sehat terus Ibu Lenny, Semangat dalam menjalankan segala aktivitas serta Bahagia dalam mengarungi kehidupan yang istimewa ini. 

Salam Literasi, Salam Indrakeren. 

Sehat, semangat dan bahagia dalam setiap aktifitas. 

Aamiin


Bersama Kepala Sekolah

12 Comments:

  1. Menarik sekali kisahnya , Mas Indra. Inspiratif, tak kenal menyerah..

    BalasHapus
  2. Kepala Sekolah hebat...guru yang hebat
    Sangat menginspirasi Mas Indra
    Sukses terus ya....

    BalasHapus
  3. Wah kisah hidup yg sangat menarik...... mantap Bung Indra

    BalasHapus
  4. Pahlawan yang langsung kita temui di dunia nyata. Luar biasa Pak Indra pengalamannya.

    BalasHapus
  5. Seorang pimpinan yg nampu menangkap kelebihan dari seorang guru, luar biasa kisahnya sangat menginsipirasi.

    BalasHapus
  6. Selalau siap agar bisa digugu dan ditiru. Bukan main. Terima kasih, Bung Ind!

    BalasHapus