Selasa, 02 November 2021

Mental Kepenulisan dari Ibu Ditta

"Baiklah Bapak/Ibu, Malam ini, izinkan saya membersamai Narasumber cantik nan cerdas asal kota Subang. Sang peraih Penghargaan Bupati Subang (2020), pula peraih Penghargaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang sebagai guru berprestasi (2021). Prestasi literasinya yang membanggakan hingga karyanya yang mampu menembus Penerbit Mayor, memberikan jejak prestasi  literasi yang baik bagi tanah Subang. Beliau gemilang dengan karya di masa muda yang membahana, semangat literasi yang luarbiasa memikat hati para pembaca. Beliau adalah perempuan  cerdas bernama Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr."

Begitulah moderator yang bernama pena Maydearly memperkenalkan narasumber pada malam ini. Sebenarnya ada kalimat lain yang saya suka pada pembukaan materi writing block dan mental penulisan pada malam ini. Mau tau gak? "Sebelum pada materi, coba kita cek apakah Narsum cantik kita sudah hadir?" itu kalimat pembuka dari moderator yang tidak kalah cantiknya dengan sang narasumber. Awal yang cantik untuk mengawali pembelajaran pada malam ini. Siapkan energi untuk menyimak resume cantik ini dari penulis blog sederhana yang selalu keren. (narsis... uweek) 😎

Mengapa Writer's Block dan Mental Kepenulisan itu penting?

Menurut narsum cantik, menulis ... apa pun genrenya, tentu akan memiliki tantangan tersendiri. Inilah mengapa seorang penulis harus memiliki mental yang juga kuat dan sehat agar tetap produktif. Lalu apa yang harus kita siapkan agar memiliki mental yang kuat? 


Mind map di atas merupakan mental yang harus dimiliki seorang penulis. Kelima mind map tersebut siap dibahas secara tuntas pada resume sederhana ini. So, disimak hingga titik terakhir yaaa. 😉

1. Siap Konsisten

Menurut Ibu Ditta konsisten bisa diartikan luas. Target konsisten pun bisa disesuaikan masing-masing. Lebih bagus bila sudah seperti Omjay yang meski berada di lautan kesibukan, beliau mampu menulis setiap hari di blog. Narasumber sendiri sudah kenal blog sejak kuliah. Sekitar tahun 2010. Namun ternyata, jauh sebelum itu, narsum sudah senang menulis. Rutin menulis walau di buku diary. Kegitan menulis yang digeluti sejak SD, SMP, SMA hingga kuliah, tetap konsisten hingga kini saat sudah menjadi guru, hanya saja media yang digunakan bukan lagi menulis di atas kertas, namun kini menulis pada media blog.

Di kelas menulis Omjay, Ibu Ditta berkesempatan menjadi salah satu penulis bersama Prof. Eko (angkatan pertama), Hal tersebut mengantarkan beliau menjadi salah satu guru di Kab. Subang yang mendapat penghargaan dari bupati. Kini, di tengah kesibukan sebagai Pengajar Praktik (PP) Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP), saya juga masih konsisten menulis. Di jurnal pendampingan, laporan lokakarya, dan sesekali di blog

Menulis versi dulu dan sekarang tentu berbeda. Dulu kebebasan berpendapat sulit didapat. Alih-alih penghargaan, jika tak tepat penjara malah jadi sasaran. Sekarang, menulis semakin mudah. Di blog pribadi maupun keroyokan. Kita bisa menulis. menerbitkan buku ke penerbit mayor atau Indi juga bisa. Jadi, mengapa masih tak menulis?

2. Siap Dikritik

Siapa di sini yang pernah mendapat kritik pedas atas tulisannya? ☝🏻😄

Atau masih belum menulis karena takut dikritik? Takut dibilang nggak bagus? Takut masih banyak salahnya? dsb

Pada point kedua ini, banyak hal yang dapat dicontoh dari pengalaman Ibu Ditta. 

[Pada saat ikut lomba mahasiswa berprestasi yang salah satunya harus membuat karya tulis, saya dengar bahwa ada dosen yang mengatakan "tidak ada yang layak jadi karya tulis". Waduuh... bikin baper nggak sih kalimat seperti itu????] 

Lalu apa yang dilakukan Ibu Ditta saat mendapatkan kritikan tersebut? mundurkah atau menjadikan hal tersebut pelajaran berharga? Ternyata pilihan Ibu Ditta jatuh kepada, 

[Tapi ... Saya memilih menjadikan itu sebagai pelecut semangat. Saya katakan pada diri sendiri, membuat afirmasi positif bahwa suatu saat akan saya buktikan bahwa saya bisa membuat karya tulis yang baik."]

Apa yang dipilih Ibu Ditta merupakan jalan yang sudah ditentukan oleh Allah swt. Persis seperti kalimat yang Ibu Ditta tulis pada akhir point kedua ini. "Ketika kita sungguh-sungguh telah berusaha, maka apa pun hasilnya insya Allah tak kan membuat kita kecewa". 😊

Kritik itu akan selalu ada. Tinggal bagaiamana kita menyikapinya. Garam akan tetap asin. Tergantung seluas apa wadah yang kita siapkan. Jika hati kita sekecil gelas, tentulah ketika ditambah garam akan terasa asin. Namun jika kita mau meluaskan hati. Ibarat garam yang dimasukkan ke danau. Insya Allah akan tetap terasa segar airnya.

3. Siap Belajar

"Kita selalu bisa belajar dari siapa pun, kapan pun dan dimana pun. Bahkan dari seorang pencuri, kita bisa belajar bahwa hal tersebut merugikan orang lain. Sehingga kita bisa belajar bersikap menjadi pribadi yang lebih baik. Tak ada tua muda dalam belajar. Setiap orang berhak dan mampu belajar. Kehadiran Bapak/Ibu membuktikan bahwa peserta di grup ini adalah sosok-sosok pembelajar sejati. Insya Allah." tulis Ibu Ditta pada point ketiga ini.

4. Siap Ditolak

Sakit kalo ditolak, iya gak sih. hehehe... itu menurut saya. Lalu bagaimana menurut Ibu Ditta? Mau tau ilmu ditolak dari Ibu Ditta? baca terus resume sederhana ini sampai habis. 😉

Ditolak juri lomba, ditolak penerbit, ditolak tolak lainnya. Ibu Ditta menganalogikan tentang JK Rowling penulis best seller novel Harry Potter? Bukankah ia ditolak belasan penerbit sebelum akhirnya bukunya mendunia?

Nikmati prosesnya, tentunya akan nikmat pada waktunya. Seperti penolakan, merupakan proses yang tentunya harus dilewati dalam kegiatan menulis. Namun, pada akhirnya penolakan-penolakan tersebut yang menjadikan kita menjadi pribadi yang semakin baik, jika kita belajar dari penolakan tersebut.

5. Siap menjadi unik

Setiap orang terlahir dengan keunikannya masing-masing. Namun, terkadang keunikan tersebut dijadikan alasan untuk tidak bertumbuh menjadi hal yang baik. Padahal tidak ada yang sia-sia dalam setiap penciptaan. 

Sepertti yang Ibu Ditta sampaikan, Last but not least, hal yang termasuk unsur paling penting bagi seorang penulis adalah ... Just be yourself (jadilah diri sendiri). Tiap orang memiliki keunikan tersendiri. Seperti para pemateri sebelumnya. Masing-masing menjadi spesialis kepenulisan 😊. Paling mudah untuk menjadi unik adalah ... Tulis sesuai dengan apa yang kita sukai dan kuasai.

"Teruslah memberi arti bagi setiap orang yang kau temui,
dalam setiap hal yang kau lalui dan untuk setiap waktu yang kamu miliki"

Ditta Widya Utami, S.Pd. Gr

Materi Writing Block-nya dipending agar tambah penasaran!!! Kapan akan disampaikan? tunggu saja tanggal mainnya... 😁

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
See You Tomorrow 😉 

10 Comments: