Sabtu, 15 Agustus 2020

Beradaptasi dengan Teknologi dalam Pembelajaran Jarak Jauh

Jika berbicara teknologi pasti itu sesuatu yang tidak asing, sesuatu yang biasa saja, bahkan bagi generasi Z teknologi itu bagaikan urat nadi, sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Gawai selalu dibawa kemanapun generasi Z pergi, mulai tidur ada gawai, bangun tidur yang dilihat gawai serta aktifitas lainnya, bahkan ada beberapa milenial membawa gawainya saat ke kamar mandi. Bagaimana dengan angkatan saya dan angkatan di atas saya, mau tidak mau harus beradaptasi dengan teknologi, walaupun tidak se-candu generasi Z. Bagaimana teknologi dari sudut pandang para pejuang pendidikan?

Bagi pejuang pendidikan di Sekolah yang biasa kita kenal sebagai Guru. Teknologi juga menjadi bagian penting dalam keseharian, kami pada umumnya menggunakan teknologi sebagai media komunikasi yang cepat, tepat, murah dan mudah. Gawai senantiasa bisa diandalkan dalam menyampaikan komunikasi ke rekan sejawat, orangtua bahkan kepada para siswa. Apakah hanya itu kegunaan gawai bagi para pejuang pendidikan ? Saya bilangkan pada umumnya ! Jika mau ditelusuri lebih dalam pejuang pendidikan juga menggunakan gawai dalam bentuk social media, tapi lagi lagi secara umum social media hanya untuk berkomunikasi di dunia maya!!.

Pandemi datang tidak bisa dihindarkan, membuat semua beradaptasi dengan keadaan, Teknologi yang tadinya hanya sebatas komunikasi yang menjadi andalan, kini dijadikan alat adaptasi untuk sebuah perubahan. Teknologi berubah fungsi, Guru bertransformasi menjadi guru yang lebih melek teknologi. Teknologi yang bukan hanya sekedar alat komunikasi, akan tetapi sebuah teknologi yang digunakan sebagai alat pembelajaran dalam masa pandemi.

Pendidikan Jarak Jauh yang digaungkan pemerintah untuk mengantisipasi pandemi memang tidak akan pernah Optimal. Tidak bisa optimal karena berbagai faktor alami sebagian besar rakyat Indonesia. Mulai dari letak geografis, kesenjangan social bahkan insfratuktur yang selalu menjadi kambing hitam. Tidak mudah memang beradaptasi dalam masa ini, apalagi untuk guru yang "tidak mau" belajar dengan keadaan. Apa yang bisa kita lakukan ?, tetap berpangku tangan atau menerobos kebiasaan !!

Berpangku tangan bukan ciri Guru Indonesia yang ingin membangun dunia pendidikan di negeri ini, karena Guru Indonesia adalah guru-guru hebat yang berani mengemban amanah bangsa, amanah untuk menjadikan peserta didik calon pemimpin dimasa yang akan datang. Saya yakin Guru Indonesia sudah berinofasi dalam situasi saat ini, segala macam media digunakan untuk memudahkan pembelajaran sudah dicoba dan dipraktekkan, seperti menggunakan WAG, Zoom, GoogleClassroom, Google Form, ataupun media-media lain yang lebih interaktif. Tapi perlu diingat semua media tersebut hanyalah pendukung pembelajaran jarak jauh yang kita laksanakan, bukan sebagai pengganti Guru!

Pembelajaran tanpa adanya tatap muka memang menyulitkan, sulit karena memang belum terbiasa dilakuan. Segala media yang digunakan seakan akan mentok dengan berbagai alasan. Kata optimal memang jauh dari genggaman, namun guru yang memberikan dedikasi yang maksimal terhadap peserta didik pasti bisa dirasakan. Maksimal seperti apa yang bisa dirasakan, maksimal dari Guru yang selalu hadir dalam setiap pembelajaran, bukan Guru yang hanya memberikan tugas lalu dikumpulkan minggu depan.

Tugas memang salah satu cara mudah dalam pemberian materi pada masa pandemi, namun jika tugas yang diberikan akan menjadikan masalah baru yang berupa keluhan orangtua di rumah, itu namanya membuat masalah baru dalam masalah yang sama. Ayoo... Guru Indonesia berikan materi dengan proporsional dan beri kegiatan kepada peserta didik setelah materi yang disampaikan agar bisa dikerjakan mandiri oleh peserta didik dan dalam batas waktu pengumpulan yang wajar. Jika ada peserta didik yang kesulitan, Guru siap stand by pada saat jam pelajaran, dengan cara menjawab WAG atau hanya sekedar bersautan di kolom komentar. 

Kolaborasi yang sehat dan tepat antara guru, siswa dan orangtua akan menciptakan suasana belajar yang efektif tanpa harus memberikan beban yang berlebihan kepada salah satu pihak yang terlibat. Oleh karena itu persiapan dan strategi yang matang dalam memulai pelajaran jarak jauh harus benar benar menjadi perhatian. Agar saat dipraktekkan dapat berjalan sesuai harapan.

Guru Indonesia, sebagai akhir dari tulisan saya, Pembelajaran Jarak Jauh memang belum Optimal, namun kita sebagai pendidik harus tetap memberikan pengajaran yang maksimal setiap harinya. Mari selalu berinofasi dari setiap kritik saran yang datang, agar terciptanya pembelajaran dalam jaringan yang efektif dan menyenangkan.


                                        "Jika ingin yang terbaik, berikan juga yang terbaik."


Salam Literasi, Salam Indrakeren

10 Comments:

  1. Kolaborasi yang sehat dan tepat antara guru, siswa dan orangtua akan menciptakan suasana belajar yang efektif tanpa harus memberikan beban yang berlebihan kepada salah satu pihak yang terlibat.....Setujuuuuuu... Lanjutkan...

    BalasHapus
  2. sangat menginspirasi untuk para guru milenial terutama keadaan saat ini. Masa pandemi bukan alasan untuk tidak melakukan KBM secara tidak maksimal. Keren lanjutkan

    BalasHapus
  3. Lanjutkat keren ..๐Ÿ˜๐Ÿ˜

    BalasHapus