Minggu, 23 Agustus 2020

CAP Kesuksesan Sigit Suryono

 Assalamu'alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh

Silaturrahmi itu menambah rezeki, Amin

Selamat Pagi para Pejuang Pendidikan, semoga selalu sehat, semangat, dan bahagia dalam melakukan aktifitas setiap hari serta selamat berwisata membaca di blog sederhana ini.

1. Teman-teman meminum anggur cap Orangtua.  2. Surat itu sudah dibubuhi tandatangan, namun belum ada cap kelurahan. 3. Anak itu sudah dicap tidak akan berprestasi di Sekolah. Kita awali tulisan ini dengan belajar Bahasa Indonesia. Ada tiga kalimat yang saya berikan, dalam kalimat-kalimat tersebut memiliki satu kata yang sama namun memiliki arti yang berbeda. Apa kaitannya dengan tulisan malam ini ? Apa kaitannya dengan Narasumber kita malam ini ? Mari kita cari tahu bersama !! 


Bapak Sigit Suryono,  sangat paham betul apa itu CAP. Prestasi yang diraihnya tidak datang dengan cara simsalabim seperti pesulap saat sedang menampilkan pertunjukkannya. Prestasi tertinggi yang beliau raih adalah sebagai Juara 1 Guru SMP Berprestasi tingkat Nasional tahun 2015 sehingga mendapat penghargaan penyerta seperti anugrah gubernur DIY, Penghargaan dari Kemdikbud dan juga Mendapat Satya Lencana bidang Pendidikan dari Presiden RI tahun 2016 dan mendapat kesempatan belajar singkat ke Australia tahun 2016. Luar biasa bukan, apakah itu simsalabim? Tentunya pasti bukan. Lalu apa hubungannya dengan CAP ?

SEBUAH KISAH.

Perjalanan Bapak Sigit dalam meraih kesuksesannya tidak mudah semua beliau raih dengan perjuangan yang panjang. Sempat di CAP sebagai siswa yang jauh akan prestasi saat masih sekolah pasti membuat semua orang akan terkucilkan, namun tidak demikian dengan Bapak Sigit. Beliau membuktikan sebuah CAP hanya akan menjadi sebuah LABEL dalam diri dan itu bisa diubah, jika kita mau mengubahnya.

CAP jauh dari prestasi mungkin akan menjadi nyata, karena masa kuliah selama 7 tahun tidak selesai juga, bahkan hampir DROP OUT jadi mahasiswa dari UNY Yogyakaarta. Namun nilai-nilai perjuangan sebenarnya baru dimulai pada masa perkuliahan, banyak kegiatan yang dilakukan sehingga kuliah menjadi korban, mulai dari organisasi kemanusiaan, senat fakultas hingga membuka usaha sablon dan rental komputer beliau kerjakan. Belum lagi jika ditambah dengan kegiatan mengajar di beberapa sekolah walaupun belum selesai kuliah, jadi 7 tahun kuliah bisa dimaklumi, walaupun tidak boleh di ATM-Kan.

CAP tidak berprestasi dan rasa malu saat masih dalam masa kuliah 7 tahun terbayar lunas saat Bapak Sigit diterima menjadi Pegawai Negeri di SMP Negeri 1 Wonosari pada tahun 2005. Di Sekolah inilah perjalanan sebuah kisah Bapak Sigit yang baru akan segera dimulai. Kegagalan dan rasa malu yang beliau rasakan saat dahulu, menjadi nilai plus dalam kisah baru Bapak Sigit.

Kegiatan Pemilihan Simposium Guru tingkat Provinsi DIY tahun 2006 beliau ikuti, walaupun masih berstatus CPNS pengalaman dimasa lalu membuat beliau percaya diri dalam mengikuti acara tersebut. Padahal saat itu yang mengikuti acara tersebut Guru-guru MGMP setiap mapel di DIY. Acara ini benar-benar dijadikan pengalaman yang berharga untuk Bapak Sigit, karena dari sinilah awal mengikuti sebuah kompetisi yang diikuti peserta-peserta senior, hebat dan juga tentu sangat berpengalaman. Pada acara ini juga beliau menerapkan konsep ATM dalam diri, beliau memperhatikan pengalaman para peserta, mencatat ilmu-ilmu yang penting dari para peserta dan berusaha melakukannya dengan gaya yang berbeda.

Acara simposium tersebut menjadi perubahan buat Bapak Sigit. Banyak hal yang dapat beliau pelajari dari para peserta di seluruh propinsi DIY. Satu hal yang beliau pelajari untuk menjadi dalam kompetisi kita harus memiliki produk yang unggul dibandingkakn dengan peserta lain, kemudian karya tersebut merupakan hasil penelitian yang relevan dan tentu didukung dengan data yag akurat. Yang tidak kalah penting adalah performance kita dalam membuat presentasi dan mempresentasikan materi yang sesuai dengan naskah dan tentunya tetap fokus jangan sampai melantur pembahasannya. Terakhir persiapan yang tidak kalah penting adalam mengikuti sebuah kompetisi adalah rekam jejak atau portofolio dari bapak ibu. beliau memiliki hampir semua surat undangan, surat tugas, dan juga bukti dokumentasi semua kegiatan sejak tahun 2006 s/d 2015 yang diarsipkan dari map dan di letakkan pada rak ruang kerja beliau. itu sangat membantu saat proses mengikuti lomba guru berprestasi.

Keberhasilan beliau membuat outline sebuah kompetisi yang beliau dapatkan pada acara simposium, tidak serta merta langsung berhasil. Candradimuka, penggojlokan diri, yang terus ditempa hingga 7 kali gagal dalam beberapa ajang prestasi membuat Bapak Sigit Suryono banyak makan asam garam pengalaman mengikuti ajang loba guru berprestasi. Kegagalan yang diingat saat mengikuti NITC pada tahun 2009 beliau gagal karena tulisannya kurang menggigit, kemudian ada juga kegagalan pada Inobel 2009 tulisan sudah bagus, namun mempresentasikannya tidak fokus. Pada ajang Ki Hajaar tahun 2012 Bapak Sigit kalah telak dengan kompetitor dalam hal presentasi. bahkan pada tahun 2013 di ajang FIG beliau kalah karena gaya selingkuh beliau yang salah. Gagal...gagal...gagal dan gagal menjadi pengalaman berharga untuk beliau.

Setelah tahun 2015 prestasi nasional terasa mudah beliau capai karena perjuangan dan kegagalan dari masa-masa sebelumnya seperti menjadi salah satu peserta terbaik literasi tingkat nasional tahun 2017, Duta Rumah Belajar terinovatif tahun 2018, Duta sains P4TKIPA, dan juga prestasi teratkhir adalah mendapat anugrah Alumni Berprestasi Sarjana Adi Manggala Bidang Pendidikan tahun 2020 pada saat dies Natalis UNY yang ke 56.

KATA MUTIARA SEORANG IBU



Rasullulah menyebut Ibu, Ibu, Ibu baru Ayah. Perjalanan Bapak Sigit dalam meraih berbagai prestasi tidak lepas dari peran kedua orangtuanya, Lahir dari Ayah dan Ibu yang seorang guru menjadikan beliau pribadi yang kuat, tangguh serta berjiwa besar dalam kehidupan. Kesuksesannyapun tidak bisa lepas dari sosok orangtua, terutama Ibu, karena Ibunya pernah berpesan "Kalah cacak menang cacak" yang memiliki arti kalah maupun menang merupakan hal yang biasa. maka dengan dukungan dari orang tua, dan juga dari istri dan anak-anak setiap event lomba yang saya ikuti pasti akan saya lakukan dengan penuh perjuangan dan tidak disiapkan asal-asalah.

Bahkan kutipan terakhir beliau tentang sosok Ibu adalah Ibu bagi saya adalah "sebenarnya guru", beliau mendidik dengan tulus dari saat kita lahir tidak tau apa-apa, kemudian didiik pelan-pelan bagaimana makan yang benar, bagaimana minum yang benar, mentatih kita untuk berjalan, dan menyayangi kita sepanjang waktu. Ibu bagi saya adalah orang yang selalu ada ketika kita butuh, ketika kita jatuh belau yang membangunkan, ketika kita berdiri tegak beliau yang mendorong, ketika kesombongan muncul beliau yang selalu mengingatkan. Bagi saya ibu adalah kunci utama kesuksesan setiap orang.

Jadi peran dan kepedulian orang tua itu sangat penting bagi perkembangan kita kedepan dan itu yang saat ini beliau tanamkan dan berikan kepada anak-anaknya. beliau hanya punya warisan ilmu maka jika menuntut harta tidak ada. maka saat ini anak beliau yang besar susah diarahkan untuk memiliki web sendiri untuk bisa di gunakan sebagai portofolio yang akan berguna suatu saat nanti.

Sampai juga di akhir resume Sigit Suryono, seorang guru yang dapat kita contoh perjalanan hidupnya hingga mendapatkan banyak prestasi yang membanggakan. Kerja keras tidak akan menghianati hasil kembali mengudara ditulisan saya, dan terekam jelas dari kisah sukses Bapak Sigit Suryono, kegagalan demi kegagalan dijadikan sebuah pembelajaran, serta dukungan dan doa orangtua dijadikan sebagai kekuatan.

Kawan, CAP yang disematkan negatif akan bisa berdampak baik, jika kita mau mengubahnya. Sulit memang namun bukan tidak bisa. Tulisan saya ini sudah membuktikan CAP diawal berubah menjadi sebuah kesuksesan, kegagalan yang didapat berubah menjadi pengalaman yang membawa kepada prestasi luar biasa. Apakah kita bisa sukses ? Apakah kita bisa berprestasi ? Jawabannya BISA!

Wassalamualaikum Warohmatullahi WAbarokatuh

Salam Literasi, Salam Indrakeren

16 Comments:

  1. met malam pak Indra....mantul resumenya dah sy CAP Like

    BalasHapus
  2. Saya suka. Kita bebas mengungkapkan dg gaya masing-masing yg jelas pesan tersampaikan. Anda suka analogi saya suka humor.
    Materi saya tautkan dengan situasi komedi.
    Kangkung seikat bisa menjadi pecal yg nikmat, tumis yg gurih, sayur bersantan yg menggoda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga mau coba unsur komedi ditulisan saya berikutnya,
      seperti yang dilakukan Pak D Susanto di blognya
      Kangkung kangkung hehehee

      Hapus
  3. Saya suka. Kita bebas mengungkapkan dg gaya masing-masing yg jelas pesan tersampaikan. Anda suka analogi saya suka humor.
    Materi saya tautkan dengan situasi komedi.
    Kangkung seikat bisa menjadi pecal yg nikmat, tumis yg gurih, sayur bersantan yg menggoda

    BalasHapus
  4. CSP nya keren bingit plus Cap bravo like

    BalasHapus
  5. Itulah gaya penulis dalam menulis. Masing-masing memiliki gayanya sendiri. Sebagai ciri khas.
    Mantab dan keren
    Kapan jalan jalan ke blog saya?

    BalasHapus
  6. Cap Kerman saya sematkan ke pak Indra... Keren dan mantaap...

    BalasHapus
  7. Gaya narasinya...keren banget. Jadi tidak bosan ya membacanya. I like it.

    BalasHapus
  8. Gaya narasinya...keren banget. Jadi tidak bosan ya membacanya. I like it.

    BalasHapus
  9. Gaya narasinya...keren banget. Jadi tidak bosan ya membacanya. I like it.

    BalasHapus
  10. hihihi.. unik ya gaya menulisnya, jadi terhanyuut

    BalasHapus
  11. Bravo....saya jadi semangat kembali untuk menulis..Cap yg bapak tuangkan sebagai vitamin saya untuk ATM..ayo maju terus..

    BalasHapus