Selasa, 13 April 2021

Malam pertama Ramadhan

Saat langit terang berubah gelap, namun bintang belum juga nampak. Dari atas langit terus turun cairan yang biasa kita sapa dengan nama hujan. Yaa.. Hujan memang turun sejak pukul 4.00 sore tadi. 


***

"Ayah ayoo kita ke sholat magrib di Masjid" ajak Athar putra pertamaku. 

"Masih hujan Kak, kita sholat magrib berjamaag di Rumah saja" jawab Ayah.

Athar memang sudah sangat antusias menyambut malam pertama Ramadhan. Anak laki-laki berusia 5 tahun ini memang sedang menjalankan tugas dari tempat mengajinya. H. Risan dan Ust. Risan memberikan tugas kepada seluruh santrinya unntuk menyambut Ramadhan dengan bergembira. 

"Ayah, Kenapa hujan tidak berhenti ya? tanya Athar dengan nada kecewa.

"Sabar, nanti juga berhenti. Hujan itu membawa keberkahan Kak. Lebih baik kita sholat magrib di Rumah dulu, sambil berdoa hujan reda, agar nanti bisa taraweh di Masjid" jawabku sambil mengajak Athar sholat jamaah magrib di Rumah.

***

"Ayah, Ayooo berangkat, hujannnya sudah reda" ajak Athar dengan penuh semangat.

"Iya sudah reda, Ayo segera ambil wudhu Kak dan apakai baju kokonya ya" ucapku sambil memeriksa rintik hujan dengan telapak tanganku.

Melihat Athar semangat untuk berangkat ke Masjid, mengingatkan pengalamanku waktu kecil. 

"Ayah Ayo, malah bengong. Athar sudah siap nih" ajak Athar penuh semangat.

Hilang sudah lamunan masa kecil. Bergegas aku siap-siap untuk berangkat ke Masjid bersamanya.

Baju koko bersih dengan sarung bercorak kotak menjadi motif yang kami kenakan. Tidak ketinggalan peci hitam Aku kenakan dan peci putih seperti punya Pak Haji dikenakan oleh Athar.

Kami berjalan bersama menggunakan payung berdua. Menelusuri jalan komplek yang berlapis komblok. Terpaksa kain sarung kami angkat sedikit tinggi agar tidak terkena percikan air hujan. Jarak Masjid dan rumah tidak terlalu jauh, bahkan kubah Masjid bisa terlihat dari teras rumah.

***

Di Masjid tidak terlalu banyak jamaah yang hadir, mungkin karena gerimis atau memang kebiasaan yang dulu tidak terlihat lagi. Dahulu saat masih kecil, pergi ke Masjid itu sangat menyenangkan. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di Masjid. Tidak sedikit ilmu yang didapat ketika sedang berada di Masjid. Sholawat sebelum Iqomah merupakan kegiatan yang sangat dinanti ketika di Masjid. Anak kecil duduk melingkar menunggu giliran bersholawat menggunakan pengeras suara. Kini suara anak kecil jarang terdengar, suara rekaman yang diambil dari youtube yang sering terdengar sebelum Adzan bahkan Iqomah.

"Ayah Ayo masuk, mumpung masih kosong. Asiik... kita bisa sholat di dalam. yah." ajak Athar sambil bersorak.

Bayangannya jika sholat taraweh di Masjid itu penuh. Namun apa yang Athar lihat malam ini berbeda dengan bayangannya. Tambah semangat dirinya masuk ke dalam Masjid.

"Athar pasang sajadahnya ditanda warna hitam yaa" ajak Ayah sambil mencontohkan memasang sajadah ditanda berwarna hitam di sebelahnya.

"Siap" jawab Athar sambil memasang sajadah sesuai perintah Ayah.

Covid-19 mengharuskan para jamaah untuk mematuhi protokol kesehatan. Memakai masker, membawa sajadah dari Rumah, serta cek suhu ketika masuk ke dalam Masjid menjadi kewajiban bagi seluruh jamaah. Shaf juga diatur berjarak, kurang lebih 1 meter.

"Ayah, kok udah ceramah aja" tanya Athar ketika melihat seorang bapak berbicara kepada para jamaah di atas mimbar.

"itu namanya MC kak, seorang yang tugasnya membawakan acara. Sholat tarawehkan banyak informasi yang harus disampaikan, makanya ada MC berbicara sebelum sholat taraweh dilaksanakan" jawabku menjelaskan kepadanya dengan suara yang berbisik.

***

"Ayah, lama banget belum mulai-mulai" ucap Athar sambil berbisik.

"sabar, sebentar lagi mulai" bisikku menenangkannya yang sudah mulai bosan.

Sholat taraweh di Masjid dekat rumah kami biasanya dilakukan sebanyak 11 rakaat. Sholat taraweh 8 rakaat yang dikerjaan dengan cara setiap 2 rakaat salam. Kemudian dilanjutkan dengan ceramah agama kurang lebih 15 menit. Rangkaian sholat taraweh diakhiri dengan melaksanakan sholat witir 3 rakaat. 

"Capek yaa Kak" tanyaku kepada Athar yang terlihat sudah bermalas-malasan.

"Nggak kok, yah" jawabnya seraya bangkit dari duduknya untuk mengerjakan sholat witir yang tinggal 1 rakaat lagi.

***

Sepulang dari Masjid hujan gerimis masih turun. Kami berdua menyusuri jalan berkomblok dengan agak cepat. Kami takut hujan lebih besar akan turun, karena ada suara gluduk yang bersahutan serta mengelarkan kilat berwarna kuning di kejauhan.

***

"Assalamualaikum" ucap Athar ketika masuk ke dalam rumah. Ibu sudah menunggu dengan makan malam yang beraroma lezat.

"Walaikumsalam, Ayo Ayah, kakak ganti bajunya, trus makan bareng yaa" jawab Ibu sambil menawarkan makan kepada kami berdua.

Setelah berganti baju kami segera makan malam bersama. Ibu tidak ikut karena harus menemani adik yang sudah tidur di dalam kamar. 

***

"Ayah, tadi Pak Ust bilang kalau puasa bisa menjadi orang yang bertakwa" tanya Athar setelah makan selesai..

"Iya Kak, makanya kakak harus puasa besok yaaa" jawabku singkat.

"Takwa apa sih Ayah?" tanya Athar lagi, kini dengan pertanyaan yang tidak ku duga sebelumnya.

"Hmmm... bagaimana cara jawabnya ini" pikirku dalam hati, menjawab pertanyaan dengan jawaban yang dapat langsung dimengerti olehnya.

"Ayah..."

"Iya Kak, ini Ayah lagi mau jawab" potongku saat Athar terlihat tidak sabar.

"Athar ingat gak, lagu Rukun Islam" tanyaku kepada putra pertamaku.

"Inget donk" jawab Athar.

"Coba nyanyiin Kak" ucapku.

Apakah rukun islam yang pertama, Syahadat.

Apakah rukun islam yang kedua, Sholat.

Ketiganya Puasa.

Keempat bayar Zakat.

Kelima pergi Haji naik pesawat. Wusss....wuss...

"Nah... itu semua merupakan ciri orang yang bertakwa Kak" seruku.

"itukan yang diajarin Pak Haji di pengajian Kakak" seru Athar senang.

Senang melihat Athar percaya diri. Saat dirinya mengetahui apa yang ditanyakannya sendiri. Isi dari rukun islam merupakan jalan manusia untuk mendapatkan predikat takwa dari Allah swt. Menjalankan perintahnya serta menjauhi segala larangannya. 

Tidak terasa malam semakin larut. Jarum pendek pada jam yang terpasang didinding menunjukkan pukul 10.00 malam. Kami pun beranjak ke kamar tidur untuk mengistirahatkan diri, agar esok siap untuk melakukan puasa Ramadhan pertama.

"Ayah, besok sahur jam berapa?" tanya Athar dengan mata yang sudah mengantuk.

"Besok bangun jam 3.00 atau 3.30 pagi yaa kak" jawabku sambil menggarukkan punggungnya yang menjadi kebiasaan dirinya sebelum tidur.

"Bismikallahuma Ahya Wabismika Amut" ucap Athar pelan dan matanya pun tertutup, terlelap tidur.

Sungguh menarik perbincangan kami malam ini. Semoga esok bisa bangun tepat waktu untuk melaksanakan puasa bersama di hari pertama Ramadhan. 

***

#aprilchallengelagerunal

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
See You

13 Comments:

  1. Athar,,,semoga puasanya lancar ya dek

    BalasHapus
  2. Athar anak pintar, ajak terus tuh ayahnya ke masjid ya biar masuk sorga

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehe... iya sudah seperti alarm kalo sudah minta sholat di masjid...

      Hapus
  3. Alhamdulillah, ajak terus Ayahnya dek Atar ke Masjid biar tidak ketinggalan sholat Jamaah nya..mg tambah Sholeh..🤲🤲

    BalasHapus
  4. Kakak Athar anak saleh yang hebat! Tetap semangat belajar menjadi pribadi lebih baik, Kakak Athar!

    BalasHapus
  5. Masha Allah tabarakallah
    Kakak Athar sholeh, gimana puasanya kemarin?
    Semangat ya Kakak Athar, masih ada 29 hari lagi 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah puasanya lancar, dengan sedikit drama
      Lumayan pengalaman pertama puasa

      Hapus
  6. Menikmati Ramadhan bersama si kecik mmng sangat mengesankan, walaipun Ambu gak punya anak yg ganteng karena semua cantik,hehe..
    Semoga Athar menjadi anak sholeh, ya Nak...

    BalasHapus
  7. Semoga athar menjadi anak yang sholeh.

    BalasHapus