Rabu, 14 April 2021

Nikmati Prosesnya

Alarm pada gadget sudah berbunyi. Nyaring sekali bunyinya. Tidak seperti hari biasa, kini alarm gadget bunyi lebih awal. Pukul 03.00 pagi alarm sudah berbunyi. Bukan kebetulan alarm bunyi sepagi itu, namun memang disetting agar tidak kesiangan untuk makan sahur pertama di bulan Ramadhan.

"alhamdulillahilladzi ahyana ba'dama amatana wa ilaihin nusyur" kata pertama yang terucap setelah bangun dari tidur, sambil tangan menggapai gadget yang masih berbunyi.

Athar dan adiknya masih tertidur, namun jangan ditanya soal Ibu. Ibu pasti sudah bermain-main di dapur dengan berbagai perabot rumah tangganya. 

Benar saja, suara penggorengan terdengar karena bersinggungan dengan sodet yang digunakan Ibu, srreeengg....srrreeeenggg begitu kira-kira bunyinya.

"Assalamualaikum cantik" sapaku kepada istriku yang sudah beraroma masakan

"Walaikumsalam, gombal banget Ayah pagi-pagi. Mengigau yaaa Ayah" ledek istriku setelah menjawab salam dariku.

"Iyaa, Ayah ngigau. Ayah tidur lagi yaaa" candaku.

"Ayah awas aja tidur lagi...., cuci muka, trus tolong bangunin kakak ya. Semalam Kakak bilang mau ikut sahur" balas istriku.

Jadi teringat obrolan kami sebelum tidur semalam. Kakak bilang ingin ikut puasa hari ini. Jika benar ikut puasa, berarti hari ini akan menjadi puasa pertama kakak Athar. 

***

3.10 wib

"Kak, jadi ikut puasa" ucapku ditelinga Athar lembut. Ternyata bisikanku belum menyadarkan Athar dari tidurnya. Aku buka laptop sambil menunggu masakan Ibu matang dan menunggu Athar bangun. Lumayan sambil bisa membaca beberapa tulisan di grup wa literasi yang aku ikuti.

"Ayah, disuruh bangunin kakak malah buka Laptop! bukannya sholat tahajud" ucap istriku yang tiba-tiba masuk ke kamar, niatnya mau memastikan Athar sudah bangun atau belum, ehhh... malah ditambah menegurku.

***

3.25 wib

Setelah menyelesaikan sholat tahajud yang dikerjakan akibat teguran dari istri. Athar coba ku bangunkan kembali. Kasihan juga membangunkan anak berusia 5 tahun untuk ikut sahur. Namun jika tidak dilatih mungkin akan ada penyesalan dikemudian hari.

"Kak, ayooo Ibu sudah buatkan ayam goreng untuk makan sahur" ucapku yang kedua kalinya, tidak lupa ditambah kata-kata ayam goreng sebagai pancingan. Ternyata pancingan ayam goreng berhasil menggerakkan tabuhnya dan terdengar ucapak iya walaupun masih dengan mata tertutup.

"Ayoo kak, mau ikut puasa gak? Ayooo bangun" kali ini ucapanku dibarengi dengan belaian tangan di wajahnya.

"ikuutt!" jawabnya dengan suara pelan dan mata yang masih tertutup.

"Alhamdulillah sudah bangun" pikirku.

Sambil menunggu masakan dihidangkan. Televisi dihidupkan, sebenarnya mau menghidupkan laptop lagi, namun Aku urungkan, takut kena tegur lagi. Tayangan di televisi kebanyakan program sketsa talk show. Tidak heran memang program seperti itu yang ditayangkan, selain memang rettingnya bisa mendongkrak penghasilan televisi dan pemainnya benar-benar bisa menyegarkan mata.

"Ayah..." tiba-tiba suara Athar sudah di belakang. Guling, selimut ditambah mata yang masih mengantuk Athar berhasil melewati proses pertama dalam ibadah puasa yaitu bangun sahur.

"Hebaaattt kakak sudah bangun" suara Ibu terdengar dari arah dapur, mungkin Ibu melihat Kakak dari dapur.

Masih dengan mata yang 5 watt, mengambil istilah lampu yang tidak terlalu terang Ayah menggambarkan kondisi Athar yang kini masih memeluk selimut kesayangnya. Namun Ayah membiarkannya, hari pertama sahur pasti berat untuknya.

***

3.40 wib

Aroma masakan Ibu sudah semakin dekat. Hidangan sahur sederhana siap disantap. Ada tiga piring yang disiapkan Ibu. Seperti di warung padang Ibu sudah memporsikan setiap piring dengan Nasi serta sayur dan lauknya. Segelas teh manis hangat serta segelas air putih hangat menjadi pelengkap hidangan sahur pertama ini. 

Kami menyantap hidangan yang sudah disiapkan. Kakak Athar belum memulai memakan hidangan sahurnya, kakak Athar masih leyeh-leyeh menahan kantuk yang masih menggelantung dikedua matanya.

"Kak... Ayooo cuci muka dulu" ucap Ibu yang sudah menyelesaikan makan sahurnya. Seperti biasa Ibu selalu mengambil porsi yang sedikit, padahal masaknya banyak. Selalu diet yang menjadi alibi kuatnya sehingga tidak bisa dibantah oleh Ayah.

Kali ini kakak sudah siap menyantap makan sahur. Duduk bersila dan tidak melakukan apa-apa. Aku yang melihatnya hanya tersenyum sambil mengingat apakah dahulu aku seperti itu ketika makan sahur pertama?.

"Kak, sini Ibu suapi saja biar cepet makan sahurnya, takut nanti keburu imsak" ucap Ibu sambil mengambil piring Athar dan mulai menyuapinya.

***

"Ayah, imsak itu apa?" tanya Athar setelah menyelesaikan suapan terakhirnya.

"Imsak itu batas sahur" jawabku, sambil melirik ke Athar untuk memastikan apakah pertanyaan lanjutannya.

"batas sahur! biar gak berebut sama Luana." tanyanya lagi, seakan kurang puas dengan jawabanku. 

Salahku juga menjawab dengan satu kata "batas". Otak kecil Athar yang sedang berkembang dengan cepat merespon kata batas dengan batas yang aku buat ketika mereka sedang bermain. Batas yang Aku buat dengan menggunaan lakban hitam, tujuannya agar tidak memperebutkan wilayahnnya masing-masing. Seakan-akan seperti perang memang ketika Athar dan Luana sedang bermain.

"Imsak itu batas kita untuk berhenti makan sahur Kak, jadi jika sudah Imsak kita sudah mulai untuk berpuasa dan tidak boleh makan serta minum hingga waktu berbuka tiba" kataku menjelaskan perihal imsak kepada Athar dengan bahasa yang sederhana.

"sekarang sudah Imsak belum Ayah?" tanya Athar setelah mendengar penjelasan dariku. Dari sudut matanya bisa diartikan dirinya memahami, walaupun pasti akan ada pertanyaan baru di otaknya yang akan coba ditanyakan lagi.

"sebentar lagi kak" jawabku.

"emang jam berapa imsaknya? tanya Athar lagi seakan berburu tanya kepadaku.

"..." Aku tidak menjawab, hanya memberikan jadwal imsakiyah yang kuambil dari masjid semalam setelah sholat taraweh.

Athar mengambil dan melihatnya. Athar bingung pasti, karena memang ia belum bisa membaca dengan lancar, Proses membaca Athar baru sampai huruf konsonan bertemu vokal (KVKV).

"kertas apa ini Ayah" tanya Athar penuh rasa ingin tahu.

"ini jadwal imsakiyah namanya kak, kita bisa lihat kapan waktu imsak selesai. Kakak bisa melihat deretan kotak yang pertama, nah angka-angka ini merupakan jam waktu imsaknya kak" jelasku kepada Athar

"Ayah kasih tahu aja deh ke Kakak, kapan waktu imsaknya. Athar bingung bacanya" ucap Athar sambil tertawa.

Mendengar perkataan Athar membuat kami tertawa berdua. Jika dipikir betul juga kata Athar yaaa. Kenapa Aku tidak memberitahukan langsung saja waktu imsak hari ini. hehehehe.

***

4.25 wib

"Ayah, Kakak ayo minum terakhir, waktu imsak sudah masuk, trus siap-siap ke Masjid" kata Ibu yang dari tadi mendengar percakapan kami dari dalam kamar.

"Iya" jawab kami berdua berbarengan, sambil menghabiskan air yang ada di dalam gelas.

***

"Ayah, rame banget yang sholat subuh di Masjid" tanya Athar dalam perjalanan kami dari Masjid.

"Iya kak, semua orang berlomba-lomba dalam kebaikan. Sekarang kan Ramadhan segala kegiatan yang wajib dilipat gandakan pahalanya" jelaskku kepadanya sambil menggandeng tangnnya menyusuri jalan berkomblok.

***

Sesampainya di Rumah, Athar ku suruh tidur kembali. Kasihan pikirku jika tidak tidur lagi. Mungkin dengan tidur 1 atau 2 jam bisa mengganti waktu tidurnya yang berkurang. 

"Athar tidur lagi sana" pintaku kepadanya.

"Ayah kenapa gak tidur lagi" tanyanya kepadaku ketika melihat aku malah duduk di meja kerja yang ada di ruang tengah.

"Ayah mau ngaji dulu kak, sehabis ngaji Ayah akan nyusul ke kamar" jawabku singkat dan memulai bacaan Ta'awudz.

Anak laki-laki berusia 5 tahun itu masuk ke kamarnya sambil membaca selimut biru kesayangan. 

***

"Ayah bangun, tolong Ibu keluarkan motor." suara Ibu membangunkanku, karena memang sudah jam 7.00 waktunya Ibu berangkat. Motor yang ada di ruang tamu sulit dikeluarkannya karena motornya terhalang dengan motorku.

"Siap grak!" jawabku sigap, karena sedari tadi tidak tidur hanya merem-merem ayam saja, bagaimana mau tidur jika setiap 10 menit sekali harus ke toilet untuk bunag air kecil.

Ibunya anak-anak memang melakukan kegiatan di luar rumah dari pagi hingga sore hari. Ibu bekerja di Puskesmas di dekat rumah. Bekerja di Puskesmas memang tidak ada kenal covid, tidak seperti saya yang berprofesi seorang guru. Ibunya anak-anak dari awal covid datang ke Indonesia sampai sekarang tidak ada istilah WFH dalam pekerjaannya. Semoga Ibu selalu dijaga kesehatannya oleh Allah swt. Aamiin

***

"Ayah... Ade mau pake baju sama Ayah" suara cadel Luana meminta dipakaikan baju oleh Ayah membuat mba yang jaga jadi bingung.

"Ade, sama Mba aja. Ayah lagi kerja" ucap Mba sambil menggapai Luana yang siap menerjang laptop yang sedang Aku gunakan untuk meulis tantangan.

Yaa.. Selama pandemi Aku betah berlama-lama di depan laptop. Menulis menjadi kegiatanku di masa pandemi ini. Ada saja yang dituliskanku, yang rutin adalah membuat materi atau soal untuk siswa-siswaku. Jika Challenge merupakan kegiatan menulis yang diadakan oleh grup wa yang diikutiku.

"Nggak mau, Ade pake baju sama Ayah ajaaah" ceriwis Luana, kita sambil memasang muka mewek andalannya.

Mbanya tetap berusaha menenangkan Luana yang memang sudah mulai menggeliat tubuhnya, berusaha melepaskan diri dari gendongan Mba.

"Ayoo de, sini sama Ayah pakai bajunya" ucapku, sambil mengambil pakaian yang sudah disiapkan Mba.

"Ayah, Ade main kelual dulu yaa. Ayah jangan mana-mana yaa" ceriwis Luana setelah selesai dipakaikan pakaiannya.

"Ade bilang apa sama Ayah" kata Mba mengingatkan akan suatu hal kepada Luana.

"maaci Ayah" ucap Luana lalu pergi keluar bersama Mba.

"Iya Ade, mainnya jangan lama-lama ya de" jawabku kepada Luana yang sudah di teras rumah.

"Apa Ayah, Ayah panggil Ade?" ucap Luana yang kembali lagi masuk ke dalam rumah menanyakan sesuatu kepadaku.

"Nggak de, Ayah cuma bilang jangan lama-lama mainnya" jelasku.

"O..." 

Luana balita berusia 2 tahun. Sekarang sudah banyak sekali gayanya. Mulai suka memilih sendiri baju yang ingin dipakainya. Makan tidak mau disuapi, namun berantakannya luar biasa jadinya. Luar biasanya lagi adalah ocehannya yang sudah "pentes" jelas dan banyak kosa kata yang dimilikinya. Hal itu membuat kami selalu mendapatkan hiburan dari setiap tingkahnya.

***

"Ayaah... Athar haus" ucap Athar yang sudah rapih setelah mandi pagi. 

"kata Ibu semalam, kakak boleh buka puasa zuhur" Athar menambahkan ucapannya.

Athar memang baru hari ini berpuasa ramadhan. Ibunya mengatakan kepadanya bahwa saat adzan zuhur boleh buka puasa, kemudian melanjutkan lagi sampai magrib. Hal itulah yang menjadi dasar permintaannya kepadaku. 

"Iya kak, nanti jam 12.00 yaaa buka sementaranya" jawabku.

"Emang sekarang jam berapa" tanya Athar lagi.

"Coba lihat jam, sekarang ada diangka berapa?" tanyaku lagi.

"Hmmmm.... jam satu satu" jawabnya sambil terbata, Athar memang baru belajar membaca jam, menulis angkanya juga baru sampai angka 10 belum sampai angka sebelas. Jadi Athar mengucapan satu satu untuk angka sebelas.

"Iya benar kak, jam sebelas itu namanya" jelasku.

"O... sebelas itu satu satu yaaa Ayah, berarti sebentar lagi jam satu dua yaa Ayah" jawab Athar perihal tentang waktu yang sedang dipelajarinya tanpa disengaja ini.

"Iya kak, satu jam lagi, masih semangat ya Kak" jawabku serta menyemangatinya.

Athar menjawab dengan mengacungkan kedua jempolnya di depan mukanya, sambil mengucapkan "siap Ayah".

***

"Ayah... Ayah... sudah adzan zuhur" teriak Athar kegirangan.

Wajahnya berubah seketika dari murung menahan haus sekarang sudah sumringah. Anak 5 tahun yang baru belajar puasa ini begitu antusias mengikuti proses berpuasa.

"Iya kak, selamat berbuka sementara yaa" ucapku, sambil menyajikan makan siang kepada Athar.

Makanan yang disajikan dimakan lahap olehnya. Tidak sampai 10 menit makanan di piring sudah berpindah ke dalam perutnya. Tidak ketinggalan segelas milo untuk ronde ke dua. Senang melihat Athar bisa sabar berpuasa di hari pertamanya.

"Ayah.. Athar sudah selesai. Ayoo sholat di Masjid" ucapnya semangat. 

"Ayo..." jawabku singkat.

Panas sekali perjalanan menuju Masjid. Sampai-sampai Athar harus meletakkan sajadahnya di atas kepalanya. Semangat Athar kembali lagi setelah berbuka sementara tadi. Lapar dan dahaganya hilang, berganti dengan semangat menikmati proses puasa hari pertamanya. Saya yang menemaninya menaruh rasa bangga kepadanya.

***

"Assalamualaikum" teriak Athar dari luar pintu. 

Selepas menembus teriknya matahari dalam perjalanan pulang dari Masjid. Tubuh Athar langsung direbahkan pada kasur yang ada di ruang keluarga. AC tidak lupa dinyalakannya agar badannya sejuk. 

"Kak, kalo bisa tidur siang, agar tubuhnya diistirahakan terlebih dahulu" pesanku kepada Athar yang masih merebahkan tubuhnya di kasur roti.

"Iya Ayah, Ayah mau kemana kok sudah rapih aja" tanya Athar setelah melihat Aku berganti pakaian dengan kemeja.

"Ayah ada les di luar sebentar, mungkin sebelum ashar Ayah sudah di Rumah lagi" jawabku.

"Athar tidur saja dulu" lanjutku

"Iya Ayah hati-hati" ucap Athar sambil mencium punggung tangan kananku.

***

"Ayah pulang, ngumpet-ngumpet!" teriak anak-anak dari dalam Rumah, ketika mendengar suara motor Ayahnya.

Kebiasaan yang sudah sering dilakukan mereka berdua jika kedua orangtuanya pulang. Padahal lokasi mereka sembunyi pasti hanya itu-itu saja, jika tidak dikolong meja yaa di balik pintu kamar. Namun mereka tetap saja antusias bersembunyi, walaupun pada akhirnya mereka akan keluar dengan sendirinya dari tempat persembunyiannya.

"Ayah gak tau yaaa" oceh Luana ketika aku pura-pura tidak berhasil menemukannya dengan antusias.

"Iyaa, emang Ade ngumpet dimana" tanyaku tidak kalah antusias.

"Ade ngumpeet disini" ucapnya sambil menunjukkan lokasi persembunyiannya yaitu di belakang pintu kamar.

Kakak Athar mana, apakah Athar masih puasa? atau sudah berbuka. Biasanya Athar tidak kalah heboh dengan adiknya ketika orangtuanya sampai di rumah. Namun kali ini Athar tidak nampak batang hidungnya.

"Kakak" panggilku, sambil langkahku menuju kamar utama.

"Iya" kakak menjawab dengan pelan.

Ternyata kakak baru saja bangun tidur siang. Pantas tidak terlihat saat Luana bersembunyi. 

"Kakak masih puasa" tanyaku kepada anak 5 tahun ini yang baru belajar puasa Ramadhan.

"Masih Ayah, haus banget Ayah" jawabnya sambil memegang lehernya, seakan menunjukkan bahwa sudah kering tenggorokannya sedari tadi.

"Alhamdulillah hebat, sabar ya Kak, tinggal 90 menit lagi kok" jawabku sambil menyemangatinya.

Athar hanya mengangguk dan rebahan kembali. 

***

Beberapa menit lagi waktunya berbuka. Proses belajar Athar hingga sampai mendekati magrib perlu diacungi dua jempol. Lemas, haus, lapar dan keinginanya untuk bermain keluar ditahannya. Hal itu dilakukan secara sadar tanpa adanya paksaan. Bermain di rumah dan tidur siang menjadi senjatanya untuk menikmati proses berpuasa hari ini. Besar harapanku agar Athar bisa terus berpuasa di keesokan harinya. Walaupun tidak dengan paksaan, biar Athar yang memutuskan, Orangtua hanya mengarahkan serta memotivasinya.

"Allahuakbar... Allahuakbar... Allahuakbar... Allahuakbar..."

"Alhamdulillah sudah adzan Bu" teriak Athar bersemangat, rasanya ingin langsung menyantap makanan yang sudah disediakan Ibu.

"baca doa buka puasa dulu kak" kata Ibu mengingatkan.

"Ayo kakak ikuti Ayah membaca doa berbuka puasa" ucapku memberi dan memandu bacaan berbuka Athar.

"Siap Ayah" jawab Athar.

Allahumma laka shumtu
wabika amantu
wa ‘ala rizqika afthartu
birahmatika yaa arhamar rahimin

"Udah boleh makan sekarang Bu" tanya Athar kepada Ibu, sambil menunjuk kehidangan yang sudah diletakkan di depan matanya.

"Iya boleh kak, hebat Kakak hari ini" jawab Ibu.

"Ade hebat juga kan Bu" oceh Luana tidak mau kalah.

Alhamdulillah Athar berhasil melewati puasa pertamanya dengan gembira. Prosesnya dinikmati pasti akan memperoleh hasil yang membahagiakan pada akhirnya.

***

#aprilchallengelagerunal

Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
See You


18 Comments:

  1. Wah hebat kakak Athar dengan puasa pertamanya. Semangat kakak Athar.

    BalasHapus
  2. Kebersamaan dan kehangatan dalam keluarga,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu memang yang perlu diciptakan dalam keluarga

      Hapus
  3. Jadi inget sama anak2 Ambu ketika mereka belajar ouasa waktu kecil. Si sulung sejak TK dah tamat, han anak ke-2 kls 2 baru tamat. Lebih parah yh ke-3 kls 4 baru tamat, dan si bontot kls 1 dah tamat. Beda anak beda karakter. Pdhl mendidik sama..

    BalasHapus
  4. Semangat kakak. Hebat sudah belajar puasaya

    BalasHapus
  5. Ayo semangat puasanya kk Athar,,,kebersamaan yang sangat indah, nikmati golden age nya. Main sini kk bareng sama Mboy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya benar Bu Ai...
      Golden Age yang tidak akan terulang

      Hapus
  6. Hebat sudah berhasil di tantangan puasa Ramadhan pertama
    Semoga sukses terus d tantangan puasa Ramadhan hari berikutnya
    Semangat Kak Athar...

    BalasHapus
  7. selalu ada cerita menarik dari anakanak, apalagi yang baru belajar puasa

    BalasHapus
  8. Kaka Athar Hebat.. nanti buka puasa bareng aunty, jidah, kakek, amu dan om fasha yaa..

    BalasHapus