Athar mengoja terlebih dahulu sebelum mengayuh sepedanya. Anak laki-laki berusia 5 tahun ini memang sedang memiliki keinginan belajar yang tinggi. belajar apa saja yang membuatnya tertarik, mengaji, membaca, berhitung, bernyanyi dan yang terbaru bermain sepeda roda dua. Memang sepedanya belum beroda dua seutuhnya, karena masih ada roda bantu yang dipasangkan di sebelah kanan kiri sepeda bagian belakang.
"Kak, pelan-pelan saja main sepedanya" kataku mengingatkan ketika melihat Athar mengayuh sepeda dengan penuh tenaga.
"Iya Ayah" jawabnya sambil terus mengayuh sepeda bertambah cepat.
***
09.30
Athar pulang setelah bermain sepeda dengan membawa wajah cemberut. Langsung tubuhnya direbahkan pada kasur roti yang ada di ruang keluarga. Aku yang melihatnya membiarkan saja, ingin melihat apa yang akan dilakukannya.
"Athar haus, mau minum" ucapkan Athar entah kepada siapa, suaranya terdengar namun mukanya terjelembab pada sebuah bantal yang didekapnya.
"males banget puasa" ucap Athar lagi, kali ini sudah dengan posisi duduknya.
"Ngomong sama siapa Kak?" tanyaku pelan.
"males gak ada yang dengerin Athar" racaunya lagi.
"ini Ayah denger, makanya Ayah tanya? Ucapku menanggapi.
"Athar haus, mau buka puasa aja" rengeknya kali ini sambil memasang muka yang mau turun hujan *menangis.
"kenapa mau buka puasa?" tanyaku lagi, sambil duduknya mendekat kepadanya.
"Athar capek!" ucapnya singkat.
"kok bisa capek" tanyaku juga dengan singkat.
"..." Athar hanya diam dan mulai menangis.
***
03.45
Semalam Athar sulit dibangunkan ketika ingin sahur. Mungkin belum terbiasa bangun pagi-pagi seperti hari pertama kemarin.
Tadi Malam banyak drama yang terjadi ketika membangunkan Athar untuk sahur. Bahkan rayuan ayam goreng seperti malam sebelumnya tidak berhasil.
"Ayo Kak bangun, Ayah sudah bangunin tiga kali nih" ucapku yang sudah mulai jengkel.
Tetap tidak ada jawaban dari dirinya. Akhirnya Aku putuskan untuk menggendongnya hingga ruang keluarga. Aku tidurkan tubuhnya di atas kasih roti yang ada di depan televisi.
"Kak, Ayo Kak bangun" ucapku lagi.
Namun usahaku kali ini sepertinya akan gagal. Athar masih saja memejamkan matanya.
"kakak ayo bangun udah mau imsak" kali ini suaran Ibu yang mencoba membangunkannya dengan lembut.
"Kak, Ayo bangun cepat" suaraku terdengar mulai meninggi yang membuat Athar menangis dengan mata yang masih tertutup.
Games juga melihat Athar bertingkah seperti itu. Kasihan ibunya yang sudah mempersiapkan hidangan sahur untuknya bersantap sahur.
"Ayah, jangan diomelin, gapapa kaka gak sahur dulu hari ini yaaa. Tidur lagi sana ke kamar Kak" perintah Ibu kepada Athar untuk kembali tidur.
Hmm... Sempat tidak sepakat dengan apa yang Ibu lakukan, namun setelah diberi alasan tentang apa yang Ibu lakukan kepada Athar barulah aku memahaminya.
"biar saja Kaka Athar tidak sahur yah, jangan dipaksakan juga" ucap Ibu seakan tahu yang sedang aku pikirkan.
"kita lihat saja besok, Athar kuat gak puasaya" jawabku sambil memulai menyantap hidangan sahur.
***
10.00
Athar masih saja rebahan dengan wajah menghadap ke bantal.
"mandi dulu saja kak agar lebih segar" pintaku kepadanya yang sedang mengeluh haus.
"habis mandi kita jalan-jalan naik motor" lanjutku, sambil membujuk untuk berputar-putar naik motor disekitar perumahan.
Tanpa banyak omong Athar bangkit dari rebahannya, mengambil anduk kemudian masuk ke kamar mandi. Athar memang sudah jarang minta dimandikan, lebih senang mandi sendiri sekarang, hanya saja masih harus dibantu kalau memberi pasta gigi pada sikat giginya.
Tidak sampai 5 menit Athar sudah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di tubuhnya.
"Ayoo yah, kita naik motor" ucapnya setelah selesai berpakaian.
"Siap" jawabku.
"masker Ade mana, Ade mau ikut uga" oceh Luana yang tiba-tiba mau ikut naik motor dan sibuk mencari maskernya.
Memang selama pandemi ketika keluar rumah anak-anak dibiasakan memakan prokes dengan benar. Jika tidak memakai prokes dengan benar, Ibunya bisa marah!
"Sudah siap semua" tanyaku dari atas motor.
"Siap Ayah" jawab mereka bersamaan.
***
Panas, mendung, berangin, terik, dan teduh cuaca bergantian menerpa tubuh kami bertiga di atas motor. Suara kedua bocil seru sekali saat cuaca berganti. "Yeeeee... ademm" saat cuaca teduh, namun saat cuaca panas "Ayah pulang yuk" ocehh Luana dengan wajah lucunya.
"Ayah sekarang jam berapa" ucap kakak yang sudah memasang wajah haus lagi.
"Pulang yuk Ayah" oceh Luana.
"Yukkk, kita pulang, sebentar lagi kakak buka puasa sementara" jawabku.
***
10 menit lagi buka puasa sementara akan dimulai untuk Athar. Semenjak masih dalam perjalanan Athar sudah menanyakan tentang jam. Sepertinya efek tidak sahur benar-benar terasa hari ini untuk Athar. Kita yang dewasa saja jika tidak sahur akan terasa berat, apalagi ini Athar bocah 5 tahun yang tidak sahur. Jelas berkali-kali lipat beratnya, namun Athar hebat tidak tergoda untuk membatalkan puasanya.
"Silahkan berbuka puasa sementara kakak" kataku.
"Emang udah adzan Ayah" tanyanya.
"..." dua jempolku tunjukkan sebagai jawaban dari pertanyaannya.
***
"Kak, gimana puasa tidak sahur. Enak yaa?" tanyaku.
"..." Athar diam saja.
"Makan sahur ketika puasa Ramadhan itu sangat bermanfaat, salah satunya menambah energi disaat kita berpuasa dari pagi hingga sore hari. Jika kita malas sahur, akibatya seperti yang kakak rasakan sekarang" jelasku kepada Kakak yang sudah terlihat siap untuk melanjutkan puasanya hingga magrib.
"Iya Ayah" jawabnya sambil menyenderkan tubuhnya.
"Makan sahur itu ibarat kita sedang mengoja untuk berpuasa dari pagi sampai sore hari. Sama seperti kakak mengoja ketika menaiki sepeda, jika mengojanya dengan benar dan lebih siap maka sepeda akan berjalan dengan stabil. Puasa juga begitu, jika mengoja saat sahur maka puasa akan kuat hingga sore" jelasku lagi.
",,," Athar tidak menjawab, karena Athar sudah tertidur karena kekenyangan.
***
Pada akhirnya Athar berhasil berpuasa sampai magrib. Walaupun ada drama dalam proses puasa di hari keduanya. Puasa hari ini membuat Athar mendapatkan pelajaran berharga. Paling tidak Athar berjanji akan bangun sahur saat dibangunkan sahur nanti malam.
***
Mengoja = Mengambil ancang-ancang
Ogah = tidak mau
***
#aprilchallengelagerunal
Salam Kenal
Salam Literasi
Salam Indrakeren
See You
Begitulah harusnya biar anak tahu sebab akibat...
BalasHapusKeren Athar...
Terimakasih Kak Nung
HapusBung Indra sangat keren komunikasi dengan putranya....sambil sosialisasi mengoja sahur....
BalasHapusTerimakasih Pak Hari
HapusMendidik anak "belajar melalui pengalaman". Ayah yamg keren👍
BalasHapusIndrakeren kan Nini...
Hapusheheheheeh
Agar tahu api lilin panas, kadang perlu membiarkannya memegang apinya.
BalasHapusNah... ini saya setuju...
Hapusbelajar dari pengalaman ya Pak D...
Sehat selalu Pak D
Waduh... Master Indra, tulisannya keren... Jadi cerpen kata oja
BalasHapusAamiin...
HapusTErimakasih Bu Sri
Luar biasa ide menulisnya. Ditunggu kisah kakak Athar selanjutnya..
BalasHapusKisahnya banyak, namun sulit dituliskan...
HapusSelalu ada rasa tidak PD menuliskan dalam bentuk Fiksi
Heheheh
Alhamdulilah... Kakak jadi paham manfaat sahur dan bisa merasakan jika puasa tidak sahur akibatnya gimana.besok hari ketiga semoga kakak lebih semangat untuk makan sahur.
BalasHapusAlhamdulillah
HapusMantap Mr. Indra pembiasaan yang luar biasa pada kakak Athar. Semoga puasanya tetap berjalan dan kuatya kakak Athar yang ngegemesin🤭🤭🤭
BalasHapusTerimakasih BU Sriwati...
HapusSehat selalu