Selasa, 27 Oktober 2020

7 Kunci mengoptimalkan "Pandemi" Teknologi

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Pandemi berarti wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Jika kita analogikan Teknologi adalah wabah yang sedang menjangkit pada pelaku pendidikan yaitu guru, siswa serta orang tua, maka bisa diartikan kita sedang terkena pandemi teknologi secara serempak dan bersama-sama, meliputi seluruh jenjang pendidikan dimulai dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi.

Sama seperti Pandemi Covid-19 yang sedang tersebar di Nusantara. Pandemi Teknologi juga menyebar tanpa pilih kasih. Pandemi Teknologi benar-benar menyentuh seluruh golongan masyarakat, terutama sektor pendidikan yang mau tidak mau harus beradaptasi dengan situasi ini.

Wabah Teknologi yang menjangkit di seluruh pelaku pendidikan menimbulkan dampak positif dan negatif bagi para pelakunya. Dampak positif dari wabah teknologi pada sektor pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kompetensi para pelaku pendidikan terutama Guru yang merupakan pemilik gerbang ilmu untuk mencerdaskan anak bangsa.

Seperti dua sisi mata uang, jika ada positif maka tentunya akan ada sisi negatif. Sisi negatif wabah teknologi terletak pada kesenjangan social bahkan insfratuktur serta letak geografis yang selalu menjadi kambing hitam sebagian besar rahyat Indonesia. Oleh karena itu untuk mengatasi hal-hal yang dikambing hitamkan tersebut, kita memerlukan 7 kunci dalam menghadapi pandemi teknologi. Tujuan 7 kunci tersebut untuk memperoleh hasil belajar yang optimal  dalam pembelajaran daring dan luring masa kini, 7 kunci tersebut yaitu :

Proaktif

Proaktif berarti harus berinisiatif. Dalam arti para pelaku pendidikan dapat berfikir ke depan dan melakukan sesuatu sebelum terlambat, mengendalikan keadaan dan bukan dikendalikan oleh keadaan serta yang paling penting adalah memikirkan cara untuk membuat keadaan menjadi lebih baik tanpa disuruh. Maka, guru harus mau mencoba hal hal baru dalam memberikan pembelajaran dalam daring dan luring dengan teknologi yang dapat mempermudah dan dapat membantu pemahaman materi pembelajaran kepada peserta didik.

Apa yang bisa kita lakukan kita bisa kembangkan dan kita sebar luaskan, kemudian yang belum bisa kita lakukan harus kita pelajari, agar guru bisa terus meningkatkan kompetensi diri dalam penggunaan teknologi.
 

Amati

Proses pembelajaran dalam masa seperti sekarang ini patut mendapatkan pengamatan sebagai bentuk pengawasan bahwa pembelajaran tetap berlangsung sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan bersama. Dalam mengamati proses pembelajaran daring atau luring bisa dilakukan dengan adanya social present dalam pembelajaran.

Dengan adannya social present guru bisa mengamati secara langsung pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik. Dengan hal tersebut juga dapat dijadikan solusi dari permasalahan yang sedang dialami saat itu juga.

Bayangkan jika dalam pembelajaran hanya tampilan teks saya yang bertuliskan kerjakan halaman sekian. Apakah hal tersebut dapat menjadi bahan pengamatan dalam proses pembelajran. Dengan demikian untuk mencegah hal tersebut luput dari pengamatan, maka harus adanya social present dalam setiap pembelajaran.

Hal-hal yang bisa dilakukan guru dalam social present dengan menggunakan teknologi, yaitu :

  1. Video, Sesuatu yang harus dilakukan guru dimasa pembelajaran daring adalah selalu muncul dalam bentuk video disetiap awal pembelajan, jika memungkinkan akan jauh lebih baik dalam satu jam pelajaran guru benar benar mengajar seperti halnya sekolah luring. 
  2. Audio, Jika video menjadi sebuah kendala, maka bisa dicoba dengan memberikan materi dan intruksi dengan menggunakan voice note atau pesan suara.
  3. Teks, atau bila video dan juga audio terasa masih sulit. Berikan materi dalam bentuk teks yang dipantau sampai pembelajaran selesai. Jika saya boleh menjadikan refernsi dan contoh seperti kegiatan belajar menulis di WAG bersama OmJay
  4. Agar lebih canggih lagi, bisa menggunakan platform aplikasi googleclassroom, google meet atau bisa juga zoom, agar social present benar benar bisa dirasakan secara langsung oleh guru, siswa serta orangtua yang mendampingi di rumah. 
Hal-hal tersebut bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan pengamatan dalam proses pembelajaran daring maupun luring dengan pemanfaatan teknologi.

Niat

Guru harus memiliki keikhlasan niat dalam memberikan bimbingan kepada siswa sepanjang waktu. Sikap guru sangat menentukan masa depan peserta didiknya. Demikian juga tempat pendidikan tidak hanya terbatas kelas saja. Dimanapun seorang guru harus bisa memberikan atau memainkan peran seorang tauladan sejati yang memiliki niat baik. Agar guru dapat memiliki niat serta tauladan yang baik, menurut David Taraja dalam hetanews.com mengataa bahwa guru yang memiliki niat mendidika perlu memiliki hal berikut, yaitu :
  • Mendidik dengan ketulusan
  • Mendidik adalah panggilan jiwa dengan kasih sayang
  • Mendidik sebagai amanah dan tanggung jawab
  • Mendidik dengan penuh rasa syukur
  • Mendidik dengan berfikiran maju
  • Mendidik dengan kecerdasan
  • Mendidik dalam meningkatkan kreatifitas

Jika niat serta sikap tersebut ada dalam diri setiap guru maka terciptanya peserta didik  yang cerdas, ceria, kreatif serta tangguh dalam menghadapi persaingan global ke depan akan benar-benar terwujud. 

Dedikasih

Guru, siswa serta orang tua yang berdedikasi akan mencarikan jalan keluar agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat dilakukan jika adanya koordinasi dan komunikasi yang baik dari pelaku pendidikan tersebut. 

Komunikasi yang baik juga bisa mengatasi persoalan letak geografis yang belum terjangkau sinyal internet di daerah 3T di Indonesia. Tidak sedikit guru melakukan jemput bola datang ke rumah peserta didik agar dapat tetap memberikan pembelajaran kepada peserta didik tersebut. 

Belum lagi tingkat kesenjangan social serta infrastruktur yang belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Guru harus bisa melakukan terobosan baru serta kreatif dalam memberikan pembelajaran setiap harinya dengan cara memberikan dedikasihnya dalam mengajar.

Elaborasi

Elaborasi memungkinkan siswa untuk mampu mencermati dan menganalisis berbagai kemungkinan dari informasi yang telah ia dapatkan saat proses pembelajaran. Pada tahap elaborasi, siswa dapat mengasah kemampuan kognitifnya dengan melakukan penalaran untuk menarik kesimpulan dari apa yang telah ia eksplorasi. Jika hasil temuannya pada tahap elaborasi tidak dapat diterima secara nalar, seorang siswa pasti akan terdorong untuk melakukan percobaan atau eksplorasi ulang. 

Dalam tahap elaborasi, seorang guru memiliki peran yang sangat penting. Hal yang dilakukan guru dalam kegiatan elaborasi adalah mendampingi siswa supaya proses elaborasi tidak melenceng dari proses eksplorasi sebelumnya. Guru berkewajiban untuk mengarahkan siswa, namun bukan berarti siswa menjadi “disetir” oleh guru. Guru harus bisa memberikan pengalaman langsung kepada siswa pada tahap elaborasi. Hal ini berguna supaya siswa lebih mudah memahami apa yang ia pelajari di tahap elaborasi.

Tahap elaborasi memungkinkan seorang guru mengetahui bagaimana cara berpikir dan daya analisis siswanya. Pada tahap elaborasi ini, seorang guru juga mampu menilai apakah konsep dasar yang dipelajari oleh seorang siswa sudah tepat atau masih kurang.

MAU

Mengutip kata MAU dari Mr Bams, saat mengikuti webinar MAU beberapa waktu lalu. MAU disini sangat penting dipraktekkan dalam mengoptimalkan Teknologi daring dan luring saat ini. MAU yang disebar luaskan Mr Bams sebagai berikut :
  • Motivasi, Motivasi dalam segala hal aktivitas yang kita lakukan harus dilandaskan Motivasi diri untuk melakukan hal tersebut. Motivasi dilakukan agar kita komitmen tentang apa yang ingin kita kerjakan. 
  • Aksi, Motivasi tanpa Aksi bagaikan sayur tanpa garam. Mengapa demikian, karena Motivasi yang belum dilakukan hanya akan jadi sebuah angan kosong. Oleh sebab itu Aksi untuk mewujudkan Motivasi juga harus dipraktekkan.
  • Unggul, Jika Motivasi dan Aksi sudah dilakukan maka akan muncul generasi unggul yang siap menyambut masa depan yang berteknologi.
Jadi apakah kita sudah MAU untuk menggali potensi diri sebagai guru yang berteknologi. Jangan sampai Teknologi sudah masa depan, namun pembelajarannya masih masa lalu. Semoga tidak seperti itu ya rekan-rekan guru.

Instropeksi (Refleksi)

Terakhir tentunya Instropeksi diri terhadap apa yang dilakukan tentunya perlu dimasukkan dalam 7 kunci mengoptimalkan Pandemi Teknologi ini. Mari kita renungkan bersama disaat peringatan Sumpah Pemuda esok. Apa yang sudah guru lakukan dalam masa pendidikan berteknologi sekarang dan masa depan. 

Tentunya apa yang sudah dilakukan masih sebatas kulitnya saja. Guru harus siap berubah mengikuti kecepatan teknologi yang terus berkembang. Benar yang dikatakan Omjay "Teknologi memang tidak bisa menggantikan posisi guru. Namun guru yang tidak menguasai teknologi akan tertinggal". Dari kutipan tersebut dapat diartikan guru tidak boleh berhenti belajar dan menginstropeksi dirinya agar menjadi guru yang memiliki kompetensi yang berteknologi. Itulah arti dari belajar sepanjang hayat. Guru yang mampu terus belajar untuk beradaptasi dengan perubahan. Tentunya akan disenangi peserta didik serta selalu dinanti tentang hal baru apa yang akan diajarkan kepada peserta didik.


Sebagai penutup tulisan ini, penulis ingin mengajukan pertanyaan. Apakah siap mengoptimalkan 7 Kunci PANDEMI Teknologi dalam proses pembelajaran daring maupun luring. Semakin optimalnya PANDEMI 
(Proaktif, Amati, Niat, Dedikasi, Elaborasi, MAU serta Instropeksi) maka diharapkan akan tercipta pembelajaran daring serta luring yang menyenangkan.

Salam Literasi
Salam Indrakeren

Dilahirkan di kota Jakarta, 35 tahun yang lalu, pada tanggal 23 September 1985. Merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Terlahir dari pasangan H. Abdullah Ubaid dan Yusrawati. Menghabiskan masa sekolahnya di daerah cileduh, dimulai dari SD N Pondok Bahar 4, SLTP N 3 Tangerang, SMU Budi Mulia Ciledug. Kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi UIN Syahid Jakarta mengambil jurusan Teknik Informatika. Penulis merupakan guru SD di SDS KeenKids Jakarta, karena memiliki passion sebagai pendidik maka pada tahun 2016 penulis meneruskan pendidikan di Universitas Kusuma Negara Jakarta mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Penulis memiliki hobbi Futsal bersama teman teman, jika sendiri penulis lebih suka memelihara ikan dan menulis sebagai hobbinya. Motto hidupnya simple yaitu belajar, belajar, belajar. 
 
#PGRI #KOGTIK #EPSON #KSGN



0 Comments:

Posting Komentar