Sabtu, 24 Oktober 2020

Istighfar Putra Mahkota, di ruang IGD !

 Assalamu'alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh

Silaturrahmi itu menambah rezeki, Amin

Selamat Pagi para Pejuang Pendidikan, semoga selalu sehat, semangat, dan bahagia dalam melakukan aktifitas setiap hari serta selamat berwisata membaca di blog sederhana ini.

dok. Pribadi

Darah yang banyak membuat saya panik, karena ini merupakan kejadian pertama dalam hidup saya setelah menikah. Melihat putra mahkota kepalanya bercucuran darah benar benar membuat dengkul lemas. Untungnya saat saya dekap dan gending putra mahkota, putra mahkota langsung tenang dan tidak menangis lagi.

Kepanikan tersebut membawa saya berangkat ke Klinik untuk mendapatkan pertolongan. Jujur saja dengan luka yang sangat besar dan berada di daerah kepala mengharuskan saya untuk bertindak hati hati. Apalagi di rumah sedang tidak ada istri, kebetulan istri belum pulang dari tempat kerjanya. Jadilah saya membawa putra mahkota ke Klinik terdekat.

Sesampainya di Klinik, putra mahkota langsung masuk ke ruang IGD dan ditangani oleh seorang dokter serta seorang perawat. Putra mahkota sangat tenang dan tidak menangis sambil memegangi lukanya dengan masker, membuat saya juga ikut tenang.

"Pak, karena ini lukanya cukup besar, harus kita lakukan tindakan dengan cara menjahitnya" kata dokter memberi tahu perihal luka putra mahkota. "gak bisa diobati saja dok?" tanyaku. "bisa pak, tapi bapak harus menandatangani surat perjanjian!" kata dokter lagi. "Memang lukanya seberapa parah dok?" tanyaku memastikan. "Jika dilihat lukanya cukup lebar dan kira kira kedalamnnya mencapak 1 cm, jadi penanganan yang paling baik adalah di jahit Pak" dokter menjelaskan. Lemas rasanya dengkul ini mendengar penjelasan dari dokter, yang membuat tambah lemas adalah luka tersebut harus dijahit pula.

Saya mencoba menelepon Ibu putra mahkota, namun tidak kunjung diangkat. Ibu Putra Mahkota mungkin sedang sibuk karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. "Baik dok, lakukan yang terbaik saja untuk putra mahkota" kataku kepada dokter.

"Ade, namanya  siapa" tanya dokter ke putra mahkota. "Athar" jawab putra mahkota. "sakit gak lukanya" tanya dokter lagi. "Nggak" jawab putra mahkota lagi. "kenapa bisa berdarah kepalanya" tanya dokter. "Jatoh keserempet motor saat mau nyebrang" jawab putra mahkota lagi. "merem yaa Athar, jangan membuka mata sebelum dokter bilang buka matanya" perintah dokter. "Iya" jawab Athar singkat.

Menurut info yang saya dapat Athar sedang menyebrang jalan komplek. Saat menyebrang ada mobil yang melintas, karena terkejut Athar reflek menghindar hingga terjatuh. Sayangnya saat mau bangkit dari jatuh, kepala Athar kepentok stang motor yang sedang terparkir. jadilah kepala Athar berdarah hingga harus dijahit.
Di ruang IGD, Dokter mulai menyiapkan peralatan untuk menutup luka putra mahkota. Saya pegang tangan puta mahkota untuk menenangkan, namun yang terjadi malah saya yang nangis tidak kuasa menahan sedih. Putra Mahkota dengan tenangnya terus mengucapkan istighfar dengan pelan. "Athar takut" tanya dokter. "Nggak" jawab Athar mantap. "Bapak kalo gak kuat bisa tunggu diluar saja" tanya dokter yang melihat saya menangis dari tadi. "Nggak usah dok, saya disini saja" jawab saya. 

Bius mulai disuntikkan "Aduh" Athar meringis. "Maaf ya athar, agak sakit sedikit seperti digigit semut" kata dokter. Setelah bius dirasa sudah masuk dan menimbulkan efek kebal. Cairan dingin di guyurkan perlahan ke luka di dahi untuk mebersihkan darah dan kotoran yang mungkin masih ada di dalam luka. "Sakit gak Athar" tanya dokter. "Nggak" jawab Athar. 

Jarum masuk menembus kulit putra mahkota, kemudian menembus kulit yang ada disebrangnya. Tarikan benang dikulit putra mahkota membuat saya ngilu melihatnya. Air mata terus keluar dari mata saya. "Astagfirullah ..Astagfirullah ..Astagfirullah .." lirih putra mahkota selama proses dijahitnya dahi yang terluka.

"Pinter ya Athar, gak nangis! Ini satu kali lagi ya jahitannya yaa!!" kata dokter. Hanya istighfar yang keluar dari mulut putra mahkota, yang menandakan ketenangan dalam dirinya tetap terjaga. "Udah selesai yaa Athar, hebaat banget Athar tidak menangis dan berani dijahit sebanyak empat jahitan. Baru kali ini saya menjahit anak berusia kurang dari lima tahun tidak menangis dan selalu beristighfar sepanjang proses dijahit lukanya" kata dokter menahan haru. 

"Ayah kenapa nangis, Athar aja gak nangis, Athar berani!! Ayah penakut, Ayah cengeng" kata putra mahkota bangga sambil meledek Ayahnya yang nangis karena sedih sepanjang proses dijahitnya dahi di ruang IGD.

Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga buat saya. Ketenangan yang ditunjukkan Athar merupakan keyakinan bahwa kesulitan yang sedang dilaluinya (dahi bocor), Pasti akan ada kemudahan (kesembuhan) setelahnya, karena ada Ayah Ibu yang selalu mendokanannya dan selalu ada didekatnya dikala kesulitan datang. 

Alhamdulillah sekarang Athar sudah berkatifitas seperti biasa dengan perban yang menempel di dahinya. "Maafkan Ayah ya Kak" kataku sesekali saat menemaninya bermain. Jawaban putra mahkota hanya singkat "Iya Ayah, tenang aja nanti juga sembuh kok, kan ada Ayah sama Ibu, Terimakasih ya" 

Salam Literasi, Salam Indrakeren

Jangan lupa klik link bonus ini yaa, teman-teman!!!!

#Day18AISEIWritingChallenge

#100katabercerita
#30hariAISEIbercerita
#AISEIWritingChallenge
#warisanAISEI
#pendidikbercerita

10 Comments: