Rabu, 14 Oktober 2020

Tak bisa berenang di Lautan

Assalamu'alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh

Silaturrahmi itu menambah rezeki, Amin

Selamat Pagi para Pejuang Pendidikan, semoga selalu sehat, semangat, dan bahagia dalam melakukan aktifitas setiap hari serta selamat berwisata membaca di blog sederhana ini. 

Saya paling depan hanya bisa pegangan disaat yang lain bergaya!!

Awalnya hanya ingin buang air kecil dan sedikit beristirahat di sebuah Masjid, namun karena sudah masuk waktu Zuhur jadi kami putuskan untuk menunaikan sholat zuhur terlebih dahulu. Bagi pembaca yang bingung kok tiba tiba kalimat awalnya sudah istirahat saja, bisa baca tulisan saya yang kemarin disini.

Sampai di Pantai Anyer, namun bukan Pantai Anyer

Pantai Anyer hanya salah satu pantai yang ada di kawasan Anyer, jadi tidak heran pada tulisan saya yang sebelumnya banyak teman-teman saya yang menggerutu "Kok gak sampe sampe sih? Mau ke pantai yang manalagi sih.? itu kan pantai sudah bagus, kok busnya gak berhenti? ", Karena memang banyak sekali Pantai di sepanjang jalan raya Anyer. Dari beberapa pantai yang sudah kami lalui, akhirnya pilihan kami jatuh kepada Pantai Matahari. Pantai Matahari cukup jauh arahnya dari pintu tol Serang Timur. Perjalanan menuju Pantai Matahari memakan waktu kurang lebih 2 jam, jadi sangat wajar bila para penumpang sangat galau dibuatnya, terlebih lagi sudah ada banyak pantai yang terlewati.

Sampai.... Yeeeeee....  Perjalanan panjang dan lama yang membuat penumpang mengalami kegalauan tingkat tinggi terbayar sudah. Pantai Matahari benar benar memanjakan mata para pengunjungnya. Berbeda dengan pantai pantai lainnya, Pantai Matahari sangat sepi dan masih sangat bersih pantai dan juga lautnya. Sehingga membuat kami melupakan sejenak lelahnya dalam perjalanan tadi.

Tak bisa berenang namun Ke-PD-an

Banyak kegiatan sesampainya kami di Pantai Matahari. Pertama tentu saja memanjakan pertu dengan makanan yang dimasak oleh para ibu guru. Setelah perut diisi baru acara ramah tamah serta beberapa games untuk mengakrabkan kami semua (maklum kami berasal dari dua sekolah yang berbeda jadi jarang bertemu). Foto-foto juga merupakan kegiatan yang tidak boleh dilewatkan, apalagi jarang-jarangkan pergi ke Pantai Matahari. Ceprett...cepreettt..cepreett, Akhirnya sesi didarat diakhiri dengan banyaknya gaya model dadakan yang diabadikan dalam bentuk foto di kamera digital yang sudah mau full memorinya.

Sesi laut datang, ohhh yaaa...sebagai info di Pantai Matahari juga ada berbagai permainan air, seperti banana boat, speed boat, ataupun naik perahu sambil santai menikmati pemandangan laut. Jiwa muda saya saat itu bergejolak ingin mencoba tantangan atau uji mental begitu kira-kira. Terjadilah percakapan dengan tukang banana boat.

"berapa harga  naik banana boat kang" sok nanya padahal jiper juga
"20.000 mas" kata akang banana boat
"10.000 deh, yang naik banyak nih" sok nawar, padahal belum tau ada yang mau naik apa gak
"boleh deh, penglaris nih" kata akang banana boat
"waduuhh..bolehhh, gimana nih" bergumam, dalam hati

Percakapan dengan akang banana boat yang tadinya hanya mencari informasi, sekarang malah menjadi ketakutan yang luar biasa. Agar tidak mengecewakan akang banana boat, saya mulai mengajak enam teman saya untuk naik banana boat. 

Waduh .. hanya lima orang guru yang mau ikut naik banana boat. "tunggu apalagi sih ndroo" kata seorang teman. "harus enam orang yang naik banana boat" kata saya, "ya udah lu aja sih" kata teman saya lagi, "no...no..no, terimakasih" jawab saya sambil berlalu, "Enak aja lu, lu yang ngajak, lu yang gak ikut, gak bisa lu harus ikut juga" kata teman sambil menarik paksa saya dibantu lima orang teman lainnya. "Adduuuh, malah gue gak bisa berenang lagi, mati nih gue di laut" gumam saya dalam hati.

Deg..deg-an di atas Banana Boat

Duduk di atas mainan seperti guling raksasa yang pegangannya hanya tali tambang yang melilit di badan banana boat, membuat saya hanya bisa istighfar dalam hati. Tidak menyangka kejadiannya saya juga harus ada di atas banana boat ini. Walaupun para penumpang memakai pelampung untuk pengaman, saya tetap tidak merasa aman. Apalagi saya disuruh duduk paling depan oleh teman-teman. Tambah tidak ada rasa aman yang saya rasakan.

"bapak-bapak, ibu-ibu semua santai aja yaaa.. nanti di tengah laut tolong keikhlasananya untuk melepas pegangan pada tambang banana boat" kata akang banana boat, "gila, mau diceburin ke laut nih" teriak saya, "yeeeeee...yeeee....ayoo kang cepet jalan" teman-teman saya malah berteriak kegirangan. "Hadduuuuuhh, semoga mesin perahu penariknya tidak bisa dinyalakan" doa saya dalam hati.... Namun doa saya tidak terkabul. Bismillah saja

Perlahan banana boat bergerak dan menjauh dari bibir pantai. Perahu penarik yang tadinya berjalan pelan, sekarang sudah mulai menambahkan kecepatan. Genggaman jari jari ke tambang yang ada di badan banana boat semakin erat, matapun secara reflek menutup kelopak matanya, namun yang terjadi semakin kencang banana boat bergerak, semakin timbul keberanian di dalam diri untuk teriak-teriak di tengah laut walaupun dengan mata yang masih tertutup. Apalagi banana boat hanya berputar-putar saja di tengah lautan, yang membuat saya berpikir "ahh... gini doank, kirain beneran mau di ceburin, alhamdulillah" pikir saya dalam hati. 

Banana boat semakin kencang, kamipun semakin terbiasa dan teriakan kami juga tidak mau kalah kencaaangg.... "Aaaaaaaaa.....aaaaaaa..... tambah kenceng lagi kang jalannya" teriak kami semua untuk meminta kecepatan kepada akang banana boat (yang saya yakin akang banana boat juga tidak dengar ucapan kami!!! heheheeh). Benar saja banana boat semakin kencang, semakin miring juga dan akhirnya BYUUUUURRRR!!!!

BYUUUURRRR!!!! Akhirnya saya tercebur di lautan dan tidak bisa berenang!!! Yang ada hanya kepanikan dan panggilan "Imam...Imam...Imam..." panggilan saya kepada seorang teman yang paling saya percayai karena beliau adalah guru Olahraga di sekolah kami (duduk paling belakang di banana boat). "Udah saya pegang Mr, tenang .. tenang..." Ucapan Imam menenangkan saya sesaat baju pelampung yang saya kenakan ditarik kepermukaan lautan. Subhanaalllaahhh... itu yang saya ucapkan saat kepala dan tubuh saya bisa melihat langit kembali. 

Bayangkan, enam orang guru terombang-ambing di tengah lautan dan salah satunya tidak bisa berenang. Haduuuuhhh rasanya saya parno sekali saat itu, jari jari yang tadi berpegangan erat pada tambahng banana boat, sekarang memegang erat tangan antara kita berenam. "ndrooo gue lepas nih tangan lu... hahahahahaa" kata teman saya yang masih bisa tertawa ditengah kepanikan yang saya sedang alami. Tidak lama banana boat kembali menghampiri menjemput kami untuk dibawa ke pantai kembali.

Pengalaman yang luar biasa Tak Bisa Berenang di Lautan, akan menjadi cerita seumur hidup saya yang akan saya ceritakan kepada anak cucu saya kelak. Bahkan cerita ini masih sering dibicarakan oleh teman teman di sekolah, terutama cerita tentang saya yang tidak bisa berenang di lautan. 😁😁
 
Salam Literasi, Salam Indrakeren

Jangan lupa klik link bonus ini yaa, teman-teman!!!!

#Day8AISEIWritingChallenge

#100katabercerita
#30hariAISEIbercerita
#AISEIWritingChallenge
#warisanAISEI
#pendidikbercerita

14 Comments:

  1. Balasan
    1. Saya juga Bu,
      tapi karena ke-PD-an
      Jadinya Byyyyuuuurrrr

      Hapus
  2. Aduh...sy jg tdk bisa berenang, takut..

    BalasHapus
  3. Banana boat enaknya kalau naik rame2 pak.apalagi kalau di ceburin hehehe

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. banget Bu,...
      Keseruannya sampe sekarang masih dibicarakan.

      Hapus
  5. Saya bacanya senyum senyum kebayang saya ikutan naik banana boot di pulau untung jawa wisata bahari memang seru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheeee..
      persis banget, saya juga senyum senyum sendiri saat menuliskannya,..

      Hapus
  6. Pengalaman baru n lucu abis naik banana boat yg satu ini ,😂😅🤣

    BalasHapus
  7. nikmatnya di byuuuur itu bang indra p😃😃😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener....
      tapi saya gak bisa berenang, jadi nikmatnya tidak 100%
      hehehehe

      Hapus