Juna menoleh, selingak-celinguk mencari sosok cantik yang sedari tadi dalam genggaman. Namun setelah masuk ke dalam restoran sosok cantik tidak ditemukan. Juna mencari sepanjang mata memandang. Sosok cantik tetap tidak ditemukan di setiap sudut restoran.
Juna menatap ke luar restoran, sosok cantik yang ia cari berhasil ditemukan. Diam, sendu dan pucat pasih terlihat dari kejauhan. Juna menghampiri, menembus para penumpang yang berlalu lalang. Cinta melihat Juna dari kejauhan, Cinta berusaha mengusap semua kesedihan. Senyum mengembang Cinta perlihakan, di depan Juna yang selalu perhatian.
"Kenapa ta" tanya Juna.
Cinta hanya menatap ke arah makanan yang dihidangkan di restoran tersebut. Juna menyadari tiada jawab yang keluar dari mulut Cinta. Juna berusaha mencari tahu jawab dengan cara mengikuti arah mata Cinta memandang. Tentunya bukan makanan yang dilihat Cinta, "Bundo Kanduang" tulisan yang ditatap Cinta sejak pertama turun dari Bus Medan Jaya. Juna langsung paham apa yang dipikirkan Cinta. Kata Bunda memang menyisakan tanya di hati Cinta, teringat saat Cinta harus menceritakan tentang Bunda ketika duduk di Sekolah dasar. Saat itu, Cinta hanya diam tidak bersuara, hanya bisa menangis kala itu. "Cinta gak punya Bunda" Hanya itu yang bisa dikatakan Cinta saat itu.
"Istighfar ta, doakan yang terbaik" Juna berusaha menenangkan Cinta, yuk masuk kita makan.
#Jan01AISEIWritingChallenge
Keren ceritanya pa Indra...
BalasHapusMenyentuh hati ...., Keren seperti penulisnya
BalasHapusKerreennnn
BalasHapusCinta Juna di awal Tahun pak. Keren telenovela
BalasHapus