Athar duduk disalah satu kursi yang tersusun rapi dalam satu set meja makan yang ada di rumahnya. Sambil meredam amarahnya terhadap pemadaman listrik yang terjadi di rumahnya, Athar duduk dan memperhatikan Ibunya memasak. Perhatian Athar terus tertuju pada Ibunya yang lihai dalam mengelola dapur. "srreekkk..sreeekk..sreeekk" suara beberapa daun bawang dan cabai rawit yang dipotong dengan pisau yang sangat tajam, membuat Athar bertanya dalam hati "mau masak apa Ibu?". Mata Athar tertuju kepada Ibu yang sekarang berjalan menuju dirinya untuk mengambil belanjaan yang Athar beli di warung diujung gang. "Bengong aja kamu kak!!, daripada bengong bantuin Ibu sini masak" tegur Ibu. "tolong Ibu ambilkan dua tahu dan dua kantong kulit lumpia di lemari pendingin Kak!" perintah Ibu kepadaku. Tahu yang Athar ambil diuleg hingga lembut oleh Ibu, kemudian irisan daun bawang dan cabe rawit yang tadi sudah disiapkan diaduk menjadi satu dengan tambahan sedikit garam serta beberapa bumbu yang Athar tidak tahu namaya. Adonan tahu yang sudah tercampur dibungkus dengan kulit lumpia. "Alhadmulillah selesai, tinggal digoreng deh" ucap Ibu sambil bersender ditembok dapur.
"Kak, kamu kenapa marah-marah tadi saat masuk ke dalam kamar" tanya Ibu sambil mulai memasukkan kulit lumpia berisi tahu ke dalam penggorengan satu persatu. "Athar mau nonton televisi, ada program acara tentang ular berbisa yang Athar suka. Tapi, pas sampe rumah ternyata listrik padam. Jadinya Athar kesel!!!" jawab Athar masih dengan sedikit emosi. "Mati Lampu! Apa iya.. " Ibu menanyakan sambil heran. "Ini lampu dapur menyala kok, Kak! ceteekk..cetekkk" kata Ibu lagi sambil mencoba menyalakan lampu pada sakelar. "tadi pas kamu ambil tahu dan kulit lumpia di lemari pendingin, apa lemari pendinginnya mati kak?" tanya Ibu lagi yang masih penasaran. "Lahh...iya, hidup tadi bu lemari pendinginnya" jawab Athar baru menyadarinya. "trus..."kata Ibu. Athar tidak menjawab pertanyaan Ibu, Ia bergegas ke ruang televisi untuk memastikan apa yang salah tadi ketika ia tidak bisa menyalakan televisi. "Ibuuuuu...... siapa yang mencabut colokan televisi dari setekernya" Teriak Athar dari ruang televisi. "Sudah...sudah... tinggal colokin lagi aja Kak. Tadi Ibu yang cabut, karena Ibu mau masak nasi, takutnya listriknya jeprett" Ibu menjelaskan sambil memberikan satu piring martabak tahu yang baru matang. "kenapa Ibu gak kasih tahu kakak, sih!! sewot Athar. "emangnya kamu nanya ke Ibu, tahu-tahu kamu masuk kamar banting pintu." kata Ibu sambil berkacak pinggang. "Udah, makan aja martabak tahunya, dari pada nonton televisi tentang ular berbisa!" sahut Ibu jengkel sambil berlalu. "Kreeaaauuukkk" kesal Athar sambil menggigit martabak tahu buatan Ibu.
Salam Literasi, Salam Indrakeren
#kamismenulis
#nyobapentigraf
Seru bacanya. Tinggal perbaikan minor salah ketik pada beberapa kata saja. Mau tahunya juga! 😁
BalasHapusTerimakasih Bianglala....
Hapusatas masukkannya....siap terus belajar
Asyiiik, bisa makan martabak tahu sambil nonton tv. Apa aku bisa makan martabak tahu seperti itu yaa....😊
BalasHapus#SayatahuPakIndra memangbisasangatkereen
Terimakasih
HapusAlhamdulillah
Sehat selalu
Seerruuuu
BalasHapusJozz
HapusMenarik dan menghibur tulisannya
BalasHapusTerimakasih banyak, Aamiin
HapusMantap Pak Indra. Saya coba pentigraf juga lah
BalasHapusAyooo Bu, sama sama menambah kreatifitas dalam menulis
HapusMenarik ceritanya...
BalasHapusTerimakasih Bu
Hapuswah jadi ngiler pingin makan martabak nih. bagus resepnya bisa dicoba. sukses
BalasHapusHehehehe... nanti saya mintakan resepnya dari Ibunya Athar
HapusMantap ceritanya. Nonton ular berbisa ditemani martabak tahu. Asyiik.
BalasHapusASsiiikkk.... hati hati ada ranjau di martabak tahunya Bu...hehehe
HapusMantap...semantap rasa martabak tahunya 👍
BalasHapusJoossss.... Kraaauuuukkk
HapusHallo mas Indra, tokoh yang digambarkan dalam cerpen ini sangat sesuai dengan kehidupan sehari - hari di wilayah urban. Jadi inspirasi bahwa menulis tidak harus yang hebat atau wah tetapi pengalaman perjumpaan dan cerita sehari - hari pun bisa menjadi sebuah tulisan yang mengandung amanat yang cukup penting.
BalasHapusBarangkali soal kehidupan masyarakat kelas menengah bisa jadi salah satu amanatnya, hehhee lisensia et politica ya mas, kebenaran sesungguhnya hanya ada di dalam diri pengarang, saya hanya menerkanya saja mas. Keren. Terus berkarya dan semoga semakin memberi inspirasi sesama dangan karya. salam
Terimakasih komentarnya Pak
HapusKetika saya membaca komentar bapak, saya mendapatkan ilmu baru yang sangat bermanfaat... " lisensia et politica"
Sehat selalu ya Pak
Bagus cerita singkatnya pak. Sambil ngudumel, maunya keburu makan lumpia kruesss. Salam sukses
BalasHapushehehehe...
Hapusngedumel tappi tetep dapat makan martabak dan menonton tv
Athar...athar..
Hahaha. banting2 pintu. Asik nih. Salam, Pak
BalasHapus"brraaakkkk"
HapusTerimakasih Pak
Setiap kutipan sebaiknya paragraf baru. Akan lebih enak bacanya. Over all good job
BalasHapusSiap Bu Rita....
HapusSaya masih berpatokan pentigraf hanya tiga paragraf saja..
Tulisan berikutnya akan saya kurangi saja, kuipan -kutipannya....
TErimakasih Bu Rita..
BalasHapusAthar gak fokus saking pengennya nonton ular berbisa😁
heheheh... namanya juga bocah...
HapusKeren Pa Indra...
BalasHapusTerimakasih Ibu Kartini
Hapus