"Sholat dulu kak" suruh Ibu kepada kakak yang hanya ditanggapi dengan deham-an. Butiran keringat yang menetes dari dahi kakak mengisyaratkan kakak sedang berkonsentrasi penuh. Bagaimana tidak, projek membuat miniatur gunung meletus dari bubur kertas yang harus dikumpulkan besok belum bisa terlihat gundukan gunungnya. Bahan-bahan yang sudah dicampur memang sudah menyerupai bubur, namun masih terlalu cair membuat kakak gelisah. Pasti tidak akan jadi tepat watu tugas rumah kali ini. Teman-teman yang dinanti juga belum menampakkan batang hidungnya, membuat kakak bertambah kesal saja. "Tiinnn...tiiinnn" malah suara klakson motor bapak yang sama sekali tidak diharapkan kakak saat itu terdengar. "Mana sih mereka!!!, lama sekali datangnya" gumam kakak dalam hati yang sedang kesal
"Mau dibantu Kak!" sapa bapak saat jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Tanpa bertanya sedang membuat apa dan sudah sampai mana pembuatannya, bapak langsung duduk dan mengambil alih pekerjaan. Seakan-akan bapak tahu apa yang sedang kakak pikirkan dan apa yang ingin kakak buat. Diraihnya botol bekas berukulan kecil, kemudian diletakkannya di tengah-tengah papan yang dibawanya dari luar rumah tadi. Bubur kertas yang masih belum jadi karena masih cair diabaikannya. Mata bapak memandang langit-langit rumah seraya sedang memikirkan solusi lain tentang bahan alternatif untuk membuat tugas rumah kakak. "Kak, bisa tolong ambilkan kardus bekas mie instan di atas lemari" pinta bapak. Setelah kardus sudah didapatkannya bapak langsung menggambar pola dan kakak disuruhnya untuk menggunting pola tersebut. Pola berbentuk krucut yang kakak gunting sekarang sedang diusakan dipasang pada botol bekas dengan bantuan selotip besar berwarna bening. Beberapa lilitan selotip berhasil merekatkan kardus di botol sehinggga menjadi mirip lereng gunung. Pasti gunungnya akan basah jika terkena air letusan jika nanti dipraktekkan. "Namanya juga ilmu kudu kak, nanti kalo temanmu jadi datang, kamu buat lagi yang ebih bagus. Sekarang kamu sholat dulu sana!!" Ucap bapak seakan tahu apa yang sedang kakak pikirkan. "Iya Pak" kata kakak sembil berlalu untuk sholat.
Pesan Bapak :
Mksih pesannya bapak..
BalasHapusSikap Bapak sangat mengesankan, sungguh sangat bijaksana memberikan teladan untuk anak-anaknya ....salam buat Bapak Bang
BalasHapus