Suara klakson motor berbunyi di depan rumah. Berkali-kali. Aku sebenarnya mendengarnya, tetapi aku pikir itu adalah tamu di sebelah rumah, jadi aku tidak peduli. Aku juga tidak berniat menyampaikan kepada kakakku yang lagi belajar. Takut mengganggunya. Orangtuaku sedang bepergian. Hanya ada aku dan kakak di rumah, serta satu orang pembantu. Aku tdak peduli. Aku terus saja bermain Freefire. Sampai aku merasakan ada yang menimpa kakiku, dan kulihat buku disamping kakiku. “Buka pintunya!” teriak kakakku.
Aku berdiri dan beranjak menuju pintu gerbang sambil membawa kunci gembok. Saat aku mendekati pintu aku melihat kebagian bawah pintu gerbang yang tidak tertutup. Kulihat kaki bersandal yang tidak asing lagi. “Oh, maaf, paman. Aku gak denger tadi.” Kataku, padahal aku jelas mendengarnya dari tadi. “Paman biasanya nelepon dulu. Masuk, paman,” lanjutku.
“Hapeku lagi lowbatt. Tadi pagi papamu
telepon, katanya disuruh nganter kamu beli bahan buat percobaan pelajaran IPA
minggu depan?” kata paman. “Oh, iya.” Kataku. “Sekarang?” tanya paman. “Ayok,”
sahutku. Dan aku langsung berlari kedalam rumah mengambil jaket dan langsung
bergegas keluar lagi. “Aku ke pasar, kaak..” teriakku pada kakakku. “Jangan
lupa tutup pintu gerbangnya,” teriak kaka dari dalam rumah. Kamipun berangkat
ke pasar. “Maskermu mana?” tanya paman sambil terus bemenjalankan motornya.
“Dari kemarin paman bilangin masker itu penting buat kesehatan. Belum lagi ntar
kalau kena denda atau sangsi.” lanjut paman kesal. Aku memang males pake
masker. Susah napasnya. Lagian kan Cuma naik motor, pikirku. “Sebentar, pak!”
kata seseorang setenga berteriak. Aku kaget saat paman mendadak menghentikan
motornya. “Turun, Dhik’” kata paman kepadaku. Akupun turun. Seorang tugas
SatPol PP mendekati pamanku dan menyuruhnya mendatangi meja dan kursi dimana
ada seorang petugas lainnya sedang menulis catatan. “Silahkan duduk, pak.”
katanya pada pamanku. “Rasanya tidak perlu dijelaskan, pak.” Katanaya. “Bapak
kena sangsi dan harus membersihkan jalanan di sebelah pasar itu, pak,” katanya.
Pamanku kaget setengah mati, dia sebenarnya bawa masker tetapi ia taruh di saku
celananya. Saat dia memberitahuku supaya pake masker, sebenarnya dia juga lupa
bahwa dia juga tidak memakai masker itu. “Aduh, memang salahku juga,” katanya.
“Seharusnya kita harus ikuti aturan yang ada supaya semuanya tidak ada yang
dirugikan.” katanya kepada dirinya sendiri sambil membawa sapu yang diberikan
petugas itu.
Tulisan ini ditulis oleh Davin, siswa kelas 5 SD di SDS KeenKids
Salam Literasi, Salam Indrakeren
Keren. Seperti Pak gurunya.
BalasHapusAamiin
HapusTerimakasih Ibu