Selasa, 24 November 2020

Pesan Bapak : Masih rezeki kita kak!

Banjir tahun 2006 lalu meninggalkan kenangan yang luar biasa antara saya dan bapak. Air yang super banyaknya masuk ke dalam rumah tanpa bisa dibendung lagi. Perumahan yang memang sudah sering terjadi banjir setiap tahunnya, namun pada tahun 2006 air yang banyak benar benar masuk kedalam rumah dan dengan jangka waktu yang lama.


Air banjir yang masuk ke dalam rumah sampai seleher orang biasa ini. Benar benar membuat semua barang di dalam rumah tidak bisa tersselamatkan. Lemari dan baju di dalamnya tentunya tidak bisa diselamatkan. Banjir yang semakin tinggi mengharuskan kami untuk mengungsi ke rumah tetangga yang lokasinya lebih tinggi. 

Kejadian yang luar biasa terjadi ketika saya dan bapak berusaha menyelamatkan barang-barang berharga yang ada di dalam rumah. Salah satu barang yang kami selamatkan saat itu adalah dua dompet berisi emas. Kedua dompet tersebut dititipkan bapak kepada saya, karena bapak masih mau mencari beberapa barang lainnya. 

Sambil menunggu bapak mencari barang barang di dalam rumah, saya bermain banjir banjiran bersama teman teman. Dua dompet yang dititipkan bapak kepada saya, saya masukkan ke dalam saku celana yang saya kenakan. Setelah merasa dompet tersebut aman, barulah saya bermain banjir banjiran bersama teman teman.

Seperti kebanyakan anak bermain banjir banjiran. Kita melompat, berenang, dan menaiki barang barang yang lewat terbawa arus banjir. Salah satu barang yang lewat dan kami buat main adalah kasur kapung. Kami menggunakan kasur kapuk sebagai perahu, dan kami menaikinya. Seru sekali permaianan tersebut, kami lupa bahwa air yang menalir tersebut adalah air banjir yang kotor.

"In... yukkk sudah selesai, kita ke atas (tempat kami mengungsi)" ajak bapak.

"Siap..." jawab ku

"Dompetnya ditaro mana kak?" tanya bapak

"ada pak di Kantong" sambil menghampiri bapak di tengah terjangan ari banjir.

"mana sini, bapak mau masukkan tas" sahut bapak lagi.

"......" tangan saya merogoh kantong, secara terus menerus.

"ada gak kak?" tanya bapak mulai khawatir.

"Pak, gak ada dompetnya" jawabku takut

"astaghfirullahhh... kamu gimana kak!, kamu main kemana aja" tanya bapak mulai panik

Rasa nyesal dan bersalah menghantui saya saat itu. Bagaimana bisa saya sagat ceroboh, sampai dompet yang dititipkan bapak hilang. Bagaimana cara mencarinya, ditengah banjir setinggi dada orang dewasa. Dompet yang seukuran tangan itu entah berada dimana, karena sejauh mata memandang yang terlihat hanya air yang berwarna cokelat.

"Ya Allah kak, itu semua bisa digunakan untuk biaya kuliah kamu! Astagfirullah" gumam bapak lemas. Saya berusaha menggerobok air tanpa tau bisa mendapatkan dompet itu lagi atau tidak. Bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Ya Allah bagaimana ini!!!

"Assalamualaikum Ust" salah satu tetangga menegur Pak Ulo namanya.

"Walaikumsalam" balas bapak

"nyari apa ini, kayanya sibuk banget" Pak Ulo bertanya

"ini, si Indra jatuhin dompet" kata bapak lagi

"Dompet? emang isinya apaan?" tanya pak Ulo

"Isinya Emas Pak" jawab bapak

"Ya Allah, dimana jatuhnya" tanya pak Ulo lagi

"sekitar sini Pak" jawab saya dari kejauhan

Pak Ulo menghampiri saya, sambil menggerak-gerakkan kaki nya menuju tempat yang saya beritahu. 

"Susah juga ini, nyari ditengah banjir gini. Mana kecil yaa dompetnya" tanya Pak Ulo sambil terus kakinya digerak gerakkan

"Iya Pak" jawab saya

Beberapa lama suasana hening, hanya saya dan Pak Ulo berusaha menemukan dua dompet yang hilang tersebut. Sedangkan bapak begitu khawatir akan kehilangan tersebut. Saya yakin kekhawatiran bapak karena takut dimarahi oleh Ibu atas kehilangan tersebut.

"Alhamdulillaahhh, ini bukan dompetnya ndra?" Kata Pak Ulo sambil mengambil dompet dari kakinya.

"Iya Pak, Alhamdulillah" sahut saya

"Alhamdulillahh, Pak Ust. Ketemu dompetnya nih" Kata Pak Ulo lagi, seraya memberitahukan keada Bapak

"Alhamdulillahh ya Allah, terimakasih..terimakasih" jawab Bapak, yang berkali kali mengucapkan syukur.

"ini satu lagi bukan, Pak Ust" Teriak Pak Ulo lagi tidak jauh dari lokasi penemuan dompet pertama.

"Alhamdulillah ya Allah, terimakasih Pak Ulo" Teriak Bapak, seraya menghampiri Pak Ulo sambil memeluknya.

"Alhamdulillah Pak Ust." Jawab Pak Ulo

"Terimakasih ... Terimakasih... Ya Allah, Terimakaish Pak Ulo" jawab bapak lagi, sambil masih memeluk Pak Ulo.

"Alhamdulillah ya Allah" gumam saya dalam hati, sampai lemas kaki saya.

Peristiwa Saya, Bapak dan Pak Ulo ditengah banjir mencari dua buah dompet yang hilang tidak akan pernah saya lupa. Dompet tersebut bisa ditemukan Pak Ulo dengan kakinya  ditengah banjir merupakan sesuatu keajaiban yang nyata terlihat dengan mata kepala saya sendiri. Subhanallah

Pesan Bapak :
Jika diberi amanah, jaga amanah itu dengan baik Kak!
Alhamdulillah kali ini rezeki masih milik kita. Subhanallah

Salam Literasi, Salam Indrakeren

#Day19NovAISEIWritingChallenge 

2 Comments: